Penulis
Intisari-Online.com – Inilah kisah seorang Sersan Kepala, Roddie Edmonds, dan anak buahnya menyelamatkan 200 prajurit Yahudi di kamp konsentrasi selama Perang Dunia II.
Tindakan kepahlawanan selama perang yang keras, kejam, tetapi membuat para pahlawan itu terguncang selama sisa hidup mereka.
Namun, terkadang tindakan kepahlawanan juga bisa dilakukan dengan cara yang tenang.
Seperti kisah seorang pahlawan yang pendiam, yaitu Sersan Kepala Roddie Edmonds.
Secara anumerta dia diberi penghargaan tinggi dan diberi nama ‘Orang Benar di Antara Bangsa-bangsa’ oleh pemerintah Israel.
Butuh waktu lama Edmonds untuk dikenali kepahlawanannya, mengapa?
Karena dia tidak pernah berbicara tentang tindakannya selama Perang Dunia II saat dia masih hidup.
Edmonds meninggal pada tahun 1985, setelah bertugas di dua perang, Perang Dunia II dan Korea, dan pernah bekerja di Oak Ridge, Tennessee, salah satu pusat penelitian nuklir Amerika.
Dia tidak pernah berbicara tentang apa yang terjadi selama hari-hari akhir Perang Dunia II.
Hanya penelitian yang gigih dari putra dan cucunyalah yang berhasil mengungkap kisah Edmonds.
Pada musim gugur 1944, Roddie Edmonds mendarat di Eropa dengan Divisi ke-106 dan berada di Ardennes ketika Jerman meluncurkan “Fall Wacht Am Rhein” mereka, yang lebih dikenal oleh penutur bahasa Inggris sebagai Pertempuran Bulge.
Saat itu, divisi Edmonds berwarna hijau, sehingga divisi ke-106 ini dikirim ke bagian depan yang oleh komando tinggi AS dianggap ‘tenang’.
Diharapkan bahwa divisi ke-106 ini dapat menyesuaikan diri dengan berpatroli, melakukan manuver kecil dan artileri.
Dan kemungkinan mereka juga terlibat dalam baku tembak kecil untuk mempersiapkan mereka dalam serangan musim semi yang direncanakan oleh Sekutu.
Namun, Jerman menggagalkan rencana itu ketika 250.000 tentara Jerman keluar dari kabut Belgia menuju pasukan Amerika yang tidak siap.
Melalui pegunungan Schnee Eifel, divisi ke-106 diserbu dan akhirnya menyerah, meski para tentara itu telah berjuang keras.
Kemudian, Roddie Edmonds dan anak buahnya ditawan pada 19 Desember 1944.
Baca Juga: Edokko, Kisah Menyentuh Pengungsi Yahudi di Perang Dunia 2 Jepang
Mereka ditahan di kamp tawanan perang sementara sebelum diproses ke kamp lain yang jauh lebih besar.
Dalam buku harian yang ditemukan oleh cucunya, Edmonds menulis, “Kami menyerah untuk menghindari pembantaian. Kami berbaris tanpa makanan dan air, kecuali beberapa bit gula yang kami temukan di sepanjang jalan dan genangan air.”
Di kamp transit itu 1.292 orang Amerika ditawan.
Tidak ada petugas yang terlihat, itu berarti Roddie Edmonds memiliki pangkat tertinggi di sana.
Satu bulan setelah penangkapan mereka, Jerman mengumumkan bahwa mereka ingin semua Yahudi melapor di luar barak keesokan paginya.
Meskipun tentara Amerika tidak tahu tentang kamp kematian, mereka tahu kebencian Nazi terhadap orang Yahudi.
Orang Yahudi diberitahu untuk membuang kalung identitas mereka saat ditangkap, karena mereka ditandai dengan ‘H’ untuk ‘Ibrani’.
Ini untuk mengidentifikasi agama mereka jika mereka terluka parah dan membutuhkan perawatan pastoral.
Baca Juga: Pedang Langka dari Himmler kepada Mufti Agung Yerusalem Ini Dilelang Seharga 575 Juta Rupiah
Ada sekitar 200 tentara Yahudi di kamp itu.
Malam itu, Edmonds, yang adalah seorang pria dengan iman Kristen yan sangat kuat, mengatakan kepada anak buahnya bahwa esok pagi mereka semua akan melapor ke luar ketika tentara Jerman datang mencari tentara Yahudi.
Esok paginya, ketika komandan Jerman, Mayor Siegmann, melihat semua orang Amerika, ia menuntut agar Edmonds mengidentifikasi tentara Yahudi Amerika.
Namun, Edmonds menjawab, “Kami semua adalah orang Yahudi di sini.”
Karena marah, sang mayor menarik pistolnya dan mengarahkannya ke kepala Edmonds.
Menurut anak buahnya yang masih hidup, Edmonds memberi tahu komandan Jerman itu, “Menurut Konvensi Jenewa, kami hanya perlu memberikan nama, pangkat, dan nomor seri kami. Jika Anda menembak saya, Anda harus menembak kami semua, dan setelah perang, Anda akan diadili karena kejahatan perang.”
Mayor itu pasti tahu bahwa perang tidak berjalan baik untuk Jerman, karena itu dia mengalah.
Menurut Chris, putra Edmonds, “Ketika Ayah mendapat perintah dan memberi tahu anak buahnya bahwa mereka tidak akan menyerahkan tentara Yahudi, mereka bisa saja mengatakan ‘tidak’.
Ketika komandan menodongkan pistol ke arah ayah saya, beberapa orang bisa saja menunjuk yang mana orang Yahudi. Tetapi tak satu pun dari mereka melakukan itu. Mereka semua berdiri bersama.”
Setelah perang, putra Edmonds berkali-kali bertanya kepada ayahnya tentang perannya dalam perang itu.
Namun, Roddie Edmonds selalu berkata, “Nak, ada beberapa hal yang lebih suka tidak saya bicarakan.”
Butuh banyak penggalian di pihak cucunya agar cerita Edmonds keluar.
Pada tahun 2016, Yayasan Yahudi untuk Orang Benar memberi Edmonds penghargaan “Yehi Or” (Biarkan Terang).
Dia juga disebut di antara Orang-Orang Benar di Yad Vashem di Israel dan diberi nama: "Orang-Orang Benar di Antara Bangsa-Bangsa untuk Menyelamatkan Orang Yahudi Amerika."
Kehormatan ini sebelumnya hanya diberikan kepada empat orang Amerika lainnya, dan Edmonds adalah prajurit Amerika pertama dari Perang Dunia II yang menerimanya. (ktw)
Baca Juga: Terang-terangan Berkhianat, Kaum Ekstrimis Yahudi Israel Serbu Masjid Al-Aqsa Dibantu Polisi Israel
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari