Penulis
Intisari-online.com -Tahun lalu, di salah satu pangkalan udara paling utara di dunia, militer Rusia menaruh sketsa terakhir atas landasan yang cukup panjang dilintasi jet tempur dan pesawat bomber.
Sentuhan terakhir untuk pangkalan udara Nagurskoye, terletak di kepulauan es besar di Samudra Arktika, mengubah hangar jet tempur usang Soviet menjadi salah satu pos militer paling canggih Rusia.
Tempat itu kini berfungsi memenuhi ambisi Kremlin di Arktika yang kaya raya.
Pangkalan-pangkalan itu dikombinasi menjadi distrik militer baru Januari kemarin di bawah komando Armada Utara, angkatan laut Arktika milik Rusia.
Armada tersebut memiliki pangkalan di Teluk Kola, dekat dengan kota Murmansk, Arktika, 800 mil dari Nagurskoye.
Pesawat perang Rusia MiG-31 telah mendarat di Nagurskoye sejak tahun lalu, dan distrik militer baru menerima armada Su-34.
Melansir Wall Street Journal, tujuannya adalah memproyeksikan kekuatan Rusia di wilayah yang Washington inginkan.
Jet tempur terbang dari Nagurskoye dapat mencapai pangkalan militer paling utara AS di Thule, Greenland, dalam 1 jam saja.
Pesawat itu juga bisa mencapai New York dalam 2 jam saja.
"Rusia bekerja menggunakan Arktika untuk meraih status kekuatan besar dan dalam melakukannya menjadi ancaman jauh lebih besar daripada sebelumnya 10 tahun terakhir," ujar Rebecca Pinsus, pakar Artika di U.S Naval War College, Newport, R.I.
Ironisnya, saat es di kutub utara mencair, minyak dan gas alam dan juga rute laut yang baru telah semakin mudah diakses.
Moskow telah memindahkan kekuasaan utuh atas wilayah itu yang mereka lihat penting sebagai masa depan ekonomi Rusia.
Untuk Moskow, kutub menjadi medan perang geopolitik terakhir mereka di mana Moskow memegang kekuatan besar melawan Washington dan Beijing yang berupaya memperluas kekuasaan di sana.
Di bawah pemerintahan Presiden Vladimir Putin, militer Rusia telah menjadi alat untuk kebijakan politik Rusia.
Di Arktika, yang penuh dengan sengketa teritori dan masalah hukum, pasukan bersenjata ditugaskan mendorong batas kontrol Rusia.
Dengan ladang minyak Siberia Barat milik Rusia tampaknya menurunkan produksi tahun-tahun mendatang, Moskow mencari Arktika sebagai sumber baru hidrokarbon.
Armada Utara mengatakan di tahun 2019 lalu mereka telah temukan lima pulau baru di tengah melelehnya es di Laut Kara.
Tempat itu menjadi pusat aktivitas Moskow mengeksplorasi minyak, dan juga telah mengklaim minyak di situ untuk Rusia.
Militer telah merenovasi pangkalan udara lain di sepanjang pantai utara Rusia dan mengirimkan sistem pertahanan udara S-400 dan radar canggih guna mempersulit potensi kemajuan dari negara-negara Organisasi Perjanjian Atlantik Utara.
Di Teluk Kola, kapal selam nuklir kelas baru Armada Utara ditempatkan guna memastikan Moskow mempertahankan keunggulan di bawah air.
Kapal pemecah es militer yang kemungkinan dipersenjatai dengan rudal kapal akan segera dipindahkan ke perairan Kutub Utara.
"Kompetisi tumbuh antara negara-negara terkuat di dunia untuk akses sumber daya di Samudra Arktika dan rute transitnya," ujar Menteri Pertahanan Sergei Shoigu April lalu.
"Karena penanganan yang dilakukan, Armada utara mampu secara efektif melawan tantangan dan ancaman yang dihadapi Rusia di Arktika."
Shoigu mengatakan tahun lalu pasukan bersenjata telah laksanakan ekspedisi untuk mengkoleksi bukti geologis mendukung klaim Moskow atas wilayah bawah laut yang diperkirakan menyimpan sumber daya minyak dan gas.
Kini keputusan ada di tangan PBB apakah struktur bawah laut itu, Lomonosov Ridge, adalah bagian dari Rusia, Denmark, atau Kanada.
Amerika Serikat (AS) sendiri telah memperhitungkan ulang strategi Kutub Utara mereka.
Mereka mendorong rencana menaruh lebih banyak jet tempur generasi kelima di Alaska daripada tempat lain di negara itu.
Upaya tersebut dilakukan untuk membuat kewalahan pertahanan antijet Rusia.
Sementara itu ancaman dari China adalah proyek pengembangan gas bernilai multimilar dolar di Arktika, Rusia.
Beijing tertarik dengan Rute Laut Utara sebagai alternatif jalur kapal Laut China Selatan yang penuh sengketa.
Kremlin khawatir jika China yang menggambarkan diri sebagai "negara dekat Arktika" bisa mengganggu kepentingan Rusia.
Beijing merencanakan membangun pemecah es nuklir mereka sendiri yang dapat menavigasi Rute Laut Utara, kemungkinan besar tanpa izin Rusia.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini