Find Us On Social Media :

Kisah Wanita Palestina Hidupkan Kembali Warisan Perhiasan Tradisional

By K. Tatik Wardayati, Jumat, 28 Mei 2021 | 09:50 WIB

Wanita Palestina menghidupkan kembali perhiasan tradisional Palestina.

Intisari-Online.com – Wanita muda Palestina menghidupkan kembali warisan perhiasan tradisional di negaranya, untuk menyebarkan energi positif pada orang-orang di sekitarnya.

Rawan Raafat, seorang wanita muda Palestina dari Yerusalem Timur, menghabiskan waktu berjam-jam sehari di depan meja besar.

Meja besar itu sebagai alat yang sangat diperlukannya untuk membuat perhiasan tradisional Palestina.

Anting lonceng, katenari pembawa jimat, dan hiasan jilbab hanyalah beberapa dari barang yang dibuat oleh wanita berusia 39 tahun itu, dengan menggunakan kombinasi tembaga dan perak.

Baca Juga: Inilah Sejarah Palestina, Asal Mula Nama ‘Palestina’ Tidak Ditemukan di Catatan Manapun

Setelah produknya selesai, dia mengambil foto dan mempostingnya di halaman Instagram dan Facebook-nya.

"Saya terkejut mengetahui bahwa semua produk saya telah terjual, meskipun harganya sedikit mahal dengan masing-masing dijual seharga 100 dolar AS," kata wanita itu.

"Wanita Palestina menyukai apa yang saya produksi, karena yang saya buat ini berbeda dari barang lain yang ada di pasaran," tambahnya.

Tapi menjadi berbeda bukanlah tujuan awal Raafat.

Baca Juga: Mengenal Baju Palestina Tradisional, Gaya Pakaian Tergantung Wilayah dan Kelasnya

Baginya, menghidupkan kembali perhiasan tradisional Palestina dan warisannya lebih penting.

"Kami (Palestina) telah hidup di bawah konflik yang sedang berlangsung dengan Israel selama bertahun-tahun sampai sekarang. Itu telah memengaruhi cara kami dipandang oleh komunitas internasional," jelasnya.

Citra negatif itulah yang ingin diubah Raafat melalui pembuatan perhiasan yang dilakukannya dengan menggunakan metode produksi konvensional Palestina.

"Inilah mengapa saya membuat karya tradisional saya sendiri pada tahun 2020 untuk menghidupkan kembali perhiasan kami, yang hilang di tengah krisis yang sedang kami derita," kata Raafat.

"Tidak diragukan lagi bahwa konflik militer, politik dan ekonomi dengan Israel telah berdampak negatif pada semua aspek kehidupan kami di wilayah Palestina, termasuk psikologi kami," katanya, seperti dikutip globaltimes (13/4/2021).

Tahun-tahun belakangan ini sangat sulit bagi orang-orang Palestina.

Pengangguran di wilayah Palestina, termasuk Tepi Barat, Yerusalem Timur, dan Jalur Gaza, melampaui 28,5 persen, dan tingkat kemiskinan juga melonjak, sedangkan situasi keamanan memburuk.

“Dulu nenek moyang kita hidup tenang, penuh energi positif dan stabilitas. Meski bekerja keras mengolah tanah, kebanyakan memakai perhiasan, baik perempuan maupun laki-laki,” ujarnya.

Baca Juga: Inilah Mata Uang Palestina yang Digunakan, Dolar Amerika untuk Pembelian Barang Mahal!

Meski sekarang situasinya berbeda, Raafat mengatakan dia tidak akan menyerah pada mimpinya untuk menghidupkan kembali perhiasan tradisional Palestina.

Dia juga mengatakan ingin meningkatkan keterampilannya.

"Saya menemukan bahwa sebagian besar perhiasan tradisional kami seringkali berupa permata, batu persegi atau segitiga, di atasnya dituangkan logam," jelasnya, seraya mengatakan bahwa semuanya "membantu orang membuang energi negatifnya."

Di masa lalu, jelasnya, wanita menggunakan perhiasan sendiri untuk mengeluarkan energi negatif dari tubuh mereka, terutama barang yang terbuat dari tembaga dan perak.

Mereka percaya bahwa tembaga mendukung jaringan dan sel darah merah.

Gelaang yang terbuat dari tembaga digunakan untuk mengobati radang sendi, penyakit kulit, dan luka.

Perhiasan itu juga dipercaya berguna dalam mengobati penyakit dalam seperti masalah jantung, kanker, dan anemia.

"Inilah alasan mengapa saya mencoba menghidupkannya kembali dan membawa perhiasan ini untuk pria dan wanita," katanya.

Baca Juga: Inilah Bahasa Palestina yang Digunakan, dari Bahasa Utama Hingga Bahasa Resmi

Terlepas dari niat baiknya dan meningkatnya permintaan akan barang-barang buatannya, ternyata ekspansi penjualan tidak mudah, terutama mengingat defisit bahan baku dan harga peralatan yang tinggi.

“Saya harus pergi ke kota-kota Israel untuk membeli bahan mentah, yang terkadang saya dilarang membeli atau dilarang membawa dalam jumlah besar, dan ini dapat menghambat pekerjaan saya selama berminggu-minggu,” jelasnya.

Menentang segala rintangan, wanita Palestina ini bersikeras melanjutkan proyeknya dan menyebarkan energi positif dengan mendorong lebih banyak orang untuk memakai perhiasan semacam itu.

Dia juga bercita-cita untuk menciptakan merek globalnya sendiri yang akan mendefinisikan warisan perhiasan tradisional Palestina kembali untuk mencerminkan citra berbeda dari orang-orang Palestina yang lebih memilih untuk hidup dalam stabilitas.

"Ini bukan takhayul, tapi sejarah kitalah yang harus kita banggakan dan upayakan untuk melindungi dari kepunahan," katanya. (ktw)

Baca Juga: Inilah Bendera Palestina yang Mirip dengan Negara Lain Terinspirasi dari Pemberontakan Arab Lawan Pemerintahan Ottoman

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari