Gara-gara Situasi di Afghanistan, Pengamat Ini Sebut China Sudah Siap-siap Mau Gempur Taiwan, 'Mumpung Amerika Lemah Dia Tidak Akan Datang'

Maymunah Nasution

Penulis

Ilustrasi - Militer China melakukan pendaratan di Taiwan.

Intisari-online.com -China sudah menyiapkan serangan ke Taiwan setelah kejadian di Afghanistan.

Mengutip Express, hal itu disampaikan oleh Iain Duncan Smith bahwa penarikan pasukan barat dari Afghanistan dan pengambil alihan Taliban memiliki implikasi lebih luas bagi China.

China telah "didorong" oleh hasil perang di Afghanistan dengan Beijing kini menganggap AS dan Presiden Joe Biden lemah.

Anggota parlemen Tory memperingatkan bahwa China yang berani sekarang berusaha untuk memberikan tekanan pada Taiwan di tengah kekhawatiran invasi militer ke kantong pulau itu.

Baca Juga: Pantesan China Sumringah Gara-Gara Kemenangan Taliban, Rupanya Situasi Ini Dimanfaatkan Negeri Panda Untuk Membuat Amerika Makin Kena Mental Akibat Kegagalannya di Afghanistan

"China sekarang telah mengakui Taliban dan menteri luar negeri mereka bertemu dengan pemimpin Taliban dan oleh karena itu mereka ditempatkan dengan sangat baik untuk mendukung mereka, juga menarik bahwa Rusia berada di kapal yang sama.

"Sekarang China, segera setelah itu terjadi, sehari kemudian, Global Times ... yang merupakan corong Partai Komunis China ... Presiden Xi cukup banyak menulis editorial yang mengatakan bahwa mengawasi Taiwan ketika perang dimulai Amerika tidak datang.

“Jadi mereka sudah bersiap.

"Saya kira ada sekitar 10 atau 14 penerbangan di atas Taiwan hari ini dengan pesawat militer China," ujar Smith.

Baca Juga: Saigon 1975 vs Kabul 2021: Presiden Vietnam Selatan Waktu Itu Mendadak 'Lenyap Misterius' dan Semua Pihak Diam Seribu Bahasa, Kabur ke Taiwan?

Ia menambahkan, "Dan ada pernyataan dirilis kemarin mengatakan China mengatakan kepada Taiwan antara 'pilih menyerah atau kami akan mengambil Anda'.

"Sehingga ini semua telah mendorong China untuk yakin bahwa AS dan Joe Biden lemah dan tidak akan melakukan apapun karena melarikan diri dari Afghanistan.

"Ini adalah titik yang sangat penting bagi kita pahami bahwa kita berada di perang ideologi entah suka atau tidak dengan negara totaliter yang tumbuh pesat.

"China akan segera menjadi ekonomi terbesar di dunia."

Baca Juga: Ketar-ketir Suatu Saat Tidak Lagi Dibantu AS, Taiwan Makin Dibuat Ketakutan Karena China Tiba-tiba Gelar Latihan Serangan Gabungan Sangat Dekat dengan Pulau Mereka

Sebelumnya Penasihat Keamanan Nasional AS Robert O'Brien memperingatkan bahwa China mencari cara mengintimidasi Taiwan, dan menggunakan krisis di Afghanistan untuk membuat AS tidak dipercaya.

Kepada Fox News O'Brien mengatakan: "Taiwan adalah hadiah geopolitik dari semua Asia dan Pasifik. Seperti tutup botol sampanye.

"Taiwan membuat Angkatan Laut PLA kesulitan dan jika mereka mendapatkan Taiwan mereka mendapatkan akses terbuka ke seluruh Pasifik sampai ke Hawaii, dan ke California.

"Dan mereka menginginkannya sangat dan mencoba mengintimidasi menggunakan perang psikologi, dan foto-foto yang berasal dari Kabul sangatlah mengerikan.

Baca Juga: Afghanistan Jatuh Setelah Ditinggal AS, Media China Malah Sebut Taiwan Harus Belajar dari Afghanistan yang Dapat 'Harapan Palsu' AS, Beginilah Isinya

"Kita perlu pesan kuat dikirim ke warga Taiwan bahwa kami bersama mereka.

"Tapi juga kepada China bahwa kami tidak pergi dari persekutuan kami, teman kami dan mitra kami."

Ketika ditanya apakah China akan mencoba mengambil alih Taiwan seperti Hong Kong, O'Brien menjawab: "Sekretaris Jenderal Xi mengatakan ia akan menggabungkan Taiwan dengan China kembali dan melakukannya entah dengan satu cara atau cara lain.

"Kurasa sering kali kita sombong di barat dan di AS kita tidak mendengarkan para otoritarian dan para diktator tersebut. Kurasa kita harus sangat berhati-hati dan mendengarkan apa yang mereka katakan, ia sedang menjalankan operasi militer besar-besaran setiap saat, dan mereka menghabiskan uang sangat banyak untuk membangun militer mereka."

Baca Juga: China Marah Besar, Gegara Senjata Militer Amerika Senilai Rp10 Triliun Ini, Negeri Panda Sampai Keluarkan Ancaman Perang Sampai Menyebutnya 'Provokasi Ganas'

Artikel Terkait