Sampai Bikin Seantero Dunia Kumandangkan Tagar #SouthKoreaRacist, Inilah Konsep 'Kemurnian Darah' Rakyat Korea yang Terinspirasi Jepang dan Nazi Jerman

Mentari DP

Penulis

Tagar #SouthKoreaRacist untuk Korea Selatan.
Tagar #SouthKoreaRacist untuk Korea Selatan.

Intisari-Online.com - Tagar#SouthKoreaRacist menjadi trending topic di media sosial Twitter sejak beberapa hari lalu.

Tagar #SouthKoreaRacist sendiri bermula ketika acara pembukaan Olimpiade Tokyo 2020.

Di mana MBC, sebuah stasiun televisi di Korea Selatan, menayangkan keterangan yang berbeda tentang beberapa negara.

Baca Juga: Dihujat Seluruh Dunia, Nyatanya Jumlah Hulu Ledak Nuklir China dan AmerikaBak Bumi dan Langit, TapiJustru Joe Biden yang Kebakaran Jenggot

Misal ketika kontigen Indonesia berparade, mereka menampilantingkat vaksinasi Covid-19 yang rendah.

Tak hanya Indonesia, kontigen Ukraina malah diberi keterangan terkait radiasi nuklir chernobyl.

Sikap diskriminatif Korea Selatan terhadap negara lain bertambah. Kali ini kepada atlet Iran.

Dalam Olimpiade Tokyo 2020, Iran berhasil menyabet medali emas melalui atlet menembak mereka Javad Foroughi (41).

LaluJin Jong-oh, penembak asal Korea Selatan yang gagal dalambabak kualifikasi, berkata:"Bagaimana bisa teroris memenangkan emas? Hal paling konyol dan membingungkan."

Ucapan Jin itu merujuk kepada temuan bahwa Foroughi merupakan anggota Korps Garda Revolusi Iran (IRGC), sayap militer elite di Iran.

Baca Juga: Benar-benar Bikin Geram Orang Se-Indonesia, Sudah Hukumannya Dipotong Setengah,Jaksa PinangkiTernyata Masih Terima Gaji, Padahal Harta Kekayaannya Segini Banyak

Melihat sikap Korea Selatan itu langsung membuat tagar #SouthKoreaRacist viral diberbagai negara.

Namun kenapa hal itu bisa terjadi?

Itu semua mungkin karena nasionalisme etnis Koreaataunasionalisme rasial Korea.

Dilansir dari cambridge.org pada Sabtu (7/8/2021), pada tahun 1969, ahli hematologi Korea Selatan terkemuka Yi Samyol menerbitkan sebuah artikel tentang penelitian golongan darah untuk membuktikan “kemurnian darah”.

Berdasarkan penelitian intensifnya, Yi dengan bangga menyatakan, “Orang Korea adalah bangsa yang secara ras homogen dan tidak bercampur dengan darah kelompok etnis tetangga."

Sebagai contohorang China dan Jepang adalah “ras mongrel" yang darahnya bercampur atau “bangsa campuran rasial”.

Sementara Korea Selatan bertumpu pada gagasan minjok atau'Korean etnisity'.

'Korean etnisity' hanya dimiliki orang Korea yang tinggal di Korea Utara dan Korea Selatan.

Dalam sebuah artikel di situs The Korea Times, masyarakat Korea sudah dididik sejak bangku sekolah bahwa mereka adalah“ethnically homogeneousatau homogen secara etnik.

Di manasemua orang Korea memiliki nenek moyang yang sama.

Di The New York Times, juga disebutkan bahwaprinsip “ethnically homogeneous“ masih sangat dijunjung tinggi di masyarakat Korea.

Baca Juga: Bedadengan Akidi Tio, Sosok Ini Butuh 70 Tahununtuk Dapat Pengakuan dari Pemerintah, PadahalSumbangannya Jadi Titik Awal Dunia Penerbangan Seantero Indonesia!

Misalnya soal skin colour.

Skin colour seharusnya merujuk pada warna kulit secara netral pun. Tapi itu justru identik dengan warna kulitpeach.

Meskipun terdengar rasis, pada kenyataannya masyarakat Korea masih sangat menjunjung tinggi hal tersebut, terutama kalangan orangtua.

Jadi tidak heran jika warga Korea Selatan belum terlalu menerima warga asing meski banyak imigran datang ke negara itu.

UNESCO telah memperingatkan Korea agar tidak terlalu menekankan homogenitas.

Namun warga Korea Selatan malah menyebutnya merekaperlu menghargai budayamereka sendiri dan mempertahankan identitas nasionalmereka.

Jepang dan Jerman sempat dikecam terkaitnasionalisme etnis. Khususnya setelah Perang Dunia 2.

Karena itu dikaitkan dengan ultranasionalisme (nasionalisme ekstrim) atau Nazisme.

Tetapi Korea Utara dan Korea Selatan masih tetap mengklaim homogentitas etnis dan garis keturunan ras murni.

Baca Juga: Coba Pijat Bagian di Sekitar Mata Ini Tiap Hari, 'Keajaiban' Ini Akan Terjadi pada Mata Hanya dalam1 Menit

Artikel Terkait