Find Us On Social Media :

'Palestina Membutuhkan Pemerintah yang Membebaskan, Bukan Memperbudak', Beginilah Realita Pemilu di Palestina yang Dijadikan Perang Internal Fatah dan Hamas, Pantas Israel Kian Mudah Serang Mereka

By Maymunah Nasution, Senin, 3 Mei 2021 | 14:03 WIB

Warga Palestina berdemo di pusat kota Ramallah, Tepi Barat, menentang penundaan pemilu parlemen Palestina

Intisari-online.com - Sebelum Presiden Palestina Mahmoud Abbas menunda pemilihan legislatif Palestina, beberapa pengamat berpikir jika akan ada kompetisi pemilu yang bisa mengarahkan terjadinya perubahan politik.

Yang lainnya berargumen jika pemilu adalah satu-satunya cara mencapai persatuan nasional dan mengakhiri ketegangan internal Palestina antara Fatah dan Hamas.

Fatah dan Hamas adalah dua pergerakan politik dominan di Palestina.

Namun realita yang ada justru tunjukkan hal sebaliknya, pemilu malah jadi ladang tumbuhnya demokrasi palsu atau 'shamokrasi' yang mempertahankan struktur opresi, tirani dan fragmentasi.

Baca Juga: Tak Lama Setelah Larang Warga Palestina Beribadah di Masjid Al-Aqsa dengan Dalih Covid-19, Israel Malah Biarkan Puluhan Ribu Warganya Berkerumun dalam Perayaan yang Berakhir Menjadi Bencana Puluhan Orang Tewas

Hamas dan Fatah telah mendominasi panggung politik Palestina selama 15 tahun terakhir dan kini mereka masih menginginkan berkuasa lagi, menyebabkan kerusakan parah di pergerakan nasional Palestina, mengurangi proyek pembebasan nasional dan memperparah perpecahan vertikal dan horizontal di dalam masyarakat Palestina.

Hasilnya berpuluh-puluh tahun lamanya, warga Palestina telah menjadi pengamat saja dan tidak mampu berpartisipasi dalam perkembangan politik di komunitas mereka sendiri.

Memang, perasaan terasing mereka di tanah air dan keterasingan dari pemerintahan adalah bentuk penindasan yang sama dengan yang ditimbulkan oleh penjajahan kolonial Israel.

Warga Palestina butuh pemerintah yang membebaskan, bukannya memperbudak.

Baca Juga: Kerap Dipandang Sebelah Mata, Wanita Palestina Justru Jadi 'Tulang Punggung' untuk Hadapi Kekerasan Pasukan Israel, Bahkan Pasukan Khusus Wanitanya Jago Bertempur di Laut, Udara, dan Darat!