Find Us On Social Media :

Langsung Kabur Ketika Negaranya Dikuasai Taliban Hingga Dituduh Curi Uang Negara, Presiden Afghanistan Akhirnya Muncul, Ternyata Sembunyi di Negara Ini 

By Mentari DP, Kamis, 19 Agustus 2021 | 12:30 WIB

Presiden Afghanistan Ashraf Ghani meninggalkan negaranya setelah Afghanistan jatuh ke tangan Taliban.

Intisari-Online.com - Presiden Afghanistan Ashraf Ghani dilaporkan meninggalkan negaranya setelah Afghanistan jatuh ke tangan Taliban.

Presiden Ghani pergi beberapa jam setelah Afghanistan jatuh ke tangan Taliban atau ketika Taliban memerintahkan anggotanya mengepung Kabul pada Minggu (15/8/2021).

Pada saat itu, Presiden Ghani beralasan, dia ingin menghindari pertumpahan darah.

Baca Juga: Padahal Sempat Disinggung Israel, Bahkan Dihubungkan dengan Hamas, Mengapa Taliban yang Begitu Kuat Tak Membantu Palestina Melawan Israel, Ini Alasannya

Akan tetapi beberapa orang di media sosial mengecamnya sebagai seorang pengecut.

Bahkan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden sudah menyindir Presiden Ghani. 

Presiden Biden pantas kesal. Karena sebenarnya AS sangat mendukung pemerintahan Afghanistan.

Bahkan dukungan itu ditegaskan dengan janji menggelontorkan bantuan senilai Rp1,4 triliun.

Nah, hampir 4 hari setelah negarnya jatuh ke tangan kelompok militan, Presiden Ghani akhirnya muncul.

Baca Juga: Dikenal Anti Wanita dan Anak-anak, Mendadak Taliban Janjikan Hak-hak Wanita Lebih Baik dari Sebelumnya, Benarkah Boleh Bekerja dan Belajar?

Dilansir dari aljazeera.com pada Kamis (19/8/2021), Presiden Afghanistan Ashraf Ghani, berbicara dari pengasingan di Uni Emirat Arab (UEA).

Sekali lagi, dia mengatakan bahwa dia telah meninggalkan Kabul untuk mencegah pertumpahan darah.

Selain itu, dia juga membantah laporan bahwa dia membawa sejumlah besar uang saat dia meninggalkan istana kepresidenan.

Presiden Ghani sendiri memang telah dikritik keras oleh mantan menteri karena meninggalkan negara itu tiba-tiba.

“Jika saya tetap tinggal, saya akan menyaksikan pertumpahan darah di Kabul,” kata Ghani.

Komentar itu disampaikan dalam sebuah video yang disiarkan di Facebook pada hari Rabu.

Itu adalah komentar publik pertamanya sejak dikonfirmasi bahwa dia berada di UEA.

Tambahan, dia pergi juga atas saran pejabat pemerintah.

“Kabul tidak boleh diubah menjadi Yaman atau Suriah lain karena perebutan kekuasaan. Jadi saya terpaksa pergi,” kata Ghani.

Dia juga mencoba menepis rumor dia meninggalkan negara itu dengan jutaan dolar.

“Saya pergi hanya dengan rompi dan beberapa pakaian."

"Tapi orang-orang mengatakan saya telah membawa uang," kata Ghani dalam video tersebut.

“Tuduhan itu adalah kebohongan yang tidak berdasar. Anda bahkan dapat bertanya kepada petugas bea cukai."

Baca Juga: Digadang-gadang Lebih Baik dari Donald Trump, Nyatanya Popularitas Joe Biden Langsung Turun Drastis Setelah Afghanistan Jatuh ke Tangan Taliban, Dijuluki 'Presiden Terburuk'

Sebelumnya keberadaan Presiden Ghani tidak diketahui sampai Rabu.

Awalnya ada spekulasi bahwa ia telah melarikan diri ke Tajikistan, Uzbekistan atau Oman.

Akan tetapi, pada hari Rabu, Uni Emirat Arab mengkonfirmasi dalam sebuah pernyataan kementerian bahwa negara Teluk itu menjamu Presiden Ghani dan keluarganya “atas dasar kemanusiaan”.

Duta Besar Afghanistan untuk Tajikistan Mohammad Zahir Aghbar menuduh Ghani mencuri 169 juta Dollar AS dari dana negara dan meminta polisi internasional untuk menangkapnya.

Sebab uang itu diambil dari kas negara dan menyebut pelariannya pengkhianatan terhadap negara dan bangsa.

James Bays dari Al Jazeera melaporkan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan itu adalah tuduhan itu muncul di antara anggota senior mantan kabinetnya dan juga orang-orang yang dekat dengannya.

Termasuk Menteri Pertahanannya Bismillah Khan.

“Bismillah Khan ada di Twitter, dia berkata: ‘Mereka yang memperdagangkan atau menjual tanah air mereka harus dihukum dan ditangkap.’"

"Dia menambahkan tagar #InterpolArrestGhani,” kata Bays.

Saat ini, Presiden Ghani berkata  sedang berkonsultasi untuk kepulangannya.

Tujuannya karena dia mendukung pembicaraan antara Taliban dan mantan pejabat tinggi pemerintah.

“Saya mendukung inisiatif pemerintah untuk negosiasi yang sedang berlangsung dengan Abdullah Abdullah dan mantan presiden Hamid Karzai."

"Saya ingin proses ini sukses,” katanya.

“Saya sedang berkonsultasi untuk kepulangan saya ke Afghanistan."

"Sehingga saya dapat melanjutkan upaya untuk keadilan, nilai-nilai Islam. dan nasional yang sejati," tutupnya.

Baca Juga: Kini Dikuasai Taliban, Ternyata Dalang Dibalik Jatuhnya Afghanistan Dibebaskan dari Penjara Terkejam di Dunia oleh Presiden Amerika Ini, Juga Dekat dengan Osama Bin Laden!