Sebut saja, bobot sepatu yang lebih ringan, komposisi material, ketebalan bagian tumit, dan longitudinal bending stiffness atau istilah sederhananya adalah tingkat kelenturan sepatu dari tumit hingga ujung kaki.
Melansir Kompas.com, pelat serat karbon di bagian tumit hingga ujung kaki di dalam sol busa Vaporfly menjadi inovasi yang menarik perhatian.
Pelat tersebut bukan konsep baru, namun bentuk scoop yang spesifik menawarkan peningkatan performa terbaru.
Dengan menggunakan pelat berbentuk scoop itulah, efek "jungkat-jungkit" dirasakan oleh para pelari yang membantu mengembalikan energi setiap kaki menginjak tanah.
Vaporfly juga menggunakan busa PEBA, yang menyimpan jauh lebih banyak energi dari cara pelari mendarat dengan kaki setiap kali mereka mengambil langkah (foot strikes).
Selain itu, busa ini mampu mengembalikan lebih banyak energi ke pelari, dibandingkan bahan TPU dan EVA yang biasa dipakai dalam sepatu kets.
Busa PEBA juga lebih ringan. Vaporfly memiliki berat sekitar 50 gram lebih ringan dari busa sepatu lari konvensional.
Ketebalan tumit sepatu yang mencapai 40 mm pun patut diperhitungkan, karena lebih tebal sekitar 10 mm dibandingkan sepatu lari lainnya.