Lain dengan Negara Asia Lain, Tidak Antusias dengan 'Ledakan' Kelahiran Bayi Generasi Baru, Indonesia Ternyata Sudah Ketar-ketir dalam 10 Tahun Jumlah Penduduk Bisa Capai Angka Fantastis Ini

Maymunah Nasution

Penulis

ilustrasi bayi baru lahir. Negara Asia banyak menyambut antusias baby boom di tengah pandemi, tidak halnya dengan Indonesia yang sudah kewalahan dengan ledakan penduduk

Intisari-online.com -Pandemi Covid-19 selain menewaskan jutaan umat manusia ternyata juga membawa lahirnya generasi baru.

Akibat tindakan pencegahan penularan seperti lockdown maupun pembatasan aktivitas masyarakat, banyak masyarakat dunia yang beraktivitas di rumah saja.

Bagi para pasangan suami istri, tidak terhindarkan mereka kemudian menambah momongan lagi.

Tercatat dalam 1 tahun pandemi Covid-19 di Indonesia dengan beberapa kali langkah penanganan seperti PSBB berkala, sudah ada banyak peningkatan angka kehamilan dan kelahiran bayi baru.

Baca Juga: 'Baby Boom' Disebut Berpotensi Terjadi di Indonesia Usai Masuk Era New Normal Pandemi Covid-19, Diperkirakan Ada Sebanyak 420.000 Kelahiran Bayi

Angka kelahiran membawa generasi baru, yang tentunya melambangkan harapan dan pastinya disambut oleh banyak negara.

Melansir Bloomberg, negara di seluruh Asia mencoba segala cara dari tur kesuburan sampai bonus bayi untuk meningkatkan jumlah populasi negaranya di usia dunia yang semakin tua ini.

Namun, Indonesia tidak seantusias itu menyambut generasi baru yang akan menyokong kehidupan bangsa di kemudian hari.

Pemerintah sudah kewalahan terhadap membludaknya jumlah penduduk, dan mencoba meyakinkan warga agar tidak punya terlalu banyak anak.

Baca Juga: Padahal China Saja Butuh 5,5 Tahun, 2 Negara Ini Malah Mampu Beri Vaksin Kepada 75% Warganya Hanya Dalam Waktu 2 Bulan, Bagaimana dengan Indonesia?

Namun ledakan penduduk di Indonesia memang bisa menjadi masalah serius.

Sampai saat ini, Indonesia berada di peringkat keempat di dalam daftar jumlah populasi terbanyak dunia.

Indonesia menggalakkan pernikahan matang, perencanaan keluarga dan tentunya kontrasepsi, untuk menurunkan tingkat kesuburan penduduk sampai 2.1 anak per wanita di tahun 2025 mendatang.

Tingkat kesuburan itulah yang akan secara efektif meratakan pertumbuhan populasi di negara yang kini dihuni 270 juta warga.

Baca Juga: Kian Hari, Perawan dan Perjaka di Jepang Kian Bertambah Banyak, Negeri Sakura pun Kian Suram Berbicara tentang Masa Depan

Hal ini memang harus diatur, sebab jika pertumbuhan penduduk masih dibiarkan saja maka akan semakin sedikit tingkat kesempatan kerja yang tersedia, berbanding terbalik dengan jumlah penduduk usia kerja.

Dorongan terbaru negara ini, kampanye rencana keluarga yang dimulai dari akhir Januari lalu mengikuti perjuangan sepuluh tahun untuk menurunkan tingkat kesuburan dari 3 anak per wanita pada awal tahun 1990-an.

Hanya saja perbedaannya sekarang, Badan Populasi Nasional dan Perencanaan Keluarga Hasto Wardoyo mengatakan, kini Indonesia tidak hanya memperlambat pertumbuhan populasi tapi juga bertujuan untuk secara simultan meningkatkan faktor lain seperti kesehatan, pendidikan dan ketenagakerjaan.

"Di masa lalu, fokusnya adalah mengurangi jumlah populasi. Kini lebih ke meningkatkan kualitas populasi," ujar Wardoyo.

Baca Juga: Kini Alami Kemusnahan Penduduk Lagi Karena Tak Ada yang Ingin Menikah, Ternyata Jepang Punya Festival Perayaan Kesuburan yang Jadikan Alat Vital Sebagai Cinderamata

"Kualitas dan produktivitas sumber daya manusia harus ditingkatkan karena kita sedang berada dalam periode bonus demografi.

"Jika tidak digunakan sebaik mungkin, bonus demografi dapat menjadi beban untuk perkembangan, daripada aset."

Indonesia kini menjadi bisnis berisiko bagi pasar yang baru tumbuh, terutama bagi satu yang telah menggoda investor dengan demografi muda dan buruh murah.

China sudah terkenal kewalahan mengubah kebiasaan keluarga yang berpuluh-puluh tahun lamanya dilarang memiliki 1 anak saja.

Baca Juga: Di Ambang Kepunahan Karena Rakyatnya Enggan Menikah dan Pilih Akhiri Hidup, Jepang Tunjuk Menteri Kesepian untuk Jadi Solusi Masa Depan Negeri Sakura

Perkembangan ekonomi umumnya juga menyarankan membludaknya populasi suatu negara cenderung selesai sendiri ketika pendapatan suatu negara naik, sehingga upaya menguranginya terasa tidak perlu lagi.

Namun Indonesia tidak bisa menunggu pendapatan negara naik, terutama dengan baby boom di tengah pandemi ini yang disebabkan banyak pasangan suami istri di rumah saja dan berhubungan badan tanpa menggunakan alat kontrasepsi.

Menunda kehamilan

Yulia Purnamasari hamil seperti halnya banyak wanita setelah menikah, yaitu setelah pernikahannya tahun 2018.

Baca Juga: Mengapa Timor Leste Diam Saja Saat Australia Mengeruk Ladang Minyaknya? Rupanya Negara Itu Juga Alami Kutukan Ledakan Penduduk Usia Dini, Buat Tak Ada Orang yang Cakap Mengurusi Negaranya, 'Hanya Ada Milenial'

Namun saat ia dan suaminya sadar waktu dan uang yang diperlukan untuk membesarkan anak, mereka menunda memiliki anak lagi sehingga bisa menyimpan beberapa tahun.

Yulia yang merupakan ibu pekerja tinggal di Lombok merupakan satu dari yang beruntung bisa menyadari hal itu meskipun ia tidak tahu menahu mengenai perencanaan keluarga.

Masih banyak keluarganya yang tidak memakai alat kontrasepsi dan saat hamil maka bayi yang ada di perut dianggap sebuah keajaiban.

Pemerintah kini berupaya membuat sosok Yulia semakin banyak, bersamaan dengan menguatkan tenaga kerja siap digital, yang sepertinya berhasil memenangkan analis dan investor.

Baca Juga: Gantungkan Ekspektasi Setinggi Langit, Australia Sebut Indonesia di Masa Depan Mampu Imbangi Kekuatan China, 'Hubungan dengan Indonesia Bisa Menjadi Lebih Penting daripada Lainnya'

Pengarahan mengembangkan modal manusia dianggap oleh editor tim firma peneliti Oxford Business Group Patrick Cooke sebagai salah satu penguat investor untuk menanamkan modal di Indonesia.

"Secara berimbang, aku yakin investor akan bahagia dengan kemakmuran meningkat dan tingkat kemampuan tenaga kerja di Indonesia daripada melihat populasi yang terus meningkat."

Saat ini tingkat pertumbuhan penduduk Indonesia adalah sebesar 2.3 anak per wanita, dan ditaksir jika terus tetap di angka itu, maka 10 tahun ke depan jumlah penduduk Indonesia akan bertambah sebanyak 30 juta penduduk.

Itu artinya pada 2030 mendatang akan ada 300 juta penduduk Indonesia.

Baca Juga: Bonus Demografi: Peluang atau Petaka?

Itulah sebabnya pemerintah berupaya keras untuk mengoptimalkan penduduk yang berlimpah diberikan kemampuan yang mumpuni untuk bisa menerima pekerjaan di berbagai bidang.

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait