Penulis
Intisari-online.com -India masih disorot dunia atas lonjakan kasus virus Corona Covid-19 dan cara penanganan pemerintah India beberapa waktu terakhir.
Perdana Menteri (PM) Narendra Modi dikritik banyak warga India terkait cara menangani Covid-19 beberapa waktu terakhir.
Kritik ramai bergulir karena Modi tetap menggelar kampanye politik yang dihadiri puluhan ribu orang di tengah pandemi.
Twitter India diramaikan tagar berbunyi #ResignModi dan #SuperSpreaderModi selama dua hari terakhir.
Modi yang disokong oleh partai nasionalis Hindu juga gelar acara festival Kumbh Mela yang sebabkan puluhan ribu umat Hindu berkumpul tanpa mematuhi aturan social distancing tanpa memakai masker di tepi Sungai Gangga.
Isu Islamophobia
Sementara itu umat Muslim di India juga merupakan umat Muslim minoritas yang kalah dengan umat Hindu.
Tahun 2019 lalu, isu Islamophobia menguat di India.
Modi sempat mengingatkan Muslim India tidak perlu khawatir Undang-undang Kewarganegaraan.
Tahun 2019 itu, UU Kewarganegaraan memicu aksi demo tewaskan 25 orang selama dua pekan terakhir.
UU itu dianggap mendiskriminasi umat Islam di negara yang mayoritas warganya pemeluk agama Hindu.
"Para muslim yang merupakan anak tanah air (India) dan nenek moyangnya adalah anak ibu pertiwi (India), jangan khawatir," kata Modi di hadapan ribuan peserta kampanye partainya, Bharatiya Janata Party (BJP), Minggu (22/12/2019) seperti dilansir Channel News Asia.
Dalam pidatonya, Modi menyebut pemeluk Islam di India juga warga asli India.
Ia menuding partai oposisi telah menyebarkan rumor bahwa UU Kewarganegaraan akan membuat umat Muslim dipenjara di kamp penahanan.
"Tidak ada pusat penahanan. Semua cerita tentang pusat penahanan adalah bohong, bohong, dan bohong," ujar Modi.
Kendati demikian, negara bagian Assam punya enam pusat penahanan yang kini dihuni lebih dari 1.000 tahanan yang diduga imigran legal.
Negara bagian Assam berencana menambah 11 pusat penjara lagi.
Kementerian Dalam Negeri mengakui 28 orang tahanan meninggal dalam beberapa tahun terakhir.
UU Kewarganegaraan itu memberi kemudahan bagi pemeluk agama minoritas di negara tetangga yaitu Hindu, Sikh, Jain, Parsi, Kristen, dan Buddha.
Namun kemudahan tidak bagi Muslim.
Kelompok Islam dan oposisi di India khawatir aturan ini bakal memarjinalkan 200 juta Muslim di India.
Mereka menuding Modi ingin menjadikan India sebagai negara Hindu.
Pemerintahan Modi menyangkal dan beralasan pemberlakuan UU ini untuk membantu minoritas yang dipersekusi di negara tetangga yang mayoritas beragama Islam.
Negara tetangga yang dimaksud yakni Pakistan, Bangladesh, dan Afghanistan.
Agama Hindu
Kepercayaan umat Hindu India sendiri malah justru menimbulkan kontroversi di tengah kasus Covid-19 ini.
Tercatat beberapa orang di Gujarat, India Barat, percaya jika kotoran sapi dapat menyembuhkan mereka dari Covid-19 dan membuat kebal.
Seminggu sekali orang-orang itu datang ke tempat penampungan sapi dan mengoleskan kotoran sapi serta air kencing ke tubuh mereka.
Dokter di India sudah mengingatkan praktik ini tidak ada bukti ilmiah dan malah berisiko menularkan penyakit lain.
Umat Hindu percaya sapi adalah simbol suci kehidupan dan bumi.
Rupanya selama berabad-abad umat Hindu telah menggunakan kotoran sapi guna membersihkan rumah mereka dan untuk ritual doa, dipercaya memiliki khasiat terapeutik dan antiseptik.
Seorang manajer asosiasi di sebuah perusahaan farmasi, Gautam Manilal Borisa, mengaku praktik tersebut membantunya pulih dari Covid-19 tahun lalu.
"Kami melihat, bahkan dokter datang ke sini. Keyakinan mereka adalah bahwa terapi ini meningkatkan kekebalan mereka dan mereka dapat pergi serta merawat pasien tanpa rasa takut," kata Gautam.
Para dokter dan ilmuwan baik di India maupun seluruh dunia telah berulang kali memperingatkan agar tidak mempraktikkan pengobatan alternatif untuk Covid-19.
Hal itu dapat menyebabkan rasa aman yang salah dan memperumit masalah kesehatan.
"Tidak ada bukti ilmiah yang konkret bahwa kotoran sapi atau urin berfungsi untuk meningkatkan kekebalan terhadap Covid-19, itu sepenuhnya didasarkan pada keyakinan," kata presiden nasional di Indian Medical Association, Dr JA Jayalal.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini