Penulis
Intisari-online.com -Konflik 11 hari di Gaza antara Israel dengan militan Hamas yang berakhir dengan gencatan senjata itu sudah membuat seluruh dunia ketar-ketir.
Sebagai konflik paling lawas sepanjang sejarah kehidupan umat manusia, penyelesaian masalah Israel-Palestina sampai sekarang belum tercapai.
Israel terus membombardir Jalur Gaza yang dihuni warga Palestina dan dikuasai oleh Hamas, sebagai langkah yang awalnya dikira ingin mengalahkan para pejuang Hamas.
Namun ternyata ada masalah lebih pelik bagi Israel tentang kekuatan yang dihimpun Hamas.
Hamas bisa terus kalahkan Israel meski perbandingan kekuatannya sedikit tidak seimbang karena Hamas memiliki sistem terowongan bawah tanah sepanjang 100 kilometer di Gaza.
Sistem terowongan yang dinamakan Metro tersebut sudah dibangun Hamas sejak Hamas menguasai Gaza di tahun 2006 lalu.
Terowongan itu menjadi tempat Hamas menghimpun kekuatan, yaitu menyimpan senjata-senjata roket sekaligus menjadi tempat Hamas meluncurkannya sekaligus dalam satu waktu.
Ketika berkaitan dengan Hamas, keputusan menyerang sistem terowongan Metro didasarkan pada kampanye yang dikaitkan dengan ancaman Hamas lainnya.
Contohnya, tahun 2014 Israel menarget terowongan Hamas yang membentang dari Gaza ke Israel.
Israel kemudian membangun penghalang sensorik unik di bawah tanah dan di atas tanah guna mencegah Hamas membangun terowongan di bawah perbatasan mereka.
Israel juga sudah menyerang pasukan katak Hamas dan berbagai unit angkatan laut, termasuk kapal selam tak berawak dalam perang baru-baru ini.
IDF harus bersaing dengan unit ATGM Hamas serta unit perang cyber dan kini drone Hamas, dan baru dalam konflik 11 hari kemarin Iron Dome Israel berhasil menjatuhkan drone Hamas.
Israel merasa sangat penting menghancurkan sistem terowongan Metro, guna mencegah Hamas dengan mudah memindahkan roket lewat bawah tanah dan membuat barak massal yang dapat dikoordinasi dan terhubung dengan pusat komando.
Dulunya, Hamas sering menembakkan beberapa roket dalam satu waktu hanya dengan truk rongsokan dan metode lain.
Kini Hamas telah menyempurnakan penggunaan rudal dan roket-roket lokal mereka sampai sudah ada senjata yang bisa menjangkau jarak 250 km.
"Sistem metro ini telah dibangun mereka selama 10 tahun. Pada perang 2014 kami tidak fokus pada sistem ini, dulu tidak seefektif ini dan mereka tidak punya senjata sebanyak sekarang," ujar seorang prajurit IDF.
Israel menganggap sistem terowongan itu sebagai strategi Hamas dan bagi Israel menghancurkannya adalah strategi mengalahkan, tidak hanya taktik biasa.
Pasalnya, memang di dalam terowongan tersebut Hamas membangun senjata roketnya, yang telah diperkuat dengan bantuan Iran.
Mengutip Wall Street Journal, pemimpin militer Israel mengatakan persenjataan Hamas dibangun dengan pakar teknis dari Iran dilanjutkan dengan kemampuan lokal dalam membuat senjata.
Israel mengatakan mereka sudah menghancurkan lebih dari dua lusin pabrik rudal di Gaza dengan serangan udara, tapi Israel sendiri yakin Hamas masih menyimpan banyak di terowongan mereka, mencapai ribuan.
Baca Juga: Menguak Cara Kerja Terowongan Bawah Tanah Gaza yang Jadi Jalur Penyelundupan Senjata ke Tangan Hamas
Israel telah mengembangkan berbagai cara yang efektif memblokir penyelundupan senjata ke Gaza, tapi Iran juga mencari cara baru untuk membantu Hamas, mengirim rancangan dan cara membangun rudal-rudal itu dengan instruksi yang bisa dipahami para pejuang Hamas, beberapa kasus bahkan menggunakan bahan-bahan biasa seperti pipa, minyak jarak, bahkan bekas amunisi Israel.
"Rancangannya adalah milik Iran tapi produksinya lokal," ujar Ephraim Sneh, pensiunan brigadir jendera Israel dan mantan deputi kementerian pertahanan.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu sendiri menuduh Iran menyediakan dukungan penuh untuk Hamas dalam serangan mereka kepada Israel.
"Jika dukungan Iran kita binasakan, organisasi itu bisa runtuh dalam 2 minggu," ujarnya.
Iran dan Hamas memang tidak menutupi kerjasama mereka, dengan pemimpin Hamas dan militan Palestina lain, Palestinian Islamic Jihad, menyerukan kerjasama senjata mereka dengan Teheran.
Minggu lalu, Jenderal Esmail Qaani, kepala pasukan elit Iran Quds Force, menelepon pemimpin Hamas Ismail Haniyeh untuk menawarkan dukungan moral.
Salah satu bukti kerjasama Iran dan Hamas ini adalah roket paling canggih Hamas yang ditembakkan ke Israel, Badr 3, yang tampaknya berdasarkan model Iran al-Qasim yang telah digunakan oleh milisi dukungan Iran di Iraq.
Badr-3 kurang mewah daripada roket yang digunakan pasukan bersenjata Iran, dan rancangannya yang sederhana tampaknya artinya agar Hamas bisa mudah membangunnya.
Roket itu dikabarkan sudah diuji di setidaknya dua lokasi di dalam Iran.
Inilah sebabnya Israel mengincar menghancurkan terowongan yang disebut-sebut menjadi tempat Hamas dulunya menyelundupkan senjata dan sekarang jadi tempat Hamas membangun senjata.
Tahun 2009, Israel mengebom tempat terduga penyelundup senjata di Sudan.
Kemudian setelah perang 2014, Israel mulai mengincar terowongan yang digunakan Hamas untuk menyembunyikan rudal dan pasukan militannya.
Saat itu dengan bantuan dari Mesir, Israel memotong rute penyelundupan dan terowongan bawah tanah di perbatasan Gaza-Mesir yang digunakan untuk memindahkan senjata seperti rudal antitank.
Kemudian tahun 2016, Israel ditutuh membunuh ahli drone Hamas di Tunisia, yang sampai sekarang tidak pernah diakui oleh pejabat Israel.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini