Find Us On Social Media :

Diseret ke Dalam Perangkap yang Sama dengan Indonesia, Karut-Marut Haiti Hingga Berujung Pembunuhan Presiden Ternyata Berakar dari Intervensi 'Tanpa Restu' AS

By Tatik Ariyani, Kamis, 8 Juli 2021 | 17:54 WIB

Bill Clinton

Namun, Presiden Clinton berpendapat bahwa sebuah resolusi Dewan Keamanan PBB, mengizinkan intervensi anggota DK PBB terhadap sebuah negara yang dikudeta serta memberinya hak untuk bertindak tanpa persetujuan dari Kongres AS.

Meski operasi itu sukses besar, akan tetapi Presiden Aristide tak mampu menjadi pemimpin yang baik.

Aristide terbukti memanipulasi hasil pemilu Haiti untuk terus duduk di kursi kepresidenan.

Akhirnya, Aristide kembali dikudeta pada 2004, yang secara ironis menyalahkan AS atas pemakzulannya.

Melansir Time (24 September 2019), intervensi AS yang dimaksudkan untuk menyingkirkan junta militer, mengembalikan Aristide ke tampuk kekuasaan pada akhirnya mengubah Haiti menjadi negara demokrasi.

Meski AS berhasil dua kali, para ahli mengatakan sisanya lebih rumit.

“Intervensi di Haiti adalah kesuksesan yang berumur pendek,” kata Dobbins. “Itu mencapai semua tujuannya tanpa korban dalam jangka waktu yang sangat singkat. Tapi itu tidak bertahan. Haiti mengilustrasikan bahwa hal-hal ini membutuhkan waktu lama — mereka tidak mengubah masyarakat dalam semalam.”

Memang, AS memimpin intervensi internasional baru sepuluh tahun kemudian pada tahun 2004 ketika pemerintahan Presiden Aristide kembali digulingkan.

Baca Juga: Sembarangan Terbang Bisa Picu Serangan Militer, Inilah Wilayah Udara Paling Berbahaya di Dunia