Penulis
Intisari-Online.com - Ada banyak alasan mengapa orang takut saat Afghanistan jatuh ke tangan Taliban.
Karena ini bukan pertama kalinyaAfghanistan jatuh ke tangan Taliban.
Tentu beberapa warga Afghanistan pernah mengingat bagaimana kondisi mereka ketika kelompok militan itu menguasai negaranya.
Perlu Anda tahu, Taliban adalahgerakan nasionalis Islam Deobandi pendukung Pashtun yang secara efektif menguasai hampir seluruh wilayah Afganistan sejak 1996 sampai 2001.
Kelompok ini seringmenyebut organisasinya secara resmi sebagai Keamiran Islam Afganistan.
Namun sejak kedatangan pasukan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya keAfghanistan, Taliban mundur.
Walau begitu mereka tidak 100% menghilang. Terkadang para pejuang Taliban muncul dan menyerang tentara AS yang bertugas.
Kini setelah dilaporkan AS akan menarik pasukannya dari negaranya hinggabatas waktu 31 Agustus 2021, Taliban seolah bangkit.
Lebih kuat dari sebelumnya.
Mereka juga seolahmenandakan berakhirnya perang terlama Amerika Serikat setelah 20 tahun.
Akan tetapi selama 20 tahun berperang dengan pasukan AS, ternyata ribuan orang telah gugur.
Dilansir daribeta.kompas.tv pada Selasa (24/8/2021),lebih dari 3.500 tentara dari negara-negara NATO tewas dalam peperangan melawan Taliban selama 20 tahun lamanya.
Dari 3.500 tentara yang gugur, lebih dari 2.300 di antara adalah tentara AS.
Lalu saat ditanya apa yang ingin dikatakan oleh Kelompok Taliban kepada keluarga dari para prajurit yang tewas tersebt, mereka memberi jawaban yang mencengankan.
Sebab Taliban menyebut hal tersebut adalah sebuah penjajahan.
“Saya pertama-tama mengatakan mereka menjajah negara kami,"ungkap juru bicara Kelompok Taliban Suhail Shaheen dalam sebuah wawancara yang dikutip dari APTN pada Senin (23/8/2021).
"Jika kami menjajah negara Anda, apa yang akan kalian katakan kepada kami?".
"Saya membunuh orang-orang Anda di negara Anda, apa yang akan Anda katakan?".
Taliban mengakui pertempuran selama 20 tahun itu telah banyak menyebabkan pertumbahan darah.
Tidak hanya dari kubu AS dan NATO, tapi jugapasukan Taliban danwarga Afghanistan sendiri.
“Saya pikir orang-orang kami sangat menderita, pertumpahan darah, kehancuran, semuanya."
"Tapi kami mengatakan masa lalu adalah masa lalu."
"Biarlah itu menjadi bagian dari sejarah masa lalu kami."
"Sekarang kami ingin fokus pada masa depan”,tutupnya.