Penulis
Intisari-Online.com - Penurunan kasus Covid-19 di Indonesia sempat membuat politisi dari negara tetangga, Malaysia, keheranan.
Lim Kit Siang, Pemimpin DAP Malaysia, membandingkan negaranya dengan Indonesia dalam penanganan Covid-19.
Ia menilai Indonesia lebih berhasil mengurangi tingkat infeksi Covid-19 dibanding “Negeri Jiran”, padahal populasinya lebih besar.
Dikutip Malay Mail pada Jumat (3/8/2021), ia sampai meminta penjelasan kepada menteri kesehatan Malaysia tentang terjadinya penurunan kasus Covid-19 Indonesia yang menjadi jauh di bawah Malaysia.
“Bisakah menteri kesehatan yang baru, Khairy Jamaluddin, menjelaskan mengapa selama 16 hari berturut-turut, Indonesia mengurangi kasus baru Covid-19 hariannya menjadi kurang dari Malaysia bahkan kurang dari setengahnya seperti kemarin 8.955 kasus, sementara Malaysia 20.988 kasus?” kata Lim.
Saat itu, Lim mengungkapkan bahwa Malaysia adalah salah satu negara dengan kinerja terburuk di dunia dalam hal respons Covid-19 tahun ini.
“Ini bukan mencari-cari kesalahan tetapi untuk mencari cara meningkatkan penanganan kita terhadap pandemi Covid-19 sehingga memenangkan perang melawannya,” tambah pemimpin DAP itu.
Menurut angka dari Our World in Data yang diterbitkan 1 September, kasus baru Covid-19 Malaysia per satu juta orang sekarang 572,43 dibandingkan dengan Indonesia 37,40, Filipina 126,95 dan Myanmar 61,27.
Malaysia juga menduduki puncak angka kematian Covid-19 di kawasan Asia Tenggara, dengan 8,48 per satu juta orang.
Vietnam berada di urutan kedua dengan 8,19, sementara kematian harian per satu juta orang di Indonesia adalah 2,36, menurut situs web yang sama.
“Pada laju infeksi dan kematian saat ini, kami akan menembus angka 1,8 juta untuk total kumulatif kasus Covid-19 hari ini,” kata Lim.
Menanggapi hal tersebut, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi mengatakan, hal itu bisa terjadi berkat kebijakan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM yang diterapkan oleh Indonesia.
"Ini terutama karena kebijakan PPKM yang sudah sejak awal kita terapkan," ujar Nadia saat dihubungi Kompas.com, Senin (6/9/2021).
Ia pun mengungkapkan bahwa dukungan dari masyarakat untuk menerapkan PPKM menjadi kunci menurunnya kasus Covid-19 di Indonesia.
"Dukungan masyarakat terhadap upaya bersama untuk menerapkan PPKM yang menjadi kunci kita bisa menurunkan laju penularan.
"Kerja sama untuk intervensi yang dilakukan pemda, provinsi, dan kabupaten/kota sinergisitas dalam pelaksanaan PPKM sama dengan kebijakan pusat," kata Nadia.
Selain itu, juga berkat dukungan dan kolaborasi dari berbagai pihak. Termasuk para ahli seperti epidemiologi, klinisi, organisasi profesi, organisasi masyarakat.
Nadia pun mengatakan, percepatan vaksinasi di Indonesia juga mempengaruhi turunnya kasus corona di Indonesia dengan cepat.
Penurunan kasus Covid-19 di Indonesia yang demikian sampai membuat heran politikus Malaysia dan menjadi pembanding di negara tersebut.
Tetapi rupanya kondisi tersebut berbeda jika berbicara tentang prediksi pertumbuhan ekonomi kedua negara pada tahun 2022.
Malaysia justru diprediksi bakal memimpin dengan pertumbuhan ekonominya di tahun depan, sementara Indonesia sebaliknya melempem.
Melansir bloomberg.com (21/9/2021), Malaysia bersama India, dua negara yang paling terkena dampak wabah Covid-19 dalam beberapa bulan terakhir, justru diperkirakan akan pulih lebih cepat dari perkiraan sebelumnya, menurut survei terbaru.
Prospek pertumbuhan Malaysia diprediksi menjadi yang paling tinggi di kawasan ini, sementara India berada di urutan kedua.
Para ekonom telah menaikkan proyeksi pertumbuhan mereka untuk sebagian besar negara Asia, kecuali Thailand dan Selandia Baru, yang mengalami penurunan setidaknya 20 basis poin.
Sementara itu, prospek Indonesia diperkirakan hanya sedikit berubah.
Perekonomian Malaysia sendiri dilaporkan didukung oleh peningkatan permintaan domestik dan ekspor yang kuat, seperti kuartal kedua produk domestik bruto tumbuh 16,1%.
Kemudian, permintaan yang kuat menjaga India di jalurnya untuk mencapai pertumbuhan tercepat di dunia pada tahun ini hingga Maret.
Kerugian ekonomi India sejauh ini disebut terbatas. Itu akan didorong oleh faktor-faktor seperti perusahaan yang beradaptasi lebih baik, kondisi keuangan yang stabil, dan limpahan pertumbuhan global yang kuat, kata Madhavi Arora, ekonom utama di Emkay Global Financial Services Ltd.
Baca Juga: Dibanding Singapura, Generasi Muda Indonesia Rendah Literasi Keuangan
(*)