Find Us On Social Media :

‘Tolong Bantu Saya, Ayah Bisa Meninggal’ Kisah Seorang Pria Bawa Ayahnya yang Sesak Napas Keliling Cari Rumah Sakit yang Bisa Menerimanya, Krisis Covid-19 di India ‘Menyebar dengan Kecepatan Tak Terbayangkan’

By K. Tatik Wardayati, Jumat, 30 April 2021 | 09:10 WIB

Ashish Shrivastav mengantarkan ayahnya yang sesak napas dengan mobil mencari rumah sakit yang mau menerimanya.

“Kami menyimpan tabung oksigen di jok belakang mobil dan memasang masker oksigen di hidung ayah saya dan kemudian kami pergi ke pusat Covid-19  di daerah Lalbagh kota dengan harapan ayah bisa diterima.

Saya mendapatkan formalitas pendaftaran melalui saluran bantuan Covid-19  khusus, tetapi rumah sakit pemerintah, bahkan rumah sakit swasta yang kami coba datangi juga menolak kami masuk.”

 “Semua rumah sakit meminta surat rujukan dari Chief Medical Officer (CMO). Ketika saya pergi ke kantor CMO, saya harus menunggu, karena ada begitu banyak orang di sana. Saat saya menunggu, saya dipaksa meninggalkan tempat itu oleh polisi yang ditempatkan di kantor,” kata Ashish.

Selama paruh pertama bulan April, pasien positif Covid-19  yang dirawat di rumah sakit mana pun di Lucknow membutuhkan surat rujukan dari kantor CMO.

Untuk mendapatkan surat itu, pasien wajib menunjukkan tes RT-PCR yang mengonfirmasi infeksi Covid-19 .

Tetapi setelah protes publik, pemerintah Uttar Pradesh baru-baru ini menghapus persyaratan surat rujukan.

Ashish mengatakan dia mencoba banyak fasilitas kesehatan swasta dan yang dikelola pemerintah di Lucknow tetapi ayahnya ditolak masuk di masing-masing fasilitas tersebut.

“Saya pergi kemana-mana seperti pengemis dan mencoba rumah sakit lain melalui telepon juga. Ayah saya menyuruh saya untuk membawanya pulang dan dia akan baik-baik saja tetapi saya tahu bahwa kondisinya semakin memburuk.”

“Kami ‘lari’ ke sana ke mari, agar ayah saya dirawat di rumah sakit mana pun di Lucknow.”

Baca Juga: India Dihantam Tsunami Covid-19, Presiden Jokowi Cerita Telepon Menkes India Belajar Tangani Covid-19 dan Adopsi Strategi 'Micro Lockdown'