Intisari-Online.com – Konflik Israel dan Palestina semakin memanas, namun mengapa negara-negara Arab memilih diam saja?
Sejak Ramadhan bulan lalu, ketegangan antara Isael dan Palestina kembali memanas.
Banyak faktor yang menjadi latar belakang ketegangan itu, salah satunya adalah rencana pengusiran puluhan warga Palestina di kawasan Sheikh Jarrah.
Semakin menegangkan kemudian ketika kelompok milisi Palestina, Hamas, menghujani wilayah Israel dengan rudal-rudal.
Baca Juga: Inilah Sejarah Israel, Dekade Pertama Setelah Memproklamasikan Kemerdekaannya
Israel pun membalas serangan itu dengan melakukan operasi militer di sejumlah wilayah, meskipun tidak banyak menimbulkan kerusakan dan korban.
Namun, ratusan warga Palestina meninggal dunia dan ribuan lainnya luka-luka.
Sampai saat ini, negara-negara Arab belum melakukan langkah apa pun dalam meredam konflik Israel dan Palestina yang sedang terjadi ini.
Lalu, mengapa negara-negara Arab ini diam saja?
Baca Juga: Inilah Alasan Mengapa Masjid Al Aqsa Begitu Penting, yang Jadi Rebutan Israel dan Palestina
Dosen Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Ahmad Sahide mengatakan, diamnya negara-negara Arab karena memiliki ketergantungan sangat tinggi terhadap Amerika Serikat.
Padahal, AS memiliki lobi kuat Yahudi untuk menjaga politik luar negerinya, terutama dalam konflik Israel-Palestina.
Palestina, dengan kondisi seperti itu, tentu tidak memiliki dukungan politik dan strategi perjuangan yang kuat seperti Israel.
"Palestina tidak mempunyai strategi perjuangan seperti Yahudi dulu sewaktu awal menggagas untuk mendirikan negara Yahudi (Israel)," kata Suhedi saat dihubungi Kompas.com, Minggu (16/5/2021).
"Orang-orang Yahudi saat itu melakukan penggalangan dana, mendekati negara-negara yang berpengaruh di kancah dunia," sambung dia.
Berdirinya Liga Arab menjadi salah satu tujuan untuk mencegah negara Yahudi di Palestina.
Organisasi itu juga banyak memiliki peran yang signifikan dalam upaya damai Israel dan Palestina.
Menurut Sahide, negara Arab kini harus mulai mengurangi ketergantungannya terhadap AS.
"Selagi AS menjadi negara superpower dan negara-negara Islam mempunyai ketergantungan yang tinggi terhadap Amerika, maka Israel akan terus-terusan melakukan aksi brutalnya terhadap warga Palestina," jelasnya.
Baca Juga: Konflik Israel-Palestina Jadi Gambaran Perhitungan Kasar Joe Biden Mengenai Peran AS di Timur Tengah
"Mengurangi tingkat ketergantungan tehadap AS tentu dimulai dengan mengembangkan sains, teknologi, dan ilmu pengetahuan," sambungnya.
Jelasnya, konflik Israel dan Palestina tidak bisa diselesaikan dengan perang dan aksi militer.
Bagaimana pun, Israel menjadi salah satu negara dengan alat militer terbaik di dunia.
"Terbukti pilihan itu tidak efektif. Kalau pendekatan itu ya jelas kalah dari Israel yang didukung dengan teknologi tinggi," kata dia.
"Perlu ada pendekatan lain dalam meresponsnya, soft diplomacy misalnya," tutup dia. (Ahmad Naufal Dzulfaroh)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari