Jangan Diremehkan, Kambik, Sistem Pendidikan Suku Asli di Papua Barat Turun Temurun Ini Hanya Diberlakukan untuk Laki-laki, Apa yang Diajarkan?

K. Tatik Wardayati

Penulis

Suku Moi, di Sorong, Papua Barat.

Intisari-Online.com – Jangan diremehkan, Kambik, sistem pendidikan suku asli Papua Barat turun-temurun ini hanya diberlakukan untuk anak laki-laki, apa yang diajarkan?

Moi, suku asli Sorong, Papua Barat, dikenal memiliki tradisi unik yang berbeda dengan gaya hidup modern.

Suku Moi memiliki budaya, bahasa, organisasi sosial, dan juga sistem pendidikan tersendiri yang yang disebut Kambik.

Kambik membuat suku Moi semakin luar biasa karena tidak terlalu umum sebagai suatu suku bangsa memiliki sistem pendidikan sendiri.

Baca Juga: Beringasnya Sejak Dulu Bahkan Dikenal Sebagai Bangsa Vikingnya Papua, Inilah Suku Biak, yang Terkenal Bajak Laut Ganas dan Pelaut Tertua di Indonesia Tapi Pintar Dalam Hal Ini

Kambik menjadi harta yang sangat penting bagi orang Moi dan pengetahuannya diajarkan secara eksklusif kepada anggota suku.

Sistem pendidikan modern pertama kali ada di Sorong pada tahun 1927 ketika pemerintah kolonial mendirikan sekolah formal dengan 26 siswa.

Tahun 1970, sekolah formal masih sangat jarang di Papua Barat.

Namun, karena suku Moi memiliki sistem pendidikan sendiri, maka orang-orang Moi tidak pernah tidak berpendidikan.

Baca Juga: Sajian Tari Wutukala Ini Ungkapkan Kegembiraan Suku Moy di Papua Barat, Ditampilkan Setiap Kali Acara Adat Gambarkan Salah Satu Kegiatan Suku Ini

‘Pelajaran’ yang diajarkan di Kambik, tentu saja, sangat berbeda dengan yang dipelajari siswa di sekolah formal.

Tapi jangan meremehkan Kamik, karena ini mengajarkan ilmu praktis yang bisa langsung diterapkan siswa dalam kehidupan nyata.

Kambik telah ada secara turun-temurun, jauh sebelum sistem pendidikan modern hadir di Papua.

Namun, hanya anak laki-laki (nedla) yang berhak belajar dalam sistem Kambik.

Bukan karena suku Moi tidak menghargai perempuan atau menganggap perempuan adalah warga negara kelas dua, tetapi hanya karena pengetahuan itu eksklusif untuk suku Moi.

Jika perempuan juga diperbolehkan belajar dalam sistem Kambik, kemungkinan rahasia suku tersebut akan tersebar keluar jika perempuan menikah dengan laki-laki dari suku lain.

Kambik mengajarkan berbagai pengetahuan kepada siswa, mulai dari kepemimpinan, tradisi suku, dan juga berbagai keterampilan seperti memancing dan bertani.

Seperti halnya sekolah formal, seorang siswa akan mendapatkan gelar akademik setelah lulus dari Kambik.

Gelar terendah adalah unsulu sedangkan yang tertinggi adalah wariek atau sukmin, melansir westpapuaupdate.

Baca Juga: Selain Tifa, Inilah 6 Alat Musik Tradisional dari Papua Barat, dengan Bentuk dan Suaranya yang Unik

Masa studi berlangsung dari enam hingga 18 bulan.

Sedangkan guru sistem Kambik ini adalah laki-laki yang lebih dulu lulus dari sekolah informal.

Kambik mengajarkan begitu banyak nilai penting kepada anak laki-laki Moi.

Salah satu pelajaran terpenting dari Kambik adalah nilai demokrasi.

Di suku Moi, setiap orang memiliki hak yang sama untuk berbicara, mengekspresikan pikiran mereka dan juga untuk memimpin.

