Penulis
Intisari-Online.com - Milisi Taliban merebut dan menguasai ibukota Afghanistan, Kabul, pada Minggu 15 Agustus lalu atau 20 tahun setelah mereka digulingkan Amerika Serikat dan sekutunya dari kekuasaan.
Pada hari itu juga saat Kabul dikepung, dan Taliban kuasai Afghanistan hanya dalam tempo 10 hari, Presiden Ashraf Ghani diberitakan melarikan diri.
Meski begitu, belakangan website resmi President.gov.af menyebutkan Ashraf Ghani tak melarikan diri melainkan berangkat ke Uzbekistan untuk menghadiri sebuah konferensi internasional.
Banyak warga berdesak-desakkan membuat passport untuk meninggalkan Afghanistan.
Bahkan gambarhelikopter Amerika yang bergegas mengevakuasi warga Afghanistan telah mendominasi ruang media sosial.
Seolah sejarah terulang kembali, kejatuhan Kabul di tangan Taliban hampir serupa dengan kejatuhan Saigon 1975 pada Vietnam Utara dalam Perang Vietnam.
Surat kabar dan saluran TV pada waktu itu juga menunjukkan gambar gerombolan warga negara Amerika, tentara dan warga sipil biasa berlindung di atap gedung Kedutaan Besar AS menunggu untuk dievakuasi dengan helikopter militer.
Banyak yang bahkan berpegangan pada selip helikopter dan melompat sebelum helikopter penyelamat benar-benar bisa mendarat.
Kini, foto di atas Kedutaan Besar AS di Kabul, Afghanistan akhir pekan lalu disandingkan dengan foto insiden lebih dari empat dekade lalu di Vietnam itu.
Pada 1975, fotografer Hulbert van Es mengambil foto ikonik orang-orang yang berebut masuk ke dalam helikopter di atas atap di Saigon, pada akhir Perang Vietnam.
Presiden Vietnam Selatan 'Juga' Melarikan Diri?
Dalam kurun waktu 1957-1975, terjadi Perang Vietnam antara Vietnam Utara (Republik Demokratik Vietnam) dan Vietnam Selatan (Republik Vietnam).
Perang ini merupakan bagian dari Perang Dingin antara dua kubu ideologi besar, yakni Komunis dan SEATO.
Akhir dari pertempuran ini diawali dengan pengunduran diri Presiden Vietnam Selatan, Nguyen Van Thieu.
Dalam siaran radio dan televisi, Thie menyatakan alasannya bahwa tentaranya telah gagal menghentikan serangan dari kubu Vietnam Utara.
Thieu merasa dikhianati oleh Amerika Serikat yang sebelumnya berjanji akan memberikan bantuan dana militer untuk melawan Vietnam Utara, namun anggaran tersebut tak kunjung dikucurkan.
Hal ini yang, menurutnya, membuat Vietnam Selatan kalah.
Pada tanggal 21 April 1975, dalam pidato yang mencela Amerika Serikat, ia mengundurkan diri dan tak lama kemudian meninggalkan negara itu.
Namun, pada waktu itu keberadaannya begitu misterius dan diduga telah pergi ke Taiwan menggunakan pesawat angkut militer Amerika.
New York Times mewartakan pada 26 April 1975 bahwa Thieu diyakini tinggal bersama saudaranya, Nguyen Van Kieu, Duta Besar Vietnam Selatan untuk Taiwan, yang tinggal di pinggiran kota di utara Taipei.
Tak satu pun dari pemerintah yang terlibat memberikan informasi tentang kehadiran Thieu di Taiwan, bahkan untuk secara resmi mengkonfirmasi kedatangannya.
Perwira diplomatik dan militer Amerika menyerahkan semua pertanyaan kepada Pemerintah Nasionalis China dan Vietnam Selatan.
Juru bicara Pemerintah Taiwan mengatakan bahwa semua informasi harus berasal dari Vietnam.
Sejarah mencatat, Theu pergi pertama ke Taiwan dan kemudian ke Inggris, tinggal di Surrey, sebelum menetap di Amerika Serikat.
(*)