Jadikan Kepala Sebagai Mas Kawin: Kepala dari Mayat yang Jiwanya Sudah Pergi Tak Artinya Bagi Suku Pemburu Kepala di Kalimantan Ini

Muflika Nur Fuaddah

Penulis

Kisah Suku Pemburu Kepala di Kalimantan, Memenggal Kepala Dipercaya Jadikan Mereka Kuat

Intisari-Online.com- Sepanjang sejarah, masyarakat manusia memang gemar saling berperang satu sama lain.

Beberapa, termasuk suku-suku di Kalimantan yang memotong kepala korban mereka dan melestarikannya sebagai piala atau untuk tujuan ritual.

Dilansir dariThe Culture Trip, pemburu kepala di Kalimantan aktif hingga sekitar satu abad yang lalu.

Berbagai suku, termasuk Iban Sarawak, Saburut Murut dan Kadazan-Dusun membawa ketakutan kepada penjajah Inggris awal.

Baca Juga: Mengerikan! Disambut Pemburu Kepala Suku Dayak Kalimantan, Divisi Perang Australia ‘Antar’ Jepang ke Hutan Borneo saat Perang Dunia 2

Hal itu membuat Inggris menjuluki Kalimantan sebagai tanah 'Borneo Barbaric.'

Mereka mengumpulkan kepala prajurit musuh untuk dibawa pulang sebagai piala atau sebagai bukti kemenangan mereka.

Atau ada juga yang harus membunuh dan membawa tengkorak itu kembali ke desa untuk izin menikah atau maskawin.

Terlepas dari motifnya, praktik perburuan kepala di Kalimantan telah membangkitkan minat dan menanamkan rasa takut pada orang luar selama beberapa generasi.

Baca Juga:Terkenal Bengis Hingga Dirikan Penjara 'Neraka Ashoka', Begini Akhir Hidup Raja Ashoka yang Terkenal Brutal Itu, Tak Terduga-duga...

Iban

Baca Juga: Konon Katanya Taliban Adalah Keturunan dari Suku Israel yang 'Hilang', Ternyata Begini Kenyataannya Setelah Terkuak Lewat Penelitian Bertahun-tahun

Dalam budaya Iban, perburuan kepala adalah tanda kejantanan.

Suku Iban percaya bahwa memotong kepala dapat memberi mereka roh yang membuatnya lebih kuat.

Larangan yang diterapkan oleh Sir James Brooke dari Inggris pada tahun 1800 menghambat praktik tersebut.

Tapi tradisi kunodihidupkan kembali selama pendudukan Jepang dalam Perang Dunia II dan upaya Indonesia gagal untuk menyerang Sarawak pada 1960-an.

Baca Juga: Senjata Luar Biasa Orang dari Suku Inuit, Terbuat dari Gading Narwhal dan Batu Meteor yang Ditempa Tanpa Api, Lalu Bagaimana Menempanya?

Saat ini, sejumlah kecil pria Iban tua memiliki garis berlekuk di punggung tangan mereka.

Ini menunjukkan bahwa mereka telah membunuh dan memotong kepala seseorang sebelumnya.

Murut

Suku Murut ditakuti di seluruh Kalimantan karena praktik perburuan kepala.

Baca Juga:Diklaim Haus Darah Satu Tetes Setiap Hari, Bagaimana Asal-usul Makhluk 'Mistis' Jenglot?

Sementara Iban memutuskan kepala untuk 'trofi', masyarakat dan budaya Murut jauh lebih brutal dan kejam.

Seorang pemuda yang gagal mengumpulkan setidaknya dua kepala hanya akan menerima sedikit rasa hormat.

Sebelum menikah, pria harus memenggal setidaknya satu kepala atau akan dikucilkan.

Kadazan-Dusun

Baca Juga: Kesetiaan Bangsa Darkhad, 800 Tahun Jadi Penjaga Jiwa Genghis Khan Sejak Sang Panglima Berbaring di Ranjang Kematiannya

Bagi Kadazan-Dusun, pemenggalan kepala memiliki fungsi spiritual.

Anggota suku ini percaya bahwa tubuh memiliki beberapa roh yang berangkat ke Gunung Kinabalusegera setelah kematian.

Seorang prajurit muda Kadazan-Dusun perlu memenggal kepala saat korban masih hidup untuk melestarikan semangatnya.

Baca Juga: Jangan Diremehkan, Kambik, Sistem Pendidikan Suku Asli di Papua Barat Turun Temurun Ini Hanya Diberlakukan untuk Laki-laki, Apa yang Diajarkan?

Seorang kepala dari mayat yang jiwanya sudah pergi tidak ada artinya dalam pandangan mereka.

Masyarakat mengadakan upacara khusus untuk menenangkan jiwa kepala.

Mereka percaya jika mereka menjaga semangat itu, maka akan melindungi desa mereka dari bencana.

(*)

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari.Tinggal klik dihttps://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait