Intisari-Online.com - Konflik Amerika Serikat dan China selalu menarik untuk dibahas.
SebabAmerika Serikat dan China termasuk dua negara adikuasa. Dari ekonomi hingga militer.
Tak heran konflik antara dua negara ini semakin pelik. Karena mereka tak mau kalah satu sama lain.
Ada saja kritik yang disampaikan AS kepada China atau sebaliknya.
Seperti yang baru-baru ini terjadi.
Dilansir dariexpress.co.uk pada Sabtu (7/8/2021),Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengkritik Presiden China Xi Jinping.
Ada beberapa poin yang dikritik oleh Blinken.
Misalnya perilaku “provokatif” China di Laut China Selatan, serta catatan hak asasi manusianya di Tibet, Hong Kong, dan Xinjiang.
Hal ituBlinkensampaikan selama pertemuan dengan menteri luar negeri negara-negara Asia dan negara-negara mitra.
Blinken berpidato pada pertemuan virtual Forum Regional ASEAN (ARF), yang mencakup lebih dari dua lusin negara.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan hari ini, Departemen Luar Negeri AS mengatakan: "Menteri Blinken juga mencatat keprihatinan mendalam dengan pertumbuhan pesat persenjataan nuklir RRT."
"Sebab hal itu menyoroti bagaimana Beijing telah secara tajam menyimpang dari strategi nuklirnya yang berusia puluhan tahun berdasarkan pencegahan minimum."
China bukan satu-satunya negara yang dikritik olehBlinken.
Blinken juga mendesak semua negara anggota ARF untuk menekan pemerintah militer Myanmar.
Di mana dia meminta untuk segera mengakhiri kekerasan dan mendukung rakyat negara.
Dia meminta negara Asia Tenggara itu untuk kembali ke pemerintahan yang demokratis.
Sebelumnya, baik Pentagon dan Departemen Luar Negeri AS telah menyuarakan keprihatinan baru-baru ini tentang penumpukan kekuatan nuklir China.
Hal itu terjadi setelah laporan think-tank berdasarkan citra satelit mengatakan bahwa China tampaknya membangun ratusan silo baru untuk rudal nuklir.
Washington telah berulang kali meminta China untuk bergabung dengannya dan Rusia dalam perjanjian kontrol senjata baru.
Bahkan pada bulan lalu Departemen Luar Negeri mendesak Beijing untuk terlibat dengannya dalam langkah-langkah praktis untuk mengurangi risiko perlombaan senjata yang tidak stabil.
Tapi China tidak mau.
Sebuah laporan Pentagon tahun 2020 memperkirakan persediaan hulu ledak nuklir China berada di angka 200-an.
Dan angka itu diproyeksikan setidaknya dua kali lipat ketika Beijing memperluas dan memodernisasi pasukannya.
Analis mengatakan Amerika Serikat (AS) memiliki sekitar 3.800 hulu ledak, dan menurut lembar fakta Departemen Luar Negeri, 1.357 di antaranya dikerahkan pada 1 Maret.