Find Us On Social Media :

Negaranya 'Diacak-acak' Tepat saat Dirinya Masih Memimpin, Mantan Presiden Timor Leste: Australia Pengkhianat dan Perampok Negara Termiskin di Dunia, Kasus Ini Pemicunya

By Tatik Ariyani, Selasa, 22 Juni 2021 | 19:14 WIB

Mantan Presiden Ramos Horta Timor Leste.

Intisari-Online.com - Tahun 2004 lalu, pemerintah Australia melakukan operasi intelijen terhadap Timor Leste.

Saat itu, kantor Perdana Menteri Timor Leste ketika itu Mari Alkitiri disadap oleh agen rahasia Australia di saat perundingan yang sedang berlangsung antar kedua negara berkenaan dengan minyak dan gas di Laut Timor.

Kemudian, Witness K (Saksi K) dan mantan pengacaranya Bernard Collaery dituduh memberikan informasi rahasia mengenai penyadapan itu kepada pemerintah Timor Leste.

Saksi K adalah seorang agen rahasia yang terlibat dalam operasi penyadapan di Dili tahun 2004.

Baca Juga: Peristiwa Pembunuhan di Santa Cruz Timor Leste 1991, Saat Parlemen Portugal dan 12 Wartawan Internasional 'Dilarang Masuk' oleh Indonesia

Atas perannya tersebut, Jose Ramos Horta secara resmi akan meminta agar Timor Leste menganugerahkan kehormatan tertinggi negara kepada Saksi K.

Ramos Horta memuji Saksi K karena mengekspos “kecurangan, itikad buruk, dan ketidakjujuran pemerintah Australia” dalam operasi penyadapan yang dilakukan dengan tujuan semata-mata untuk “merampok negara termiskin di dunia".

Saksi K merupakan seorang mantan petugas Dinas Intelijen Rahasia Australia.

Dia dinyatakan bersalah pada hari Jumat dan dijatuhi hukuman penjara tiga bulan yang ditangguhkan.

Baca Juga: Akankah Orang Timor Leste Kehilangan Harapan, Setelah Berubah dari Kesuksesan Demokrasi Jadi Negara Minyak yang Gagal?

Saksi K berkonspirasi untuk mengungkapkan informasi rahasia tentang dugaan operasi Australia untuk menyadap ruang kabinet Timor Leste selama negosiasi perjanjian minyak dan gas yang sensitif.

Ramos Horta adalah presiden Timor Leste selama negosiasi tahun 2004.

Dia mengatakan kepada Guardian bahwa Saksi K harus diberikan Medal of Honor of the Republic atas tindakannya.

Menurutnya itu merupakan kehormatan tertinggi yang tersedia bagi mantan perwira intelijen tersebut.

 

Melansir The Guardian, Senin (21/6/2021), Ramos-Horta mengatakan dia akan membicarakan masalah ini dengan presiden saat ini, Francisco Guterres.

“Saya akan mengusulkan kepada presiden untuk menghormati Saksi K dengan Medal of Honor of the Republic sebagai pengakuan atas integritas dan keberaniannya dalam mengungkap pengkhianatan, itikad buruk, dan ketidakjujuran pemerintah Australia dalam mengatur penyadapan ilegal kantor kami dengan tujuan tunggal untuk merampok negara termiskin di dunia,” kata Ramos Horta.

Baca Juga: Sudah Seret Nama Indonesia, Negara Ini Akhirnya 'Pasrah' Warganya Lebih Pilih Sinovac Meski Ada Vaksin Covid-19 yang Lebih Ampuh, Ternyata Ini Alasannya

Mantan perwira intelijen itu terlibat dalam menyebarkan tuduhan bahwa operasi penyadapan tahun 2004 terhadap Timor Timur tampaknya memberi Australia keuntungan dalam negosiasi komersial untuk membagi sumber daya minyak dan gas di Laut Timor.

Tindakan Saksi K membantu Timor-Leste membawa kasus melawan Australia di pengadilan arbitrase permanen di Den Haag, yang menuduh tindakan mata-mata Australia berarti tidak dirundingkan dengan itikad baik.

Perjanjian maritim kemudian dirundingkan kembali dan Timor Leste mendapat kesepakatan yang lebih adil.

Komentar Ramos Horta menunjukkan perbedaan mencolok dalam perlakuan kedua negara terhadap Saksi K.

Di Timor Leste, Saksi K dipuji sebagai pahlawan.

 

Di Australia, setelah perjanjian kedua diselesaikan, pemerintah federal menandatangani tuntutan terhadap Saksi K.

Baca Juga: Bak Petir di Siang Bolong, Usai Banjir Turis Kala Pandemi, Surga Liburan Kaum Sultan Ini Kini Malah Mengemis Bantuan Perawat, Data 3 Bulan Sebelumnya Jadi Jawaban Pemicunya

Australia menuduh Saksi K bersekongkol dengan pengacaranya, Bernard Collaery, untuk mengungkapkan informasi intelijen yang dilindungi.

Dalam menjatuhkan vonis kepada Saksi K pada hari Jumat, hakim Glenn Theakston mengatakan bahwa mantan perwira intelijen itu, yang sekarang sudah lanjut usia, tampaknya melakukannya karena keadilan.

Pengadilan menemukan bahwa Saksi K tidak termotivasi oleh keuntungan pribadi atau pemerasan dan telah membuat pengungkapan melalui dua pernyataan tertulis, yang dimaksudkan untuk diajukan di Den Haag.