Advertorial

Kim Jong-un: Kita Harus Lebih Masif Lagi Memproduksi Senjata Nuklir

Moh Habib Asyhad

Editor

Nuklir yang selama ini dikembangkan Korut bukan sebatas gertak sambal. Kim mengancam bakal meluncurkannya jika saja kedaulatan mereka diusik oleh pihak luar.
Nuklir yang selama ini dikembangkan Korut bukan sebatas gertak sambal. Kim mengancam bakal meluncurkannya jika saja kedaulatan mereka diusik oleh pihak luar.

Intisari-Online.com -Pernyataan kontroversial kembali keluar dari mulut Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un.

Dalam pidato Tahun Baru-nya, pemimpin bertubuh tambun itu menghendaki agar negaranya tersebut bisa lebih masif lagi dalam mengembangkan senjata nuklir.

Terlepas dari itu, setidaknya sudah dua kali Korea Utara melakukan uji coba nuklir dalam skala besar.

Pertama adalah bom hidrogen, atau yang dikenal dengan termonuklir 3 September.

(Baca juga:Meski Tidak Bersenjata Nuklir, Ternyata Pesawat Pengebom TU-16 AURI Pernah Bikin Kelabakan Australia)

(Baca juga:Inilah Alasan Kenapa Korea Utara Harus Punya Senjata Nuklir)

Lalu yang kedua pada 29 November, negara komunis itu meluncurkan rudal balistik antar-benua (ICBM) jarak jauh, Hwasong-15.

Rudal tersebut diklaim bisa menjangkau seluruh daratan di Amerika Serikat (AS).

“Kita harus memproduksi hulu ledak nuklir secara massal, sama seperti rudal balistik, dan mempercepat penempatannya,” ujar Kim.

Dia melanjutkan, nuklir yang selama ini dikembangkan Korut bukan sebatas gertak sambal.

Kim mengancam bakal meluncurkannya jika saja kedaulatan mereka diusik oleh pihak luar.

(Baca juga:Unik! Untuk Hargai Pernyataan Kim Jong-un, Restoran di Gaza Berikan Diskon 80% Bagi Warga Korea Utara yang Makan di Sana)

Ucapannya merujuk kepada latihan gabungan yang dilakukan AS dan tetangga Korut, Korea Selatan (Korsel) secara besar-besaran mulai 4-8 Desember 2017.

Saat itu, AS dan Korsel mengerahkan 230 jet tempur dalam latihan yang diberi sandi "Vigilant Ace" tersebut.

"Tombol peluncurannya selalu ada di bawah meja saya," tegasnya.

Mantan pejabat militer AS menyatakan, perang nuklir antara AS dan Korut berpotensi pecah setiap saat.

Mike Mullen, mantan Kepala Staf Gabungan berujar, pemerintahan Presiden Donald Trump membuat segala usaha diplomasi untuk menghentikan program nuklir semakin tipis.

"Dalam pandangan saya, kami semakin dekat menghadapi perang nuklir melawan Korut," ujar Mullen dilansir dari ABC.

(Baca juga:Siap Hadapi Pesawat Pengebom Nuklir Rusia, Militer AS Siagakan Jet-Jet Tempur Pemicu Kiamat )

Artikel Terkait