Find Us On Social Media :

Putin Rilis Daftar Musuh yang Bakal Dibunuh, Beginilah Nasib Tragis Pembelot Rusia, Hidup dengan Cacat Tubuh atau Mati dengan Cara Mengerikan

By Tatik Ariyani, Minggu, 21 Maret 2021 | 15:39 WIB

Vladimir Putin

Intisari-Online.comVladimir Putin telah mengeluarkan daftar "bunuh" baru untuk lawan-lawannya - dan enam dari mereka tinggal di Inggris.

Seorang perwira intelijen Rusia mengatakan Putin telah memperingatkan "senjata panjang" akan mencapai musuh-musuhnya.

Melansir Mirror.co.uk, Sabtu (20/3/2021), peringatan mematikan tersebut datang dari mata-mata yang memperingatkan bahwa korban racun novichok di Salisbury, Sergei Skripal, direncanakan untuk dibunuh.

Dalam sepucuk surat untuk satu target, petugas itu berkata: “Mereka keluar untuk membungkam Anda sepenuhnya. Berhati-hatilah dengan segera mengubah tempat tinggal Anda, meskipun hanya untuk sementara.”

Baca Juga: Ngeri, Vladimir Putin Rilis Daftar Musuh yang Akan Dibunuhnya, Inggris Cepat-cepat Pasang Tameng Lindungi Para Target

Mata-mata tersebut, yang menggunakan teknologi kompleks untuk menghindari deteksi, berada di FSB - setara dengan MI5-nya Rusia.

Bukan rahasia lagi bahwa nasib para pembelot Rusia, terutama yang menentang atau mengkritisi presiden Rusia, Vladimir Putin, kerap berakhir tragis.

Yang terbaru adalah serangan terhadap pemimpin oposisi Alexei Navalny (44).

Tahun lalu, Navalny mengalami percobaan pembunuhan namun gagal.

Baca Juga: Joe Biden Koar-koar Sebut Vladimir Putin 'Seorang Pembunuh', Tak Disangka Begini Respon Tak Terduga Presiden Rusia Itu Saat Tahu

Pasukan ahli perang kimia FSB menaburkan agen saraf di celana dalam untuk membunuh Navalny saat dia berada di pesawat.

Untungnya, pilot bertindak cepat dan melakukan pendaratan darurat yang menyelamatkan nyawa Navalny.

Putin dicurigai berperan dalam kasus pembunuhan para pembelot Rusia, meski dia mengelaknya.

Salah satu pembelot yang bernasib tragis adalah Alexander Litvineko, mantan anggota KGB yang meninggal dalam beberapa minggu setelah minum teh.

Belum lagi para wartawan yang memberitakan hal buruk mengenai Putin, mereka juga bernasib tragis.

Kejadian sama yang melibatkan racun terulang kembali.

Seorang anggota band provokatif tentang kondisi politik Rusia, Pussy Riot, kemungkinan besar diberi racun yang merusak sarafnya, kata dokter.

Pyotr Verilov, warga negara Rusia dan Kanada, adalah sekutu dekat band tersebut dan dia bekerja sebagai juru bicara.

Baca Juga: Militer Israel Ciptakan Robot Ular sebagai Mata-mata yang Dilengkapi dengan Kamera untuk Mengirim Video ke Tentara IDF Melalui Perangkat Canggih Ini

Dia pingsan di Moskow pekan lalu, kemudian kehiangan penglihatan, kemampuan berbicara, dan kemampuan berjalan, menurut surat kabar Jerman, Bild.

Kondisinya membaik dan tidak lagi dianggap berbahaya untuknya.

Pria berusia 30 tahun ini dikenal karena menerbitkan Mediazona, situs berita online yang berfokus pada pelanggaran hak asasi manusia Rusia.

Setelah pingsan, Verzilov diangkut ke Berlin hari Sabtu (15/9) lalu.

Dokter yang merawatnya mengatakan ada kemungkinan bahwa Verzilov diracuni.

Kai-Uwe Eckardt, seorang ahli neurologi dan spesialis internal Jerman mengatakan, "Sangat mungkin dia diracuni."

Eckardt menambahkan bahwa Verzilov menderita sindrom anti-kolinergik, suatu kondisi di mana beberapa bagian dari sistem saraf terhalang dan berbagai organ berhenti bekerja.

Gejala-gejala yang dialami Verzilov meliputi pupil yang membesar, tekanan darah tinggi, dan selaput lendir kering, yang menunjukkan kemungkinan diracuni.

Dokter memperingatkan bahwa hanya ada sedikit kesempatan untuk mengidentifikasi racun yang tepat karena mungkin Verzilov menelannya sekitar seminggu yang lalu.

Baca Juga: Berbayakah untuk Bumi Saat Asteroid Sebesar 3 Lapangan Sepak Bola Ini Capai Jarak Terdekat dengan Planet Kita?

Eckardt menambahkan bahwa gejala itu bisa juga berasal dari obat-oabtan, bahan alami, atau tanaman.

Mantan anggota Pussy Riot, Nadezhda Tolokonnikova juga yakin bahwa Verzilov sengaja diracuni.

Dikutip dari Reuters, Tolokonnikova mengatakan, "Saya percaya bahwa dia diracuni dengan sengaja dan itu adalah upaya mengintimidasinya atau membunuhnya."

Kasus Verzilov terjadi enam bulan setelah keracunan Sergei Skripsal, mantan mata-mata Rusia yang tinggal di Inggris selatan.

Skripsal dan putrinya sakit kritis setelah terkena novichok, racun saraf kelas militer yang dikembangkan oleh Uni Soviet selama Perang Dingin.

Inggris baru-baru ini menyebut dua pria Rusia sebagai pelaku, namun mereka mengelaknya.

PM Kanada, Justin Trudeau mengatakan untuk tidak membuat kesimpulan terlalu dini mengenai kasus tersebut.

Tahun-tahun sebelumnya deretan korban tewas akibat pembelotannya pada Rusia tercatat dengan jelas.

November 2015, Mikhail Lesin ditemukan tewas di sebuah kamar hotel di Washington DC.

Sebelumnya, Lesin tahu banyak mengenai seluk beluk kehidupan politik di Rusia.

Anna Politkovskaya, seorang wartawan Rusia yang kritis terhadap Putin, dibunuh oleh pembunuh bayaran yang menembaknya pada jarak dekat di lift di luar flatnya.

Hakim kemudian menemukan bahwa para pembunuh dibayar oleh seseorang yang tidak dikenal.

Natalia Estemirova, yang mengkhususkan diri mengungkap pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh Rusia di Chechnya, diculik kemudian ditemukan di hutan dengan luka tembak di kepalanya.

Pengacara hak asasi manusia, Stanislav Markelov, yang mewakili Politkovskaya dan jurnalis lain yang kritis pada Putin ditembak oleh seorang pria bersenjata bertopeng.

Anastasia Baburova yang berjalan bersama Markelov juga ditembak ketika mencoba membantunya.

Boris Nemtsov, seorang kritikus besar Putin ditembak empat kali di punggungnya.

Boris Berezovsky, yang mengancam akan menjatuhkan Putin dengan paksa, ditemukan tewas di rumahnya di Berkshire.

Paul Klebnikov, pemimpin redaksi Forbes Rusia yang menulis tentang korupsi dan menggali kehidupan orang kaya Rusia, terbunuh dalam sebuah penembakan.

Sergei Yushenkov, politisi Rusia yang berusaha membuktikan bahwa Rusia berada di balik pemboman sebuah blok apartemen, dibunuh dalam satu kali tembakan setelah organisasi politiknya diakui sebagai sebuah partai.