Find Us On Social Media :

Terus Diabaikan KKB Papua Kala Nafsu Berkuasanya Kian Menggebu, Benny Wenda Kini Malah Samakan Bumi Cenderawasih dengan Penyakit Mematikan Ini, 'Tidak akan Hilang Sampai Kami Merdeka'

By Maymunah Nasution, Sabtu, 8 Mei 2021 | 19:14 WIB

Benny Wenda pemimpin ULWMP yang justru ditolak-tolak dan tidak diakui oleh Papua dan OPM sendiri

Intisari-online.com - Sering teriakkan kebebasan Papua, Benny Wenda ketua United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) justru tidak diakui oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM).

Dilansir dari Kompas.com pada Desember 2020 lalu saat Benny Wenda mengklaim membentuk Pemerintah Sementara Papua Barat, OPM menilai klaim itu sebagai bentuk kegagalan ULMWP.

VOA Indonesia kala itu memberitakan juru bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB-OPM) Sebby Sambom menjelaskan jika pihaknya tidak mengakui klaim Wenda itu.

"Benny Wenda lakukan deklarasi dan umumkan pemerintahannya di negara asing yang tidak mempunyai legitimasi mayoritas rakyat bangsa Papua, dan juga di luar dari wilayah hukum revolusi."

Baca Juga: Sangat Bernafsu Memisahkan Papua dari NKRI, Tiba-tiba Benny Wenda Sesumbar Umumkan 12 Departemen Kabinet Papua Barat, Namun Sosoknya Justru Tidak Dipercaya oleh Bangsa Papua, Ini Sebabnya

"Dia adalah warga negara Inggris. Menurut hukum international bahwa warga negara asing tidak bisa menjadi presiden Papua Barat," kata Sebby kepada VOA melalui keterangan tertulisnya, Rabu (2/12/2020).

Dengan keinginannya menjadi presiden Papua Barat tidak diakui, seharusnya Benny Wenda menyerah.

Namun tidak, Benny Wenda justru membuat klaim yang lebih kontroversial.

Melansir South East Asia Globe, operasi militer Indonesia di Nduga menjadi dasar badai sempurna, yang bahkan tidak bisa dikendalikan oleh Presiden Joko Widodo.

Baca Juga: Inilah Lodewijk Mandatjan Pemimpin KKB Papua Paling Legendaris, Pernah Temui Presiden Soeharto Namun Justru Menyerah dan Kembali Ke Indonesia Setelah Ungkap Keinginan Aslinya Bagi Papua, Apa Itu?

Selain membentangkan perang gerila skala kecil terhadap pos militer terisolasi dan serangan kecil terhadap operasi tambang emas dan tembaga Freeport-McMoRan di Timika, pemerintah Jakarta terus memperluas kehadiran militer mereka tanpa lakukan dialog yang cukup panjang.

Hasilnya adalah penangkapan masa dan aktivis kemerdekaan yang damai, pergerakan langkah sosial dan pembunuhan para pemuka agama termasuk Pastor Yeremia Zanambani yang berusia 63 tahun, terbunuh saat memberi makan babinya di provinsi Intan Jaya.

"Pejabat Indonesia tingkat tertinggi telah membuat ancaman serius terhadap Benny Wenda, ULWMP dan anggota dan pendukungnya di Papua Barat," ujar Jennifer Robinson, pengacara di Doughty Street Chambers di London dan juru bicara Pengacara Internasional untuk Papua Barat.

Sejak tahun 1960-an, Indonesia tunjukkan niat untuk mempertahankan Papua Barat.

Baca Juga: Bukan Tergiur Karena Simpanan Emasnya, Rupanya Ini Alasan Belanda dan Indonesia Ngotot Saling Sikut Ingin Kuasai Tanah Papua

Lagu pahlawan 'Dari Sabang Sampai Merauke' menjadi dasar generasi selanjutnya narasi membenarkan aneksasi Indonesia ke Papua Barat.

Aneksasi ini diklaim dimotivasi karena ketergantungan fiskal terhadap hasil tambang di Freeport, sumber daya minyak di perairan Papua Barat dan hutan yang bisa dibersihkan dan dijual untuk jadi perkebunan kelapa sawit.

Di desa Dome, sepanjang tepi sungai Fly River, banyak warga Papua Barat membagikan pengalaman mereka, kehilangan dan mimpi buruknya, laporan mereka dilengkapi dengan perbuatan lebih buruk yang dilakukan pemerintah.

"Apa hal baik yang akan didapat? Reporter asing sudah pernah di sini sebelumnya, tanpa hasil apa-apa," ujar mereka.

Baca Juga: Bukan Tergiur Karena Simpanan Emasnya, Rupanya Ini Alasan Belanda dan Indonesia Ngotot Saling Sikut Ingin Kuasai Tanah Papua

"Jadi mengapa berbicara dengan Anda?"

Pria tertua Dome yakin ia berumur lebih dari 100 tahun dan memiliki penglihatan yang buruk.

Ia telah berumur panjang, pernah mengawasi misionaris pemerintahan kolonial Belanda, dikirim menyusuri sungai untuk menginformasikan "orang biadab" tentang manfaat keselamatan dan peradaban.

Namun penyelesaian telah sampai di bentuk kolonialisme Indonesia lewat perkebunan kelapa sawit, tambang emas dan tembaga, penyakit, pembunuhan dan tekanan tokoh politik.

Baca Juga: Mencederai Perjanjian 1995, Campur Tangan Australia dalam Krisis Timor Leste 1999 dan Pemberitaan Papua Barat Menjadi Tanda Meruncingnya Masalah Ketidakpercayaan

"Papua Barat tetap menjadi korban ide kolonial dan diperlakukan seperti orang biadab yang perlu pembangunan dan kapitalisme," ujr Sophie Chao, pakar antropologi dan etnografi di School of Philosophical and Historical Inquiry kepada Globe.

Dukungan diam PBB untuk aneksasi Indonesia di tahun 1960-an dan eksploitasi tanpa henti menutup pintu ke dunia luar bagi warga Papua.

Bagi Benny Wenda hal itu adalah pengkhianatan yang membuat perlu sebuah pertanggungjawaban "kesempatan untuk kebebasan" di pundak komunitas global umumnya.

"PBB tahu betul apa yang sedang terjadi di Papua Barat saat ini, PBB tahu warga Papua Barat tidak ingin menjadi bagian Indonesia," ujar Benny Wenda.

Baca Juga: Setengah Mati Tentang Label Teroris KKB Papua, Usman Hamid Dipastikan Gigit Jari Kala Disodorkan Data Ini oleh Mahfud MD, Sangat Mengerikan

"Papua Barat adalah kanker di jantung PBB, dan isu ini tidak akan pergi sampai hak kemerdekaan diberikan melalui referendum kemerdekaan," ujarnya.

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini