Intisari-Online.com - Setahun setelah pemilihan bersejarah Malaysia, euforia publik terkait pemerintah baru telah menguap. Dan pada akhirnya investor pun kehilangan kesabaran.
Investor global pun pada akhirnya memilih melewatkan Malaysia demi pasar lain.
Dalam 12 bulan terakhir, saham-saham yang berasal dari negara ini lebih banyak dijual, ringgit Malaysia pun terus melemah.
Harapan untuk reformasi dari pemerintahan Perdana Menteri Mahathir Mohamad telah berjalan dengan sangat lambat, setelah upaya pemerintah untuk memotong utang publik membebani konsumsi masyarakat dan pertumbuhan ekonomi.
Baca Juga: Desak Warga Melayu Lebih Berkerja Keras, Mahathir: Mereka Mayoritas, tapi Mereka Lemah
Pada 7 Mei, bank sentral memangkas suku bunga acuan untuk pertama kalinya sejak Juli 2016, sebagai upaya untuk mendukung perekonomian seiring meningkatnya risiko global.
Beberapa manajer portofolio mengharapkan pemulihan dalam waktu dekat, namun tak pernah terwujud.
"Saya pikir saya tidak perlu terburu-buru ke Malaysia saat ini," kata Tim Love, yang mengelola sekitar AS$1 miliar ekuitas pasar berkembang di London untuk satu unit GAM Holding AG.
Indeks saham acuan Malaysia telah jatuh lebih dari 5% tahun ini dan merupakan pasar ekuitas utama berkinerja terburuk di dunia.
KOMENTAR