Penulis
Intisari-Online.com - Baru-baru ini beredar video berisi rekaman seorang ibu yang mengungkapkan sebuah tuduhan terhadap tetangganya yang disebutnya punya banyak uang.
Viral di media sosial, ibu itu menuduhkan bahwa tetangganya memiliki banyak uang padahal menganggur.
Video itu muncul terkait rumor penangkapan seekor babi di Depok, Jawa Barat yang oleh warga diklaim sebagai babi ngepet.
Mengutip Kompas.com, seekor babi berwarna hitam yang diduga jelmaan babi ngepet terus membuat heboh jagat dunia maya sejak pertama kali ditemukan Selasa (27/4/2021) dini hari di Kelurahan Bedahan, Kecamatan Sawangan, Depok, Jawa Barat.
Berdasarkan keterangan warga, babi ini ditangkap di tengah malam sekitar pukul 00.30 WIB oleh sejumlah warga yang bertelanjang badan.
Ini dilakukan, karena dipercaya dapat mempermudah mereka dalam mengamankan babi yang dipercaya sebagai sosok jadi-jadian tersebut.
Dalam video yang diunggah akun instagram @lambe_turah, seorang ibu berkerudung hitam dan berkacamata mengatakan, "Dari kemarin saya sudah pantau Pak orang ini. Ini dia berumah tangga, dia nganggur tapi uangnya banyak."
Baca Juga: Ingin Seperti Warren Buffett, Anak 12 Tahun Ini Raup Fulus Besar di Saham dengan Modal Tabungannya
"Saya sudah lewat rumahnya lemparin sesuatu biar ketahuan," ia melanjutkan tanpa menjelaskan benda apa yang dilemparnya.
Warganet menduga wanita itu sedang menuding tetangganya yang punya uang banyak tapi nganggur itu sebagai pemilik babi yang oleh warga Depok sebagai makhluk jadi-jadian babi ngepet.
Terlepas darikejadian tersebut, 'nganggur' tapi banyak uang sebenarnya bukan hal yang perlu dicurigaisebagai pesugihan dengan hal-hal ghaib saja.
Di zaman sekarang, hal tersebut sudah menjadi hal yang lumrah, salah satunya seperti yang dilakukan Lo Kheng Hong.
Di Indonesia, ada orang yang punya kekayaan selangit bernama Lo Kheng Hong (LKH).
Lo Kheng Hong tak memiliki perusahaan maupun karyawan.
Lo Kheng Hong adalah investor ritel di pasar modal atau Bursa Efek Indonesia yang kini menjadi salah satu crazy rich Indonesia.
Kekayaan mantan pegawai bank itu disebut-sebut mencapai Rp2,5 triliun.
Setelah lulus Sekolah Menengah Atas (SMA), Lo Kheng Hong tidak lantas melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah lantaran keadaan ekonomi.
Pria kelahiran 20 Februari 1959 itu, terpaksa bekerja sebagai staf Tata Usaha di Overseas Express Bank (OEB).
Barulah di usia 20 tahun, Lo Kheng Hong kuliah di Universitas Nasional, jurusan Sastra Inggris mengambil kelas malam.
Saat itu, biaya masuk perguruan tinggi sebesar Rp50 ribu, sedangkan biaya kuliahnya Rp10 ribu.
Bekerja selama lebih dari 10 tahun di OEB kariernya tak begitu bagus.
Dia kemudian pindah ke Bank Ekonomi pada tahun 1990.
Bekerja satu tahun, LKH kemudian diangkat Kepala Cabang di bank tersebut.
Baca Juga: Manfaat Air Rebusan Jahe Kunyit dan Sereh yang Sayang Anda Lewatkan!
6 tahun bekerja di Bank Ekonomi, Lo Kheng Hong mengambil keputusan berhenti bekerja di tahun 1996.
LKH mengundurkan diri dari pekerjaannya karena ingin fokus investasi saham.
Meniru Warren Buffet sang idolanya, Lo Kheng Hong belajar value investing.
Yakni sebuah metode memilih saham yang undervalue (di bawah harga) dan menjualnya saat over value.
Konon, Lo Kheng Hong setiap harinya hanya menghabiskan waktu di teras rumahnya untuk mempelajari laporan keuangan perusahaan-perusahaan yang melantai di bursa.
Pada beberapa kesempatan, Lo Kheng Hong berkelakar memperoleh uang dengan cara tidur, tidur dan tidur.
Lo Kheng Hong pernah membeli saham di harga Rp250 per lembar pada tahun 2005 dan menjualnya dengan harga Rp31.500 per lembar saham pada tahun 2011.
Bayangkan ia mengantongi keuntungan 12.500% atau melonjak 126 kali lipat dari harga awal.
Ada banyak saham yang dibeli Lo Kheng Hong di bawah harga dan menjualnya ketika untung ratusan atau bahkan ribuan persen.
Meski punya kakayaan trilunan rupiah, gaya hidup Lo Kheng Hong sederhana.
Dalam pemikirannya, barang-barang mewah, seperti mobil menurut LKH tidak perlu terus dibeli karena harganya akan menyusut.
Meski demikian LKH senang melakukan perjalanan wisata dan menghabiskan berminggu-minggu atau bulan di luar negeri.
Begitulah cara dia menikmati hidup dan membelanjakan uang.