Penulis
Intisari-online.com -Nasionalis Hindu India dan sayap kanan Israel memiliki kepentingan yang sama.
Sumantra Bose menulis di The Conversation mengatakan jika Benjamin Netanyahu menerima Narendra Modi ke Israel tahun 2017 dengan kata-kata ini: "Perdana Menteri Modi, kami telah lama menunggumu, hampir 70 tahun… kami melihatmu sebagai jiwa yang baik."
Kedua perdana menteri tersebut sama-sama berjuang di pemilu musim semi 2019, dan membagi rapor yang baik serta memanggil satu sama lain di Twitter sebagai "temanku Narendra" dan "temanku Bibi."
Hubungannya lebih dari kedekatan personal, atau bahkan dari peran penting kompleks industri-militer Israel yang memberikan kebutuhan bagi India.
Hubungannya mengakar pada rasa kagum generasi nasionalis Hindu untuk Zionisme dan produknya, Israel, yang ingin mereka tumbuhkan di India.
Sekuleris India sering mengklaim nasionalis Hindu berniat mengubah India menjadi versi Hindu dari Pakistan.
Hal ini tidak salah, karena pendiri Pakistan Muhammad Ali Jinnah menggabungkan agama, kebangsaan dan negara, ideologi politik Hindutva dari nasionalisme Hindu yang lahir di tahun 1920-an juga berpikir demikian.
Namun analogi Pakistan bersifat terbatas.
Lebih dari 60 tahun, Pakistan telah menjadi negara yang didominasi oleh militer, sedangkan India menjadi negara yang demokrasinya berevolusi dengan baik.
Selalu tidak dapat dibayangkan jika orang yang setara dengan Zia-ul Haq, diktator militer Islam memerintah Pakistan dari 1977-1988 dapat muncul di India dan menganut Hindu di negara bagian itu.
Oleh karena itu niat nasionalisme Hindu untuk membuat ulang India perlu dikejar dan dicapai dalam cara yang sesuai dengan politik demokrasi.
Prototipe mereka muncul dalam bentuk negara yang terus-terusan demokrasi dan supremasi bersamaan: Israel.
Israel adalah negara "Yahudi dan demokrasi" sampai Juli 2018 ketika mayoritas sayap kanan di parlemen mereka memenangkan voting untuk menguatkan identitas Israel menjadi "negara warga Yahudi yang menghargai hak semua warganya."
Revisi ini berdampak pada para ekstrimis di politik Israel.
Dukungan ini sampai membentuk para nasionalis India yang mendukung gerakan di Israel menyerang Palestina.
Dilansir dari Free Press Journal, beberapa jam saat serangan Israel di Palestina, pengguna Twitter di India telah mengutarakan secara antusias dukungan ke Israel dan Palestina.
Sementara argumen berkisar dari penghapusan dan cara persuasif, banyak yang menekan untuk memahami apa yang terjadi.
Tiba-tiba muncul tren kontradiktif, keduanya adalah #IndiaStandsWithIsrael dan #IndiaStandsWithPalestine telah menjadi trending di situs mikroblogging dan tokoh politik dan bisnis telah ikut serta bersama netizen biasa.
Narendra Modi menjadi Perdana Menteri India pertama yang mengunjungi Palestina di 2018.
Saat yang sama, India dan Israel mempertahankan hubungan hangat, menjadikan India berada di titik abu-abu.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini