Intisari-Online.com - Israel kembali melancarkan serangan di Jalur Gaza.
Lebih dari selusin warga Palestina tewas dalam serangan udara Israel di Jalur Gaza yang terkepung, menurut kementerian kesehatan Palestina,seperti melansir Al Jazeera, Senin (10/5/2021).
Hal itu terjadi setelah Hamas meluncurkan roket dari wilayah pesisir menuju Israel.
Kementerian kesehatan Gaza mengatakan kepada Al Jazeera pada hari Senin bahwa 20 orang, termasuk anak-anak, tewas dalam serangan itu. Sedikitnya 65 orang lainnya terluka.
Sebelumnya Hamas, entitas yang berkuasa di Gaza, menembakkan puluhan roket ke Israel, termasuk serangan yang memicu sirene serangan udara sejauh Yerusalem, setelah ratusan warga Palestina terluka oleh pasukan Israel yang menyerbu kompleks Masjid Al-Aqsa di wilayah pendudukan Jerusalem Timur.
Hamas telah memberi ultimatum kepada Israel untuk menghentikan pasukan dari Al Aqsa, situs tersuci ketiga dalam Islam yang juga dihormati oleh orang-orang Yahudi.
Ketegangan di Yerusalem telah dipicu oleh pengusiran paksa keluarga Palestina yang direncanakan dari lingkungan Sheikh Jarrah dan oleh serangan pasukan Israel di Al Aqsa pada salah satu malam paling suci di bulan Ramadhan.
Mengapa pasukan Israel mati-matian ingin merebut Al-Aqsa dari Palestina?
Pada 2013, sebuah rancangan ungdang-undang Israel memberi hak orang Yahudi untuk berdoa di esplanade Masjid Al Aqsa.
Rancangan undang-undang yang dibahas di parlemen Israel itu menunjuk waktu dan ruang bagi orang Yahudi yang ingin berdoa di sana.
Meski demikian, situs ini adalah tempat suci dan ekslusif bagi umat muslim.
Sejak Palestina ditaklukan umat muslim pada abad ke-7, masjid itu telah dibangun.
Namun, tahun 1967 Israel menduduki situs tersebut, dan peristiwa provokatif terjadi.
Pada tahun 1969, seorang Kristen-Zionis Australia bernama Denis Michael Rohan membakar mimbar masjid.
Pada tahun 1982, Alan Godman seorang tentara Yahudi Amerika Israel menembakkan senapan otomatis ke jamaah di "Dome of the Rock" dan menewaskan 2 dan melukai 11.
Tahun 200 pemimpin oposisi Israel Arual Sharon mengunjungi kawasan itu ditemani 1.000 polisi dan menyatakan bahwa situs itu akan tetap abadi "di tangan kita".
Sebuah kalimat dan tindakan yang memicu intifadah (perlawanan) kedua antara Palestina dan Israel.
Orang-orang Muslim melihat setiap perambahan Yahudi di situs itu sebagai serangan terhadap kepercayaan mereka.
Lantas sebuah masjid keramat yang suci bagi umat muslim mengapa begitu diinginkan oleh orang Yahudi, memang apa yang diyakini oleh mereka?
Seperti dikutip dari Al Jazeera, Masjid Al Aqsa adalah sebuah masjid yang dibangun di atas Bukit Bait Suci yang paling keramat bagi umat Yudaisme.
Sementara bagi umat muslimsitus itu disebut The haram Al-Sharif, atau "tempat kudus yang mulia", satu dari tiga tempat suci selain Mekah.
Temple Mounth dalam keyakinan Yahudi dikenal sebagai Har Habayit, dalam bahasa Ibrani, secara tradisional diyakini sebagai tempat dimana Abraham menunjukkan pengabdiannya kepada Tuhan.
Dia membawa putranya Ishak untuk dikorbankan.
Kemudian, Temple Mount juga diyakini sebagai situs dari Kuil Yahudi Kuno yang dibangun oleh Raja Solomon, dan dihancurkan orang Babel tahun 586 SM.
Kedua dibangun pada abad keenam SM sebelum dihancurkan orang Yahudi yang diasingkan 70 M oleh Kekaisaran Romawi.
Orang Yahudi berkeyakinan bahwa kuil ketiga akan dibangun selama zaman mesianik, (zaman kedatangan Mesias/Isa Al Masih)
Sejak pasukan Israel mendapatkan kendali atas Yerussalem selama Perang Enam Hari tahun 1967.
Israel memperluas kedaulatannya atas situs tersebut meskipun banyak orang menganggapnya tidak sah.
Saat ini Temple Mount dapat diakses siapa saja, termasuk masuk ke dalam Dome of The Rock, yang dibatasi untuk umat Islam.
Meskipun ada beberapa gerbang untuk mengakses situe tersebut, non-Muslim harus masuk melalui Gerbang Murghrabi yang terletak di tembok barat.
Keamanan Israel mengontrol titik masuk.Pada saat-saat ketegangan memuncak, Israel kadang-kadang menutup situs itu bagi para pengunjung, termasukumat Muslim.
Orang Israel juga mengklaim tempat itu suci.
Sampai beberapa tahun yang lalu, Kepala Rabi di Israel dengan tegas melarang orang Yahudi untuk berdoa atau bahkan berjalan di daerah yang dikenal orang Yahudi sebagai Temple Mount.
Sebaliknya, orang Yahudi yang taat hanya akan berdoa di dinding luar.
Tetapi dalam beberapa tahun terakhir, para Rabi tampaknya agak melonggarkan larangannya dalam hal ini.Afif Khoirul M