Find Us On Social Media :

Padahal 200 Tahun Tak Pernah Bersentuhan dengan Perang, Negara Ini Mendadak Gelontorkan Uang Sebanyak Rp242 Triliun Demi Senjata Militer Canggih Ini

By Afif Khoirul M, Kamis, 1 Juli 2021 | 18:24 WIB

jet tempur F-35

 

Intisari-online.com - Saat ini senjata militer bak komponen penting yang dibutuhkan setiap negara untuk memperkuat keamanan negaranya.

Bahkan banyak negara-negara di dunia jor-joran gelontorkan uangnya untuk membeli senjata militer.

Tak terkecuali negara yang belum pernah tersentuh dengan peperangan ini.

Menurut 24h.com.vn, negara tersebut adalah Swiss, negara tersebut disebut tidak perperang selama 200 tahun.

Baca Juga: Tak Ada Masalah Apa-apa dengan Inggris, China Mendadak Ikut Campur Urusan Negara Dari Benua Amerika, Sama-sama Mengutuk Inggis Perkara Pulau Ini

Namun belakangan ini menghabiskan banyak uang untuk membeli pelatan tempur canggih hingga puluhan triliun rupiah.

Diketahui Swiss telah mendatangkan jet tempur F-35A Lighting II Lockheed Martin untuk generasi berikutnya skuadron tempur.

Hal ini telah menyebabkan kontroversi sengit, karena peralatan tempur tersebut bukanlah senjata biasa.

Negara netral di Eropa itu akan membeli 36 jet tempur F-35A dari AS seharga 5,5 miliar dollar AS (Rp79 triliun).

Baca Juga: Amerika Dituntut Tanggung Jawab, Puluhan Tahun Banyak Nyawa Warga Sipil Melayang Akibat Serangan Drone dan Kekuatan Mematikan AS di Wilayah Ini dengan Dalih Mengakhiri Perang

Pemerintah Swiss menganggap ini sebagai kontrak yang "membawa manfaat terbesar dengan biaya terendah," menurut CNN.

Selain itu, Swiss juga mencapai kesepakatan untuk membeli sistem rudal Patriot dari Raytheon senilai hingga 2,1 miliar dollar AS (Rp30 triliun).

Kontraktor senjata Eropa telah gagal dalam kedua pesanan dibandingkan dengan saingan Amerika mereka.

F-35 adalah proyek paling mahal dan dikritik di AS.

Namun, Swiss adalah negara ke-15 yang memilih untuk membeli pesawat tempur siluman generasi ke-5 ini.

Sebelum "menyelesaikan" pembelian F-35A, Swiss mempertimbangkan opsi lain seperti Boeing F/A-18 Super Hornet, Rafale Dassault (Prancis) dan Eurofighter dari aliansi antara Jerman dan Italia.

Pihak oposisi di Swiss langsung memprotes, mengumumkan akan mengadakan referendum mengenai masalah ini.

Baca Juga: Sebut Inggris Lakukan 'Kebohongan Terbuka', Rusia Ancam Bakal Tenggelamkan Kapal Perang Inggris HMS Defender Jika Lakukan Hal Ini

Pihak oposisi berpendapat bahwa Swiss tidak membutuhkan jet tempur paling modern untuk mempertahankan kedaulatannya atas Pegunungan Alpine.

Karena jet hanya membutuhkan waktu 10 menit untuk terbang di atas daerah tersebut.

"Keputusan ini tidak tepat," kata Priska Seiler Graf, anggota Parlemen Swiss dari oposisi Sosial Demokrat (SP).

"Masalahnya bukan hanya membeli senjata ini, tetapi juga biaya perawatan dan pengoperasiannya," katanya.

"Mitra Eropa memberikan opsi yang lebih disesuaikan, tidak harus bergantung pada AS," kata Graf.

Total biaya bagi Swiss untuk membeli dan mengoperasikan 36 pesawat tempur F-35A selama 30 tahun diperkirakan mencapai 16,7 miliar dollar AS (Rp242 triliun).

Setelah perintah tersebut disetujui oleh pemerintah, Parlemen Swiss harus memutuskan apakah akan mengucurkan jumlah yang sangat besar. Sesi diskusi pertama diperkirakan akan berlangsung awal tahun depan.

Baca Juga: Ketegangan di Laut Hitam Meningkat, Rusia Beri Peringatan Keras pada Inggris dan AS untuk Tak Dekati Wilayahnya Lagi, Jika Tidak ...

Parlemen Swiss dapat memperdebatkan biaya dan persyaratan kontrak, tetapi tidak dapat memilih kontrak lain.

Presiden AS Joe Biden telah menjadi promotor aktif dari perintah tersebut, ketika ia melakukan perjalanan ke Jenewa, Swiss, untuk pertemuan puncak dengan timpalannya dari Rusia Vladimir Putin bulan lalu.

Aktivis Swiss menyuarakan ketidaksetujuan mereka, dengan alasan bahwa negara yang tidak berperang di luar negeri dalam 200 tahun dan tidak memiliki musuh potensial tidak membutuhkan jet tempur paling modern.

Pihak oposisi percaya bahwa jika referendum diadakan, rakyat akan memilih menentangnya.

"Orang-orang tidak ingin Ferrari di langit (mengacu pada F-35), karena itu tidak perlu," kata Marionna Schlatter, anggota parlemen Partai Hijau.