Meski Israel Jadi Negara Paling Sukses Musnahkan Covid-19 dari Negerinya, Kondisi Palestina Sungguh Miris Berbanding Terbalik dengan Israel Padahal Berbagi Wilayah yang Sama

Afif Khoirul M

Penulis

Kejahatan Israel

Intisari-online.com - Media Amerika secara luas memang memuji pencapaian Israel dalam meredam Covid-19.

Israel disebut-sebut sebagai negara masa depan pasca pandemi, dengan konser, makan di restoran tanpa pembatasan sosial dll.

Mengajarkan bagaimana negara lain bisa mengatasi pandemi Covid-19, sama seperti Israel.

Meskipun kita tahu Israel negara yang berada di tengah kontroversi, namun sistem kesehatannya yang kuat.

Baca Juga: 'Palestina Membutuhkan Pemerintah yang Membebaskan, Bukan Memperbudak', Beginilah Realita Pemilu di Palestina yang Dijadikan Perang Internal Fatah dan Hamas, Pantas Israel Kian Mudah Serang Mereka

Dengan cepat mereka melakukan vaksinasi orang sebanyak mungkin, kemudian berhasil mencapai kekebalan kawanan yang membuat negara itu bebas Covid-19.

Menurut The Guardian, kisah sukses ini ternyata justru membuatnya terlihat miris jika kita menengok Palestina.

Perbedaan mencolok akan terlihat antara Israel dan Palestina, dua populasi yang hidup di bawah satu rezim.

Namun memiliki kondisi berlawanan, di mana Israel yang mulai menjalani kehidupan normal, Palestina justru masih jatuh dalam kondisi terburuknya.

Baca Juga: Tidak Hanya India, Covid-19 Juga Sudah Hantui Negara-negara di Seluruh Dunia yang Kehabisan Vaksin Ini Sementara Vaksin Diborong Negara-negara Terkaya di Dunia, Termasuk Israel

Di pihak Israel, orang-orang hidup kembali normal, ekonomi dibuka, memungkinkan orang-orang dengan sertifikat vaksinasi masuk ke Gym, restoran, tempat pertunjukan.

Hal itu dibarengi dengan merosotnya angka infeksi dan rawat inap, sebuah surplus dari vaksinasi.

Sementara di pihak Palestina, vaksin minimal, rumah sakit kewalahan, ekonomi dalam krisis, termasuk 100.000 pekerja Palestina dengan izin kerja Israel di bawah Israel, akhirnya baru di vaksinasi.

Palestina baru menerima 4% vaksin dari 5 juta orang Palestina yang tinggal di Tepi Barat dan jalur Gaza yang diduduki.

Selain itu, perbedaan ini terlihat jelas pada hasil kesehatan antara penduduk Israel dan Palestina, meskipun mereka semua tinggal di wilayah yang dikuasai oleh negara Israel.

Orang Israel, rata-rata, hidup sepuluh tahun lebih lama dari seorang Palestina.

Bahkan warga Palestina di Israel memiliki harapan hidup rata-rata yang lebih pendek daripada warga Israel Yahudi.

Kematian bayi , penanda standar global kinerja sistem kesehatan, lima kali lebih tinggi di Palestina daripada Israel.

Ketidakseimbangan yang mencolok ini hampir seluruhnya buatan manusia.

Pengukuhan pendudukan dan lamanya blokade mempengaruhi setiap faktor penentu sosial kesehatan, termasuk meningkatnya trauma psikologis, risiko kesehatan lingkungan, ketidakamanan pangan dan air, hingga akses yang tidak memadai ke fasilitas perawatan kesehatan yang berkualitas.

Baca Juga: Usianya Mencapai 1.600 Tahun, Mozaik Asal Periode Bizantium yang Mewah dengan Motif Geometri Warna-warni Ini Ditemukan di Kota Israel

Covid-19 telah membuat perbedaan yang sudah ada sebelumnya tidak dapat dihindari.

Upaya vaksin awal Israel, jauh melebihi negara lain, menjadi berita utama global pada musim dingin tahun 2020.

Tetapi mendapat kecaman cepat karena meninggalkan populasi Palestina di wilayah yang diduduki Israel.

Sebagai kekuatan pendudukan, Israel, di bawah hukum humaniter internasional, pada akhirnya tetap bertanggung jawab atas kesehatan penduduk di bawah pendudukan militernya.

Yang lebih mendesak, keterikatan orang Palestina dan Israel dengan pemukim dan tentara Israel di tanah Palestina dan pekerja Palestina yang memasuki Israel setiap hari.

Seharusnya menjadi kasus kesehatan yang jelas dan jelas bagi otoritas Israel.

Bahkan ahli kesehatan masyarakat Israel menyerukan agar Israel memvaksinasi seluruh penduduk Palestina.

Tetapi alih-alih menerapkan rencana vaksinasi komprehensif untuk penduduk Palestina yang diduduki Israel.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memutuskan untuk mengirim ribuan dosis ke seluruh dunia sebagai hadiah kepada negara-negara yang setuju untuk memindahkan kedutaan ke Yerusalem dan untuk pertimbangan politik lainnya.

Rencana diplomasi vaksin yang sinis ini segera dibekukan karena tantangan hukum dan kritik global yang signifikan.

Baca Juga: Kerap Dipandang Sebelah Mata, Wanita Palestina Justru Jadi 'Tulang Punggung' untukHadapi Kekerasan Pasukan Israel, Bahkan Pasukan Khusus WanitanyaJago Bertempur di Laut, Udara, dan Darat!

Israel menghadapi kritik lebih lanjut ketika politisi Israel menunda, dan memperdebatkan pemblokiran sepenuhnya, pengiriman kecil vaksin dari Palestina di Tepi Barat ke Gaza, dengan alasan keinginan untuk mendapatkan konsesi politik sebagai gantinya.

Kelompok hak asasi manusia termasuk Human Rights Watch, Amnesty International, dan lebih dari 30 organisasi yang beroperasi di Israel dan Palestina, bersama dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan paduan suara Senator AS dan anggota DPR.

Mereka telah meminta Israel untuk memvaksinasi semua warga Palestina dan untuk Pemerintah Amerika harus berbuat lebih banyak untuk menekan mereka agar melakukannya.

Artikel Terkait