Penulis
Intisari-Online.com - Film G30S/PKI memecakhan rekor penonton wilayah DKI pada tahun 1984, tahun ketika film ini pertama kali ditayangkan.
Kemudian selama 13 tahun kepemimpinan Soeharto, film ini terus tiap menjelang peringatan Hari Kesaktian Pancasila.
Film ini pun disebut film propaganda ala rezim Orde Baru pimpinan Presiden Soeharto.
Film G30S/PKI merupakan besutan sutradara kawakan Arifin C Noer.
Dalam pembuatannya, menghabiskan anggaran sebesar Rp 800 juta, dan pengerjaannya memerlukan waktu dua tahun.
Arifin sebelumnya juga pernah membuat film berjudul Serangan Fajar, Suci Sang Primadona, Petualang Petualang, Harmonikaku, dan Yuyun.
Sampai saat ini, film berjudul Penumpasan G30S/PKI atau lazim dikenal sebagai Pengkhianatan G30S/PKI ini masih menjadi kontroversi.
Terlepas dari kontroversi film ini, ternyata ada kisah unik dari pemilihan salah satu pemeran tokoh di film ini.
Pierre Tendean, merupakan salah satu korban dari tragedi berdarah yang terjadi pada 30 September 1965 ini.
Kisahnya begitu pilu, dikenal sebagai ajudan yang mengorbankan nyawa untuk jenderal yang dikawalnya.
Malam ketika tragedi berdarah itu terjadi, dia bisa saja menghindar dengan tidak mengakui dirinya sebagai Jenderal A.H. Nasution.
Tapi kesetiaan membuatnya rela menghadapi segala risiko.
Piere Tendean ditangkap oleh pasukan Cakrabirawa karena dikira sebagai AH Nasution.
Ketika menghadapi pasukan yang menggeruduk kediaman Sang Jenderal, ia mengaku sebagai AH Nasution.
Terjadilah pembunuhan keji itu karena ia dianggap sebagai AH Nasution yang menjadi target.
Pasukan Cakrabirawa akhirnya membawa Pierre Tendean ke Lubang Buaya, sementara AH Nasution berhasil selamat.
Pierre Tendean bersama korban tragedi G30S/PKI lainnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, bertepatan dengan HUT ke-20 ABRI.
Untuk menghargai jasa-jasanya, Pierre Tendean pun dianugerahi gelar Pahlawan Revolusi Indonesia pada 5 Oktober 1965 berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No. 111/KOTI/Tahun 1965.
Salah satu korban pembunuhan keji 30 September, tokoh Pierre Tendean juga termasuk salah satu yang dikisahkan dalam film G30S/PKI karya Arifin C Noer.
Ternyata, dulu tokoh Pierre Tendean menjadi incaran aktor terkenal Indonesia Rano Karno.
Namun, Rano Karno ditolak memerankannya oleh sang sutradara hanya gara-gara bertahi lalat.
Sosok ajudan Abdul Haris Nasution, Pierre Tendean, memang tidak memiliki tahi lalat di wajahnya.
Pemilihan pemeran untuk film yang akhirnya meraih penghargaan untuk skenario terbaik pada tahun 1984 ini rupanya begitu ketat.
Untuk pembuatan film ini, lebih dari 10 ribu pemeran tambahan pun dilibatkan.
Baca Juga: Dalam Susunan Organisasi BPUPKI, Siapa Saja yang Jadi Panitia Sembilan?
Karena besarnya jumlah peran pula lah, pencarian pemeran untuk film Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI tergolong sulit.
Begitu sulitnya proses casting, bahkan aktor terkenal sekelas Rano Karno pun ditolak.
Dilansir dari Tribunnews, sang sutradara Arifin C Noer mencoba untuk menempatkan aktor yang mirip dengan tokoh-tokoh sejarah yang digambarkan.
Lalu, siapa yang akhirnya memerankan Pierre Tendean?
Dia adalah aktor Wawan Wanisar, yang berkat perannya sebagai Pierre Tendean, menjadi gerbang bagi karier aktingnya.
Perannya sebagai Pierre Tendean di film G30S/PKI merupakan awal kariernya di bidang akting.
Ia kemudian menjadi pemeran utama dalam film Matahari-Matahari pada tahun 1985.
Hingga usia senja, Wawan Wanisar terus berkarya di dunia hiburan tanah air.
Di antara film yang pernah dibintanginya adalah Naga Bonar (1987), Ayahku (1987) dan Suamiku Sayang (1990).
Selain itu, dia juga membintangi sejumlah sinetron dan FTV, di antaranya adalah Sayekti dan Hanafi (1997), Pesantren & Rock n' Roll (2011), Ustad Fotocopy (2012), Pesantren & Rock n' Roll Season 3 (2013), 3 Semprul Mengejar Surga 2 (2014) dan 3 Semprul Mengejar Surga 3 dan satu FTV berjudul , Aku (BUKAN) Pembawa Sial (2015).
Wawan Wanisar dilahirkan di Jakarta, 13 Desember 1949.
Maka, saat memerankan tokoh Pierre Tendean, ia berusia sekitar 35 tahun.
Meski memerankan tokoh yang sebenarnya lebih muda dari usianya -saat meninggal Pierre Tendean berusia 26 tahun- tetapi Wawan dipandang sebagai sosok yang tepat.
Postur tubuhnya yang tegap dan langsing tampak senada dengan postur asli sosok sang kapten ganteng asal Minahasa, Sulawesi Utara itu.
Bukan hanya itu saja, Wawan dikenal sebagai sosok yang disiplin dan tak kenal lelah, seperti yang diungkapkan sutradara sekaligus aktor Deddy Mizwar.
Pada 29 Maret 2021, aktor senior Wawan Wenisar meninggal dunia.
Saat itu, Deddy Mizwar mengungkapkan kabar duka kematian sang aktor melalui akun Instagramnya.
Deddy Mizwar menggambarkan Wawan Wanisar sebagai sosok yang telah mengabdikan diri di perfilman Indonesia dan meraih berbagai penghargaan.
Ia pun menyebut tentang peran Wawan Wanisar sebagai Lettu Pierre Tendean dalam film G30S/PKI dan sebagai Mayor Lukman di film Nagabonar.
"Kawan yang sangat disipilin bekerja, tak ada kata letih, selalu siap dilapangan untuk shooting," ungkap Deddy.
(*)