Find Us On Social Media :

Sejarah Invasi Indonesia ke Timor Leste Didahului Deklarasi Balibo yang Didukung AS dan Australia, Ini Tujuannya

By Khaerunisa, Sabtu, 31 Juli 2021 | 19:10 WIB

(ilustrasi) Operasi Seroja, invasi Indonesia ke Timor Leste tahun 1975.

Baca Juga: Singapura Akhirnya Yakin Gunakan Vaksin China Sinopharm, Ini yang Dilakukan Tiongkok Agar Vaksinnya Dipercaya Negara Lain

Lima partai politik tersebut di antaranya:

  1. Uniau Democratica Timorense (UDT)
  2. Frente Revolutionaria de Timor Leste Independente (FRETILIN)
  3. Associacao Populer Democratica Timorense (Apodeti)
  4. Partai KliburOanTimor (KOTA)
  5. Partidu Trabalista

Tiga partai di antaranya, yaitu UDT, FRETILIN, dan Apodeti mempunyai perbedaan prinsip tentang masa depan Timor Timur.

UDT yang dipimpin oleh Mario Viegas Carascalao menghendaki Timor Timur tetap berada di bawah kekuasaan Portugal.

FRETILIN yang dipimpin oleh Xavier de Amaral ingin membentuk negara merdeka.

Sementara Apodeti yang dipimpin oleh Arnaldo dos Reis Araujo ingin bergabung bersama Indonesia.

Baca Juga: Padahal Tak Ada Masalah Apa-apa, Mendadak Kim Jong-Un Perintahkan Tentara Korea Utara untuk Lakukan Hal Ini, Siap-siap Mau Perang?

Namun pada akhirnya, kelompok masyarakat Timor Timur yang terdiri atas UDT, Apodeti, KOTA, dan Trabalhista kemudian sepakat menyampaikan proklamasi tandingan ketika Fretilin mendeklarasikan kemerdekaan sepihak. Proklamasi tandingan ini terjadi di Balibo pada 30 November 1975.

Pernyataan yang kemudian dikenal sebagai Deklarasi Balibo ini menyatakan keinginan Timor Timur untuk berintegrasi dengan Republik Indonesia.

Adapun tujuan Deklarasi Balibo adalah meminta Indonesia untuk menyerbu dan mengambil alih Timor Timur.

Lahirnya Deklarasi Balibo pun memperkuat legitimasi pemerintah Indonesia untuk menginvasi Timor Portugis, untuk kemudian secara de facto memasukkannya ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.