Kisah Keluarga Sasson, Para 'Sultan' Yahudi Kaya Raya dari Zaman Kuno Kerajaan Israel yang Menggurita hingga Sekarang dengan Bisnis Global, Termasuk Dirikan Pos Perdagangan di Indonesia

Muflika Nur Fuaddah

Penulis

David Sassoon (1832 - 1867)

Intisari-Online.com - J.Sassoon Group saat ini meluncurkan bisnisnya di Israel.

Dilansir dariJerusalem Post, Kamis (22/4/2021), ini merupakan kelanjutan dari salah satu investasi dan rumah keuangan tertua di dunia, yang dimiliki oleh salah satu keluarga tertua di dunia.

Yakni sebuah keluarga Yahudi dengan akar yang berasal dari zaman kuno Kerajaan Israel.

Sejarah modern keluarga Sassoon yang terdokumentasi dimulai pada awal abad ke-11 di Spanyol.

Baca Juga: Pantas Saja Israel Pernah Ngotot Inginkan Hubungan Baik dengan Indonesia, Sampai Pernah Tawarkan Uang Rp28 Triliun, Ternyata Ini Alasan Indonesia Dianggap Penting Bagi Israel

Nama keluarga itu kemudian dikenal sebagai "Ibn Shoshan", dan seiring waktu berkembang menjadi "Sassoon" versi modern.

Pada abad ke-12, keluarga Sassoon mendirikan lembaga perdagangan dan perbankan di Toledo, Spanyol.

Ketika keluarga itu diusir selama Inkuisisi, ia berakar di Thessaloniki, Yunani, dan meletakkan dasar untuk aktivitas bisnisnya di negara tersebut.

Pada 1523, Moshe Sassoon mendirikan Sassoon Frères & Co., sebuah rumah perdagangan di Konstantinopel, ibu kota Kekaisaran Ottoman.

Baca Juga: Banjir Darah Bangsa Yahudi Diprediksi Terjadi di Indonesia, Israel Sebut Musuh Bebuyutannya Sedang Lakukan Perburuan Besar-besaran

Perusahaan juga menjabat sebagai bank dagang dan mendirikan pos perdagangan di Timur Tengah, India, Cina, Indonesia, Afrika Selatan, dan Brasil.

Keluarga Rothschild dari Timur

Cabang keluarga yang lebih terkenal adalah cabang Baghdad-Mumbai-Inggris, di mana David Sassoon dianggap sebagai patriark dan sering disebut sebagai "Keluarga Rothschild dari Timur."

Keluarga itu mencerminkan ikatan perkawinan antara kedua keluarga yang keturunannya hari ini sebagian besar dapat ditemukan di Inggris.

Baca Juga: Pantas Kejahatannya di Tanah Palestina Tak Pernah Tersentuh Hukum, Israel Ternyata Kerap Lakukan Hal 'Paling Menjijikan' Ini di Negeri Ratu Elizabeth

Adik laki-laki David, Joseph, menikah dengan keluarga Dayan dari Aleppo, Suriah.

Sementara cabang Aleppo-Kairo-AS kurang dikenal sejak abad ke-18, kekayaannya jauh melebihi kekayaan sepupu Inggris mereka dan melebihi kekayaan keluarga Rothschild.

Saat ini, keturunan dari cabang Aleppo dari dinasti Sephardic ini tersebar di enam benua dan menjalankan daftar bisnis yang panjang.

Mereka juga terlibat di berbagai bidang seperti sains, teknologi, perbankan, dan bahkan politik.

Baca Juga: Tak Main-main, Program Nuklir Iran Diprediksi Mundur 9 Bulan Hanya Gara-gara Israel Lakukan Hal Ini, Ulah Mossad?

Filosofi Keluarga Tetap Teguh

J. Sassoon Group telah berinvestasi di perusahaan dan ide teknologi Israel, seperti teknologi pencetakan 3D dan terus menjajaki peluang lain.

Dalam sebuah wawancara dengan majalah Menahalim, CEO grup tersebut, Bruce Fein, menjanjikan bahwa Grup J. Sassoon memiliki rencana investasi yang ambisius di Israel.

“Lingkungan bisnis berubah, dan dengan itu tujuan dan model bisnis grup, tetapi keinginan dan tujuan untuk melakukan mitzvot, memberikan amal dan memperoleh kebijaksanaan, pengetahuan dan pemahaman akan selalu tetap teguh dalam keluarga Sassoon,” kata Fein.

Baca Juga: Kisah Sersan Sayed Zakaria Khalil 'Si Singa Sinai,' Jadi Satu-satunya Tentara Mesir yang Menahan Seluruh Serangan Israel saat Puasa Ramadan

“Dalam pengertian ini, filosofi keluarga tidak berubah. Teknologi telah berubah, tetapi prinsip kami belum," katanya.

Pertahankan Pengetahuan di Israel

Fein bukan hanya seorang pengusaha, tetapi juga seorang Yahudi yang ramah.

Kata-kata "Yudaisme", "Israel" dan "Tikkun Olam" sering kueliar selama wawancara dengannya.

Baca Juga: Dibayang-bayangi Serangan Israel, Iran Sebut Perbatasan Udaranya Adalah yang Paling Aman di Kawasan Timur Tengah

Kepedulian terhadap Israel merupakan bagian integral dari pandangan dunianya dan membentuk manajemen bisnisnya dalam mewakili keluarga.

“Kami telah memperhatikan bahwa dalam 20 tahun terakhir, perusahaan Israel telah dijual ke perusahaan asing dan dipindahkan ke negara lain,” katanya.

“Kami percaya bahwa penting untuk menjaga pengetahuan di Israel."

"Menipisnya modal manusia dan intelektual di negara tersebut (yang Anda sebut 'brain drain') berbahaya bagi pertumbuhan ekonomi negara mana pun serta keamanan ekonomi dan nasionalnya."

Modal manusia adalah aset terkuat Israel. Tanpanya, pertumbuhan ekonomi Israel akan terancam.

Baca Juga: Skenario Terburuk Perang Dunia III, Perang Nuklir Diprediksi Makin Mendekat, Ternyata Bukan Hanya Amerika, Rusia, dan China yang Jadi Ancaman Dunia, Tetapi Negara-negara Ini Juga

(*)

Artikel Terkait