Penulis
Intisari-Online.com – Para investor pasti tak asing mendengar nama George Soros.
Namanya lebih tenar di dunia investor dan jual beli mata uang dunia.
Tak pernah ada yang menyangka bahwa pria ini telah melewati kehidupan tragis dan selamat dari pembantaian Nazi dari negara asalnya di Hongaria.
Remaja Soros digambarkan sebagai seorang pria tanpa uang di Inggris.
Dia bekerja sebagai porter kereta api, pelayan, dan penerima selebaran.
Memiliki nama asli Gyorgy Schwartz, kisah Soros ditulis oleh Michael T Kaufman dalam buku Soros: The Life and Times of a Messillionic Billionaire.
Karena ketakutannya pasca Perang Dunia II meletus, ia mengubah namanya menjadi Soros, apalagi saat itu sedang maraknya anti-Semitisme.
Makna di balik nama Soros adalah seseorang yang ditakdirkan untuk pergi jauh.
Baca Juga: Yuk Mengenal Investasi Milenial
Setelah itu Soros pergi ke Inggris dan Amerika, untuk bersembunyi dari Nazi.
Bagaimana kehidupan Soros semasa remaja hingga mendapatkan uang, tak banyak penjelasan mengenai dirinya.
Namun, nasibnya berubah ketika dia memiliki gelar Ph.D. dalam Filsafat dari London School of Economic.
Meski awalnya memiliki rencana untuk menjadi seorang filsuf, namun takdirnya berubah, kini ia menjadi seorang ekonom yang jenius.
Kisah hidupnya yang paling fenomenal terjadi pada 16 September 1992, ketika Soros bertaruh uang 10 miliar dollar AS terhadap nilai tukar poundsterling Inggris.
Dia membeli mata uang pound kemudian menjualnya, lalu membelinya dengan nilai yang murah.
Dari transaksi itu Soros menghasilkan 1 miliar dollar AS, hingga ia dicap sebagai ‘orang yang menghancurkan Bank of England.’
Peristiwa tersebut dikenal seabgai Black Wednesday.
Apa yang pernah dilakukan Soros itu ternyata juga pernah terjadi di Indonesia.
Soros pernah meruntuhkan ekonomi Indonesia bahkan membuat di ambang kebangkrutan.
Ini terjadi pada era orde baru sebelum terjadinya krisis moneter tahun 1998.
Soros pernah menggiring rupiah jatuh hingga Rp16 ribu untuk 1 Dollar AS.
Ketika itu, ekonomi Indonesia lebih didominasi oleh raksasa swasta asing yang sebagian besar memiliki utang dalam nilai Dollar, untuk modal bisnisnya.
Itulah yang justru menjadi pemicu bangkrutnya Indonesia.
Bayangkan rasio utang raksasa swasta Indonesia mencapai 70 persen.
Naiknya nilai tukar Dollar atas rupiah yang semula Rp2.000 menjadi Rp16.000, dapat menciptakan kebangkrutan massal di Indonesia.
Bisa dikatakan, ketika jumlah utang perusahaan itu 1 miliar Dollar AS, akan diakumulasikan dari 1 Dollar Rp2.000 menjadi Rp16.000, maka nilainya akan membengkak menjadi 8 kali lebih besar.
Trik yang digunakan Soros untuk menggoyang rupiah adalah pertama dia menjatuhkan nilai tukar Baht Thailand tahun 1997, itu berarti memicu efek domino ke negara di Asia.
Trik yang sama dilakukannya dengan mata uang Bath, dengan melakukan taruhan singkat besar-besaran, sehingga memicu krisis keuangan Asia pada tahun 1998-1999.
Bahkan ia memprediksi nilai rupiah akan turun hingga Rp20.000.
Soros lalu membentuk spekulan pasar valas, membuat pasar modal menukarkan rupiah ke dollar sehingga menguatkan nilai tukar dollar terhadap rupiah, hingga membuat rupiah jatuh ke angka Rp16.000.
Mahatir Muhammad, Perdana Menteri Malaysia ketika itu, menyebut perusahaan milik George Soros, Hedge Fund, adalah biang kerok krisis di Asia.
Ketika itu Hedge Fund melakukan operasi besar-besaran di Asia, melakukan pengelolaan investasi dengan biaya imbalan jasa atas investasi yang dikelolanya. (Afif Khoirul M)
Baca Juga: Bitcoin Naik 160 Persen Tahun Ini, Meski Investor Tak Paham Apa Yang Terjadi
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari