Penulis
Intisari-Online.com – Lonjakan kasus positif Covid-19 di India cukup tinggi bak roket yang meluncur dengan kecepatan tinggi.
Banyak yang tak tertangani hingga menyebabkan korban jiwa dan harus dikremasi segera, sayangnya krematorium pun kewalahan menanganinya.
Kremasi akhirnya diserahkan kepada pihak keluarga dengan menggunakan halaman masing-masing rumah mereka.
Hingga akhirnya Pejabat di New Delhi, India, diinstruksikan untuk melakukan penebangan pohon di taman kota.
Penebangan pohon di taman kota itu digunakan sebagai bahan bakar untuk kremasi korban Covid-19.
Kayu bakar digunakan di India untuk mengkremasi jenazah sebagai bagian dari upacara pemakaman, demikian melansir dari Business Insider
Karena semakin banyaknya orang yang meninggal akibat Covid-19 di India, maka akan lebih banyak kayu yang dibutuhkan untuk bahan bakar kremasi, menurut Associated Press.
Kali ini lonjakan kasus infeksi Covid-19 di India menjadi laju tercepat di dunia.
Hingga hari Minggu (25/4/2021), terdata lebih dari 350.000 kasus baru Covid-19.
Data tersebut memecahkan rekor dunia untuk kasus Covid-19 harian untuk lima hari berturut-turut.
Sedangkan pasokan medis penting baru mencapai India pada hari Selasa (27/4/2021) ketika rumah sakit di negara tersebut kekurangan oksigen, melansir Reuters.
Tiba di ibu kota New Delhi sebanyak 100 ventilator dan 95 konsentrator oksigen, dikirim dari Inggris.
Sayangnya, menurut Juru bicara Perdana Menteri Boris Johnson, Inggris tidak memiliki kelebihan dosis vaksin Covid-19.
Tidak hanya itu, Prancis mengirimkan delapan pabrik penghasil oksigen besar minggu ini, menurut seorang pejabat kementerian luar negeri India.
Sedangkan Irlandia, Jerman, dan Australia mengirimkan konsentrator oksigen dan ventilator.
Perlu digarisbawahi bahwa oksigen menjadi kebutuhan penting dalam penanganan pasien Covid-19.
Presiden AS Joe Biden mengatakan akan segera mengirim vaksin ke Negeri Taj Mahal itu, sebagai komitmen AS untuk membantu India.
Negara itu sendiri, seperti diingatkan pejabat senior dari pemerintahannya, masih berada di ‘ujung depan’ krisis.
Sekitar 70 ton oksigen dari negara bagian timur, dibawa dengan kereta “Oxygen Express” pertama bertolak ke New Delhi.
Namun, krisis belum mereda di kota dengan jumlah penduduk 20 juta oran gitu, yang menjadi episentrum gelombang infeksi paling mematikan di dunia.
"Gelombang saat ini sangat berbahaya dan menular dan rumah sakit kelebihan beban," kata Kepala Menteri Delhi Arvind Kejriwal seperti yang dilansir Reuters.
Tambahnya, untuk mengatasinya, area publik yang luas di ibukota akan diubah menjadi rumah sakit perawatan kritis.
Sementara itu Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) masih mengupayakan mengirimkan 4.000 konsentrator oksigen ke India.
Bahkan dua produsen vaksi AS telah menawarkan dukungan kepada negara berpenduduk 1,3 miliar orang itu.
Gilead Sciences mengatakan pada hari Senin bahwa mereka akan memberi India setidaknya 450.000 botol obat antiviral remdesivir.
Bahkan Merck & Co mengatakan bahwa pihaknya bermitra dengan lima produsen obat generik India untuk memperluas produksi dan akses ke molnupiravir obat Covid-19 eksperimental. (Barratut Taqiyyah Rafie)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari