Masyarakat Zimbabwe berhenti menggunakan bank, berhenti membayar pajak dan tak menggunakan mata uang nasional sebagai alat transaksi jual beli karena mengalami hiperinflasi.
Karena uang tak lagi berarti, mereka lebih memilih sistem barter.
4. Venezuela
Pada 2017, Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengatakan pemerintahannya tak bisa membayar seluruh utang negara.
Maduro mengatakan perusahaan minyak negara telah membayar utang sebesar US$1,1 miliar (Rp1584 triliun, yang disebut-sebut cukup besar untuk untuk sebuah negara yang saat ini hanya memiliki dana US$10 miliar (Rp144 triliun) di bank.
Venezuela tercatat memiliki utang kepada sejumlah negara, seperti China dan Rusia.
5. Ekuador
Pada 2008 lalu, Ekuador menyatakan tak mau membayar utang.
Ekuador sebenarnya mampu untuk membayar utang yang mencapai US$10 miliar (Rp144 triliun) karena negara itu juga memiliki sumber daya alam cukup banyak.
Namun, pemerintah lebih memilih tak membayar utang. Pemerintah saat itu mengklaim utang negara di masa lalu disebabkan aksi korupsi di pemerintahan sebelumnya.
Pada 2020, Ekuador mendapatkan pinjaman sebesar US$643 juta (Rp9,25 triliun) dari IMF yang digunakan untuk pembiayaan darurat menangani pandemi covid-19.