Hasilnya, generasi muda Moi akan tumbuh menjadi orang yang bisa menghargai pendapat orang lain.

Kambik juga mengajarkan pengetahuan penting tentang kedokteran, pertanian dan juga perikanan.

Mereka hidup dengan alam dan generasi muda diajarkan untuk menghargai dan melestarikan alam.

Maka, orang Moi pun tumbuh menjadi orang yang terampil yang dapat memanfaatkan apa yang telah disediakan alam tanpa merusaknya.

Baca Juga: Terlepas dari Beringasnya KKB Papua, Inilah Uniknya Tradisi Papua Barat, Cuma Ada Di Sini Bawa Bendera Merah Putih dalam Tradisi Pernikahan

Hal ini pula yang menjadi alasan mengapa hingga saat ini suku Moi masih melindungi hutan dari orang-orang yang ingin mengubah hutan menjadi industri kelapa sawit.

Tentu saja semua ilmu pertanian, perikanan, kedokteran dan pelajaran lain yang diajarkan di Kambik masih tradisional dan kurang canggih dibandingkan dengan ilmu pengetahuan modern.

Namun, suku Moi telah menjalani kehidupan yang sederhana dan sederhana tanpa kesulitan dengan pengetahuan tersebut.

Merupakan fakta yang tidak dapat disangkal bahwa tidak semua pengetahuan dan teknologi modern lebih unggul.

Saat ini, sistem pendidikan modern di Papua Barat telah banyak berkembang.

Sebagai upaya untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia di Papua Barat, pemerintah telah membangun banyak sekolah, memberikan beasiswa untuk belajar di luar Papua Barat dan bahkan mengirim guru ke desa-desa terpencil.

Meskipun tidak dapat disangkal merupakan cara yang baik untuk mengembangkan keterampilan dan daya saing pemuda Papua Barat, peningkatan kualitas sistem pendidikan modern juga telah membuat Kambik menjadi semakin tidak relevan.

Nyatanya, bisa dibilang bahwa Kambik tidak lagi dilakukan oleh suku Moi.

Memang benar bahwa sistem modern tradisional tidak cukup untuk mempersiapkan anak muda Papua Barat menghadapi persaingan nyata di dunia modern, tetapi bukan berarti Kambik bisa dilupakan begitu saja.

Baca Juga: Perlawanan Papua Barat Sudah Berawal Sejak Pemerintahan Belanda dan Jepang, Lanjut Lawan Tentara Indonesia dengan Busur dan Anak Panah?

Kambik mengajarkan banyak filosofi hebat tentang kehidupan serta tradisi bermakna Moi.

Ini memperkenalkan anak-anak muda Moi tentang demokrasi, bagaimana melestarikan budaya dan juga menjaga lingkungan.

Sayang sekali jika ilmu yang berharga itu hilang karena modernitas.

Banyak tokoh penting Suku Moi yang ingin menghidupkan kembali Kambik dan ini tentu merupakan hal yang baik untuk melestarikan tradisi berharga milikku.

Namun, membangkitkan Kambik tidak berarti bahwa anak laki-laki Moi tidak akan menerima sistem pendidikan modern.

Kedua sistem pendidikan tersebut sebenarnya dapat berjalan beriringan.

Sistem pendidikan modern diperlukan untuk membangun Papua Barat, tetapi Kambik juga diperlukan untuk melestarikan tradisi dan budaya yang berharga.

Jika rencana menghidupkan kembali Kambik benar-benar terwujud, Papua Barat akan memiliki generasi muda yang terampil dan berbakat yang menghargai budaya dan tradisi mereka.

Baca Juga: Walau Satu Daratan, Namun Sedikitpun Tak Pernah Disentuh Indonesia, Rupanya Inilah Perbedaan Papua Nugini dan Papua Barat, Pantas Saja Tidak Pernah Diklaim Indonesia

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait