Intisari-online.com -Kompetisi Olimpiade sudah lama menjadi 'rumah' bagi para atlet China, Rusia, Kanada, dan Inggris.
Namun terkadang, atlet negara lain yang tidak diunggulkan seperti Meksiko akan mendapatkan medali.
Bukanlah kebetulan negara Amerika Latin bisa tumbuh sukses, tapi ternyata kemenangan mereka masih terkait dengan China.
Bahkan kemenangan mereka sudah tumbuh sejak tahun 1957.
Melansir SCMP, pada tahun itu, Meksiko telah membuat pertemanan tidak biasa dengan China.
Ma Jin, warga asli Beijing, dikirim melewati Samudra Pasifik di tahun 2003.
Olimpiade Tokyo 2020 telah menjadi Olimpiade keempat Ma Jin di mana ia berperan sebagai kepala pelatih dari tim loncat indah Meksiko.
"Olimpiade ini adalah pertama kalinya dalam dunia loncat indah Meksiko bahwa kami masuk kualifikasi semua 8 acara loncat indah," ujar Ma dilansir dari Xinhua.
Sementara Ma mengharapkan murid-muridnya untuk mencapai kemenangan Olimpiade dalam kelas loncat indah tersinkron pria-wanita 10m dan di kelas tersinkron wanita 3m, Meksiko hanya mendapatkan satu medali perunggu saja.
Ia juga punya harapan tinggi untuk Rommel Pacheco untuk memenangkan medali dalam loncat indah kelas pria 3m tapi Rommel berhenti di posisi keenam.
Ma telah melatih atlet berusia 35 tahun itu untuk berkompetisi dalam Olimpiade terakhirnya, selama 18 tahun.
Pacheco adalah salah satu atlet paling dicintai di negaranya dan akan segera menjadi politisi.
Sementara Ma bagi muridnya dikenal sebagai "ibu China".
Hanya sebelum kompetisi tunggal putra 3m Senin kemarin, Pacheco mengucapkan terima kasih kepada pelatihnya di Instagram.
"Terima kasih Ma Jin untuk bersamaku dalam susah dan senang bertahun-tahun lamanya. Mari pergi bersama untuk petualangan terakhir ini. TQM," tulis caption Instagramnya.
TQM adalah singkatan Spanyol untuk "aku sayang padamu".
Ma menjadi bukti suksesnya soft power China.
Tahun 2003 ia dikirim oleh Jenderal Administrasi Olahraga bersama 35 pelatih lain ke negara Amerika Latin tersebut.
Pengiriman pelatih China dimulai tahun 1957, diperintahkan oleh mantan perdana menteri Zhou Enlai.
Tugas tersebut menjadi tugas diplomasi China.
Pengiriman pertama dikirim ke Vietnam, dan sejak itu hampir 3000 pelatih telah dikirim ke 126 negara dan wilayah di Asia, Afrika dan Amerika Latin.
"Mengirim pelatih China ke luar negeri adalah bagian besar mendorong citra China sebagai negara pendukung olahraga," ujar Vic Li Yu-wai, rekan profesor ilmu sosial di Universitas Pendidikan Hong Kong.
"Pelatih-pelatih ini dikirim ke luar negeri menjadi bagian dari integrasi agar menjadi bagian komunitas olahraga global dan agar China semakin dikenal."
Walaupun diplomasi dengan olahraga tampak netral, tapi Chen Shushu, pengajar kebijakan dan manajemen olahraga di Universitas Birmingham, Inggris, mengatakan upaya China mengirim diplomasi olahraga adalah untuk menjadi penyelenggara acara olahraga dan politik internasional.
Baca Juga: Buah Diplomasi Vaksin, Indonesia Bantuan 998.400 Dosis Vaksin AstraZeneca dari Jepang
Telah tercatat China mengirim pelatih-pelatih mereka ke negara yang telah diajak Taiwan untuk membangun hubungan diplomatik.
Contohnya adalah Vanuatu, tahun 2004, pulau di Pasifik itu mengakui hubungan diplomatik dengan China, menolak perjanjian yang sudah dibuat dengan Taiwan sebulan sebelumnya.
Perubahan sikap Vanuatu ini disebabkan karena dikirimnya pelatih China ke olahraga tenis meja, Liu Minzhong, tahun 2002.
Liu berhasil membuat tim Vanuatu menang dalam Pacific Games tahun berikutnya.
Kemudian mereka juga mengirimkan pelatih badminton ke Malaysia, gimnastik ke Jordania, loncat indah ke Thailand dan atletik ke Pakistan.
Meksiko saja sudah menjadi rumah bagi 100 pelatih China.
Sementara China memilih memakai pelatih luar negeri terutama untuk mempersiapkan Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022, dengan harapan menjadi pemenang Olimpiade besok.