Penulis
Intisari-online.com -China semakin getol mendorong kampanye anti-Barat dengan membantu negara yang juga memusuhi pihak Barat ini.
Geng Shuang, perwakilan permanen Beijing di PBB berpidato dalam komite khusus PBB dalam dekolonisasi.
Ia mendesak Inggris untuk "memulai dialog dan negosiasi" dengan Argentina, yang mana dapat melihat pulau mereka diambil Inggris.
Dikutip dari Express, tahun 1982, Argentina menyerang Falklands yang mereka sebut sebagai Kepulauan Malvinas, dekat dengan Georgia Selatan.
Inggris melawan, menangkap kembali dua wilayah itu dalam perang yang menewaskan 1000 orang.
Hubungan Beijing dan London sudah memburuk dalam beberapa tahun terakhir.
Dua negara bersitegang antara perdagangan, Hong Kong, dan HAM.
Shuang mengatakan, "China selalu mempertahankan pendapat jika ketegangan wilayah antara negara-negara harus diselesaikan melalui negosiasi damai sejalan dengan tujuan dan prinsip Piagam PBB," ujarnya dilansir dari Express.
"Kami berharap Inggris akan secara aktif merespon permintaan Argentina, memulai dialog dan negosiasi secepat mungkin dengan pandangan mencari solusi damai dan tahan lama sesuai dengan resolusi PBB."
Pada tahun 1965, pertemuan umum PBB mengadopsi resolusi 2065 yang mengklaim ketegangan Pulau Falkand sebagai situasi kolonial.
Klaim Inggris di pulau itu didukung oleh 3000 penduduknya, yang secara berlebihan ingin tetap menjadi bagian dari negara Inggris.
Tahun 2013, ada 99,8% penduduk Pulau Falkland yang memilih kembali menjadi bagian dari Inggris.
Global Times, tabloid pemerintah China mempublikasi artikel menuduh beberapa politikus Inggris "terperosok di era kolonial".
Penulis Lin Lan menulis: "Sebagai korban kolonialisme, China paham betul kesulitan lepas dari kolonial.
"Geng Shuang, deputi perwakilan tetap China untuk PBB, pada Kamis memperjelas posisi China di Kepulauan Malvinas, atau Pulau Falklands, dan meminta upaya internasional untuk mengakhiri kolonialisme di sana sekali dan selamanya.
"Di era abad ke-21 saat ini, sudah tidak zaman lagi kolonial Barat memiliki kekuasaan sewenang-wenang.
"Namun, Inggris masih saja menyimpan mental kolonial mereka dan kebijakan yang sudah tidak relevan dengan waktu."
Lan juga mengklaim London dapat memperkuat cengkeraman mereka di pulau itu setelah Brecit.
Ia mengatakan: "Setelah Brexit, Inggris bisa saja mengambil aksi berisiko seperti meningkatkan jumlah pasukan yang dipasang di Kepulauan Malvinas, atau membuat aksi provokatif terhadap Palestina.
"Sehingga Argentina harus tetap waspada."
Gerakan China ini datang bertolak belakang dengan menurunnya ketegangan dengan Inggris.
Pada April, parlemen Inggris meloloskan undang-undang menggambarkan tekanan China dalam komunitas Uighur sebagai "genosida".
Sekitar satu juta warga Uighur beserta minoritas Muslim yang lain dilaporkan ditahan dalam kamp pendidikan di China barat.
Ada tuduhan penyiksaan, kerja paksa dan sterilisasi paksa dilakukan di fasilitas itu, yang disangkal Beijing.
Inggris juga marah dengan China yang menghapus hak otonomi Hong Kong tahun 2020, melanggar kesepakatan dengan London.
Inggris mengembalikan Hong Kong dalam kekuasaan China tahun 1997 atas dasar jaminan politik dan kebebasan media.
Merespon itu, Inggris mengatakan penduduk Hong Kong lahir sebelum 1997, dan keluarga mereka kini sah untuk pindah ke Inggris.