Find Us On Social Media :

Kisah Heni Wardhani, Hobi yang Jadi Pintu Rezeki, Produksi Sambal Kemasan Hingga Tembus Ritel Modern, Omzet Hingga Ratusan Juta, Tak Patah Arang Meski Pandemi

By K. Tatik Wardayati, Sabtu, 3 April 2021 | 10:05 WIB

Dari hobi jadi rezeki, sambal kemasan Heni sampai ke ritel modern.

Intisari-Online.com – Demikianlah ketika siapapun ingin berusaha, pasti ada jalan untuk menuju ke sana.

Bahkan hobi yang digeluti sehari-hari pun bisa menjadi pintu yang akan mendatangkan rezeki.

Seperti kisah berikut ini.

Berawal dari hobi, Heni Wardhani sukses berusaha sambal kemasan.

Baca Juga: Begini Rupanya Rahasia Pedagang Bikin Sambal Hijau Ala Restoran Padang, Dijamin Enak Asalkan Tahu Rahasia Racikan Ini

Penjualan sambal itu kini tembus ke ritel modern dengan omzet rata-rata Rp 200 juta setahun.

Heni memberi nama usahanya dengan "Sambal Mama Ni", merujuk pada jenis usaha dan namanya.

Sebelum membuka usaha, Heni mengaku sebagai penyuka sambal. Dia kerap membeli sambal yang dia sukai sebagai pelengkap makanan.

Kemudian, dia mencoba untuk membuat sambal sendiri. Hal itu karena dia suka memasak.

Baca Juga: Biasanya Dibuang Begitu Saja, Siapa Sangka Batang Cabai Punya Manfaat Tak Terduga Ini Bagi Tubuh

Didorong saudara untuk jual sambal

Sambal buatannya itu ternyata banyak disukai orang.

Teman dan kerabatnya lantas memintanya untuk berjualan sambal tersebut.

"Banyak teman-teman saya yang suka dengan sambal saya. Saudara saya waktu ke sini, saya kasih sambal ini juga suka. Terus mendorong saya buat jualan," kata Heni di rumahnya di Perumahan Plaosan Permai Blok A nomor 47 Pandanwangi, Kota Malang, Jumat (2/4/2021).

Berkat dorongan itu, Heni memulai usahanya itu pada 2 September 2013 dengan modal Rp 100.000.

Uang itu menghasilkan 15 botol kemasan sambal. Sambal kemasan botol itu lantas dijual dengan memanfaatkan fitur BackBerry Messenger (BBM).

Animo pembeli cukup tinggi hingga dirinya terus meningkatkan produksi.

"Dua minggu pertama produksi 500 botol," katanya.

Baca Juga: Waspadalah! Pedagang Ini Bikin Saus Sambal Pakai Pepaya Busuk yang Diinjak Kaki, Kenali Ciri-ciri Saus Palsu Seperti Berikut

Dalam sebulan bisa produksi 4.000 botol sambal kemasan

Ketika itu, penjualan dilakukan dengan memesannya terlebih dahulu atau by order.

"Dulu by order. Tidak langsung stok. Karena belum mengerti ketahanan sambel dan kualitas makanan," katanya.

Seiring berjalannya waktu, Heni mulai memahami tentang ketahanan sambal dan kualitasnya.

Heni terus meningkatkan produksi sambalnya. Dalam sebulan, dirinya bisa memproduksi hingga 2.000 kemasan. Bahkan pernah hampir 4.000 kemasan dalam sebulan.

Tembus ritel modern, jadi oleh-oleh khas Malang

Varian sambal yang dibuatnya juga semakin beragam. Hingga Juli 2020, sudah ada 23 varian sambal yang dibuatnya.

Sambal tersebut dijual dengan harga Rp 23.000. Sementara itu, distribusi penjualannya juga sudah beragam.

Heni menjualnya secara online di berbagai marketplace. Heni juga menjualnya dengan model reseller.

Baca Juga: Bisa Dibikin Sambal Goreng, Buncis pun Bermanfaat bagi Kesehatan, Salah Satunya Cegah Kanker Usus Besar

Sambal itu juga dijual di ritel modern yang ada di Surabaya, Sidoarjo, Kabupaten Pasuruan dan Malang.

Tidak hanya itu, sambal itu juga menjadi salah varian oleh-oleh yang dijual di sejumlah toko oleh-oleh di Malang.

Produksi terpukul pandemi

Meski dijual di berbagai platform penjualan, Heni tidak menampik bawa ada penurunan produksi akibat pandemi Covid-19.

Menurutnya, selama pandemi produksinya turun hingga rata-rata 1.500 kemasan dalam sebulan.

"Sekarang lagi sepi, rata-rata 1.500 sebulan. Sepi karena pandemi," katanya.

Meski begitu, Heni mulai merasakan adanya tren peningkatan penjualan.

Selama pandemi, Heni mensiasati penjualannya dengan semakin menggencarkan penjualan melalui platform online.

Harga cabai meroket, produksi tetap jalan Heni mengatakan, kenaikan harga cabai yang terjadi dalam waktu dekat ini tidak berpengaruh terhadap usahanya.

Baca Juga: Bukan untuk Sambal, Tapi Cabai Jawa Bisa Obati Lesu sampai Sakit Perut

Sebab biasanya, saat harga cabai di pasaran mahal, permintaan produksi sambal kemasannya meningkat.

"Kalau cabai mahal biasanya permintaan meningkat," katanya.

Sementara itu, untuk menstabilkan biaya produksi, pihaknya membeli cabai ke petani langsung.

Hal itu membuat harga cabai lebih murah dari pada di pasaran. Tidak hanya itu, membeli cabai langsung ke petani membuat cabai yang didapatkannya lebih segar.

"Bahan baku berburu ke petani langsung supaya harga murah," katanya.

"Selain itu, biasanya saat harga cabai naik, harga bahan yang lainnya murah. Kayak bawang putih murah, bawang merah jadi murah," jelasnya.

Saat ini, Sambal Mama Ni sudah mendapatkan label halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan nama yang digunakannya sudah didaftarkan untuk hak cipta.

Sambal itu tahan selama delapan bulan sejak diproduksi. (Andi Hartik)

Baca Juga: Anda Penyuka Makan Pedas? Berbahagialah, Sebab Ternyata Makan Sambal Punya 4 Manfaat Menakjubkan

 

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari