Penulis
Intisari-Online.com- Sepanjang sejarah, masyarakat manusia memang gemar saling berperang satu sama lain.
Beberapa, termasuk suku-suku di Kalimantan yang memotong kepala korban mereka dan melestarikannya sebagai piala atau untuk tujuan ritual.
Dilansir dariThe Culture Trip, pemburu kepala di Kalimantan aktif hingga sekitar satu abad yang lalu.
Berbagai suku, termasuk Iban Sarawak, Saburut Murut dan Kadazan-Dusun membawa ketakutan kepada penjajah Inggris awal.
Hal itu membuat Inggris menjuluki Kalimantan sebagai tanah 'Borneo Barbaric.'
Mereka mengumpulkan kepala prajurit musuh untuk dibawa pulang sebagai piala atau sebagai bukti kemenangan mereka.
Atau ada juga yang harus membunuh dan membawa tengkorak itu kembali ke desa untuk izin menikah atau maskawin.
Terlepas dari motifnya, praktik perburuan kepala di Kalimantan telah membangkitkan minat dan menanamkan rasa takut pada orang luar selama beberapa generasi.
Iban
Dalam budaya Iban, perburuan kepala adalah tanda kejantanan.
Suku Iban percaya bahwa memotong kepala dapat memberi mereka roh yang membuatnya lebih kuat.
Larangan yang diterapkan oleh Sir James Brooke dari Inggris pada tahun 1800 menghambat praktik tersebut.
Tapi tradisi kunodihidupkan kembali selama pendudukan Jepang dalam Perang Dunia II dan upaya Indonesia gagal untuk menyerang Sarawak pada 1960-an.
Saat ini, sejumlah kecil pria Iban tua memiliki garis berlekuk di punggung tangan mereka.
Ini menunjukkan bahwa mereka telah membunuh dan memotong kepala seseorang sebelumnya.
Murut
Suku Murut ditakuti di seluruh Kalimantan karena praktik perburuan kepala.
Baca Juga:Diklaim Haus Darah Satu Tetes Setiap Hari, Bagaimana Asal-usul Makhluk 'Mistis' Jenglot?
Sementara Iban memutuskan kepala untuk 'trofi', masyarakat dan budaya Murut jauh lebih brutal dan kejam.
Seorang pemuda yang gagal mengumpulkan setidaknya dua kepala hanya akan menerima sedikit rasa hormat.
Sebelum menikah, pria harus memenggal setidaknya satu kepala atau akan dikucilkan.
Kadazan-Dusun
Bagi Kadazan-Dusun, pemenggalan kepala memiliki fungsi spiritual.
Anggota suku ini percaya bahwa tubuh memiliki beberapa roh yang berangkat ke Gunung Kinabalusegera setelah kematian.
Seorang prajurit muda Kadazan-Dusun perlu memenggal kepala saat korban masih hidup untuk melestarikan semangatnya.
Seorang kepala dari mayat yang jiwanya sudah pergi tidak ada artinya dalam pandangan mereka.
Masyarakat mengadakan upacara khusus untuk menenangkan jiwa kepala.
Mereka percaya jika mereka menjaga semangat itu, maka akan melindungi desa mereka dari bencana.
(*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari.Tinggal klik dihttps://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari