Penulis
Intisari-Online.com - Konflik antara Israel dan Hamas ternyata begitu mengerikan.
Ini karena kerusakan yang terjadi di Jalur Gaza dan beberapa tempat lainnya begitu menyesakkan hati.
Apalagi jika melihat jumlah korban yang tewas.
Baca Juga: 242 Orang Tewas di Jalur Gaza, PBB Siap Hukum Israel,Benjamin Netanyahu: Mereka Anti-Israel
Setidaknya 242 orang tewas di Jalur Gaza dan 13 tewas di Israel selama 11 hari pertempuran sengit yang berakhir pada hari Jumat.
Namun kini konflik itu berakhir dengan gencatan senjata yang ditengahi Mesir.
Awalnya konflik terjadi setelahberminggu-minggu ketegangan Israel-Palestina yang meningkat di Yerusalem Timur yang diduduki Israel.
Puncaknya ketika umat Islam mendapat kekerasan dari polisi Israel di situs suci yang dihormati olehIslam dan Yahudi.
Hamas yang marah dengan sikap Israel terhadap umat Islam Palestina lalu mulaimenembakkan roket ke Israel.
Mereka rupanya ingin memberi peringatan kepada Israel.
Masalahnya Israel langsung membalasnya dengan serangan udara. Di mana terjadi beberapa bom mengerikan di Jalur Gaza.
Dilaporkan lebih dari 4.000 roket Hamas yang ditembakkan ke wilayah Israel. Beberapa berhasil lolos dari Iron Dome, sistem pertahanan udara Israel.
Akibatnya beberapa warga Israel tewas. Kira-kira ada 12 orang yang dilaporkan terkena roket Hamas.
Aksi Hamas yang sukses menjebol sistem pertahanan udara Israel yang canggih menjadi rekor lain bagi kelompok militan yang menguasai Jalur Gaza itu.
Bahkan aksi Hamas itu mendapat pujian darimantan jenderal senior di Angkatan Udara Israel.
MenurutnyaHamas membuat pencapaian lebih besar selama agresi terbaru di Jalur Gazadan itu diluar apa yang bisa dibayangkan.
Dilansir dari middleeastmonitor.com pada Sabtu (29/5/2021),Brigadir Jenderal Assaf Agmon cadangan mengatakan bahwa tidak perlu melihat jauh untuk mengakui pencapaian Hamas.
"Masalah Palestina, terutama di Jalur Gaza, kembali menjadi agenda utama setelah kami meyakinkan diri kami sendiri bersama dengan beberapa negara bahwa masalah ini memudar."
“Sekarang, Hamas dipandang sebagai pemimpin sentral di antara orang-orang Palestina, bahkan di Tepi Barat dan negara-negara di Timur Tengah."
"Kami menjadikannya faktor utama dalam konflik di wilayah Otoritas Palestina, pertama dan terutama di Yerusalem."
"Bahkan di Israel, kami menemukan bahwa Hamas memiliki tempat teratas."
Mantan jenderal Israel, yang mengambil bagian dalam perang 1973 melawan Mesir, menambahkan: "Hamasmenjadi penghalang bagikami."
"Tetapi secara praktis, ia meningkatkan kekuatannya dari satu pertempuran ke pertempuran lainnya."
Dia menekankan bahwa Kepala Staf, yang memuji serangan Israel di Gaza sebagai kemenangan, mendorong kepemimpinan politik untuk melanjutkan jalan yang salah.
"Apa yang terjadi bukanlah hasil imbang, tapi kerugian yang mereka coba jual kepada kami sebagai prestasi," katanya.
Dia menambahkan: "Hal terburuk adalah membuat kami mengabaikan kemunduran dan tidak belajar pelajaran."
"Ini membawa kami ke a kekalahan besar dalam perang multi-medan perang."