Find Us On Social Media :

Sampai Bikin Putin 'Blingsatan', Inilah Bagian Jersey Ukraina untuk EURO 2020 yang Bikin Rusia Mencak-mencak, Kecil Tapi Penuh Makna

By Tatik Ariyani, Rabu, 9 Juni 2021 | 10:07 WIB

Vladimir Putin

Intisari-Online.com - UEFA (Uni Sepak Bola Eropa) mengatakan telah menyetujui jersey baru tim nasional Ukraina.

Jersey tim tersebut dipakai untuk kejuaraan Euro 2020, yang sempat tertunda akibat pandemi COVID-19.

Euro 2020 akan dimulai 11 Juni hingga 11 Juli di 11 kota termasuk St. Petersburg, Rusia.

"Baju tim nasional Ukraina (dan semua tim lainnya) untuk UEFA Euro 2020 telah disetujui oleh UEFA, sesuai dengan peraturan peralatan yang berlaku," kata badan sepak bola Eropa itu dalam sebuah pernyataan pada 7 Juni.

Baca Juga: Kembangkan Senjata-senjata yang Mematikan, Vladimir Putin Sebut Rusia Tidak Berencana Menakut-nakuti Siapapun

Di Facebook pada 6 Juni, Pavelko menulis bahwa para pemain Ukraina akan mengenakan "seragam khusus" dan memposting foto kaus berwarna biru dan kuning dari bendera Ukraina.

Mereka menampilkan garis besar Ukraina serta slogan "Glory to Ukraine! Glory to the Heroes!"

"Kami percaya siluet Ukraina akan memberikan kekuatan kepada para pemain karena mereka akan berjuang untuk seluruh Ukraina," kata Pavelko. “Dan seluruh Ukraina, dari Sevastopol dan Simferopol hingga Kyiv, dari Donetsk dan Luhansk hingga Uzhhorod akan mendukung mereka di setiap pertandingan.”

Rupanya, desain baru jersey yang diresmikan oleh presiden Federasi Sepak Bola Ukraina, Andriy Pavelko, telah memicu kemarahan di Rusia.

Baca Juga: Tak Mau Kalah dengan China, Rusia, Iran, dan Korea Utara, Inilah Rencana yang Akan Dilakukan Pentagon 2021 Terhadap Militernya

Melansir rferl.org, Senin (7/6/2021), seorang anggota parlemen menyebutnya sebagai "provokasi politik."

Jersey tersebut menampilkan slogan patriotik dan garis besar Ukraina yang mencakup Crimea, semenanjung Laut Hitam yang dikuasai Rusia pada tahun 2014.

Donetsk dan Luhansk adalah kota-kota timur yang dikuasai oleh pasukan separatis yang didukung Rusia yang merebut kota-kota itu pada tahun 2014, pada awal perang yang telah menewaskan lebih dari 13.000 orang.

Sevastopol dan Simferopol berada di Crimea, yang diduduki dan direbut Rusia pada Maret tahun yang sama.

Rusia mengambil alih gedung-gedung pemerintah dan menggelar referendum yang dikecam sebagai tidak sah oleh setidaknya 100 negara.

Moskow mengklaim bahwa semenanjung itu adalah bagian dari Rusia tetapi secara internasional diakui sebagai bagian dari Ukraina.

Baca Juga: Begini Cara Kekaisaran Napoleon Memberdayakan Komunitas Yahudi Eropa, Salah Satunya Berikan Pengakuan Hukum pada Komunitas Tersebut

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mencemooh kaus sepak bola, mengatakan bahwa tim sepak bola Ukraina "melekatkan wilayah Ukraina ke Crimea Rusia."

Wakil parlemen Rusia Dmitry Svishchev secara tidak akurat menyatakan bahwa menunjukkan peta Ukraina termasuk Crimea adalah "ilegal," dan menyebut desain jersey sepak bola sebagai "provokasi politik."

Setelah Kremlin mengambil Crimea dengan paksa, Rusia mencoba untuk melegitimasi tindakannya dengan referendum yang secara luas dicemooh sebagai tipuan.

Pemungutan suara ini dilakukan di lingkungan yang sangat militeristik dan ilegal menurut Konstitusi Ukraina.

Hasilnya tidak pernah luput dari pengakuan sebagian besar masyarakat internasional.

Zakharova juga mempermasalahkan slogan tersebut, dengan menegaskan di media sosial bahwa slogan itu menggemakan seruan Nazi.

Baca Juga: Berlindung Sampai Negeri Arab, China Ternyata Masih Bisa Memburu Muslim Uighur dan Seret Mereka Kembali Agar Bisa Disiksa Setiap Hari

Kata-kata “Glory to Ukraina! Glory to the Heroes!" berawal dari era Perang Dunia I.

"Glory to Ukraina!" menjadi seruan di protes Maidan yang mendorong Presiden yang bersahabat dengan Moskow Viktor Yanukovych dari kekuasaan pada Februari 2014.

Sementara "Glory to the Heroes" digunakan sehubungan dengan korban kekerasan pada protes tersebut dan perang melawan pasukan yang didukung Rusia di Ukraina timur.

Slogan-slogan tersebut menuai kritik dari Moskow karena hubungannya dengan kelompok nasionalis era Perang Dunia II yang berperang melawan dan bekerja sama dengan Nazi.

Kritik terhadap Kremlin, sementara itu, menuduh Moskow menggunakan sejarah slogan untuk memajukan narasi palsu tentang pemerintah Ukraina hari ini.