Penulis
Intisari-online.com -Baru beberapa hari yang lalu geger bocornya rancangan Peraturan Presiden (RaPerpres) terkait rencana peremajaan Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan (Alpalhankam) Kementerian Pertahanan (Kemhan).
Dokumen Perpres Alpalhankam Kemhan dan TNI tahun 2020-2024 tersebut mengungkapkan rencana pemerintah perkuat alutsista.
Dikutip dari Kompas.com, anggota Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) memberikan respons positif terkait rencana perpres.
Sayangnya rancangan perpres yang tengah disusun Kemenhan itu bocor ke publik dan kemudian jadi kontroversi setelah dibuka oleh beberapa pihak.
Kemenhan menyatakan masih dalam proses menggodok regulasi tersebut.
Indonesia memang terkenal negara dengan belanja militer besar.
Dikutip dari Global Fire Power, Indonesia menduduki urutan ke-31 belanja militer terbesar di dunia dengan USD 9,2 miliar per tahun (Rp 130 Triliun).
Anggaran itu terasa kecil dengan anggaran negara tetangga, Australia, yang mencapai USD 42,7 miliar per tahun (Rp 607 Triliun).
Kemudian dengan sesama negara ASEAN, anggaran belanja Indonesia kalah dengan belanja Singapura yang sebesar USD 10,7 miliar per tahun (Rp 152 Triliun).
Namun anggaran di Indonesia jauh lebih tinggi dengan anggaran militer Malaysia yang mencapai USD 3,85 miliar per tahun (Rp 54 Triliun).
Sementara itu utang luar negeri militer Indonesia mencapai USD 344,4 miliar (Rp 4.898 Triliun), lebih kecil dari Australia sebesar USD 1,714 miliar (Rp 24.379 Triliun)dan dari Singapura sebesar USD 566,1 miliar (Rp8.052 Triliun)
Namun utang luar negeri militer Indonesia jauh lebih besar dari utang luar negeri Malaysia sebesar USD 217,2 miliar (Rp 3.089 Triliun).
Sementara melihat cadangan devisa dan emas, Indonesia menduduki peringkat ke-18 dengan cadangan devisa USD 130,2 miliar (Rp1.851 Triliun) di bawah Thailand yang menduduki peringkat ke-11 dengan cadangan devisa USD 202,6 miliar (Rp 2.881 Triliun).
Cadangan devisa Malaysia sementara itu ada USD 102,4 miliar (Rp1.456Triliun) dan cadangan devisa australia hanya ada USD 66,5 miliar (Rp 945Triliun).
Modernisasi Alutsista
Meski modernisasi alutsista ini terasa sangat kontroversial, Direktur Eksekutif Lembaga Studi Pertahanan dan Studi Strategis Indonesia (Lesperssi) Rizal Darma Putra mengatakan peremajaan alutsista mutlak dilakukan.
“Saat ini, Indonesia faktanya diliputi berbagai ancaman baik militer maupun nonmiliter,” katanya dalam dikutip dari Kompas.com 4/6/2021.
Rancangan strategis (renstra) yang disusun pemerintah itu berkaitan dengan percepatan peremajaan alutsista.
Nantinya Indonesia bisa memiliki kepastian investasi pertahanan selama 25 tahun.
Hal tersebut guna memenuhi minimum essential force (MEF) atau kebutuhan dasar yang harus dimiliki sebuah pasukan.
Tidak dipungkiri juga alutsista yang dimiliki Tentara Nasional Indonesia (TNI) sudah tua dan usang.
Menurutnya ada tiga jenis ancaman di Indonesia: ancaman aktual, ancaman potensial, dan ancaman hibrida.
Ancaman aktual meliputi 'tumpahan' potensi konflik di Laut China Selatan (LCS) dan perairan Natuna.
Selain itu pelanggara wilayah perbatasan atau intervensi asing juga mengganggu terlebih dengan separatisme atau pemberontakan bersenjata, beserta terorisme dan radikalisme.
Lebih lanjut, Rizal menjelaskan, selain ancaman aktual, Indonesia juga memiliki ancaman potensial.
"Selain ancaman aktual, Indonesia juga punya ancaman potensial. Ini termasuk perang konvensional atau konflik terbuka serta ancaman nuklir," imbuhnya.
Adapun ancaman nonmiliter saat ini, sebut dia, di antaranya ancaman siber, intelijen dan spionase, ancaman psikologikal, bencana alam dan lingkungan, serta perompakan dan pencurian kekayaan alam.
Rizal menambahkan, selain yang disebutkan di atas, ancaman nonmiliter juga meliputi krisis ekonomi dan masalah imigran asing.
“Di luar ancaman aktual dan ancaman potensial, Indonesia juga dihadapkan dengan ancaman hibrida, yaitu serangan senjata biologis dan wabah penyakit,” katanya.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini