Bennett adalah mantan pemimpin Yesha, pergerakan pencaplokan utama di Tepi Barat.
Ia membuat aneksasi wilayah yang diamankan Israel lewat perang 1967 sebagai latar belakang penting politiknya.
Namun sebagai kepala pemerintahan "perubahan" yang akan melibatkan partai sayap kiri dan golongan tengah sembari berharap dengan dukungan di parlemen dari anggota legislatif Arab, mengikuti kebijakan aneksasi akan sulit dilakukan.
Bennett mengatakan jika baik kelompok kanan maupun kiri harus berkompromi dalam masalah ideologi.
Tahun lalu saat pemerintah Netanyahu berupaya mencaplok Tepi Barat dan menduduki bangunan-bangunan di bulan-bulan terakhir pemerintahan Trump, Bennett mengatakan "momentum pembangunan di negeri ini tidak bisa dihentikan bahkan walaupun sedetik saja."
Rencana aneksasi gagal ketika Israel menormalkan hubungan dengan Uni Emirat Arab.
Pakar melihat kesempatan rencana itu dilanjutkan di bawah Joe Biden cukup kecil.
Meski begitu, warga Palestina kemungkinan melihat dipilihnya Bennett sebagai angin harapan adanya pembicaraan perdamaian dan menjadikan mereka negara merdeka, sebuah formula diplomasi jangka panjang yang pasti akan dibantu Biden.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini