Penulis
Intisari-online.com -China menciptakan cerita mengenai pandemi Covid-19.
Namun ternyata, tidak semua rincian cerita mereka beberkan kepada dunia.
Dilansir dari laporan khusus CNN International, inilah cerita mengenai orang-orang yang tahu tentang detail itu.
Sebagian dari mereka tidak pernah ditemukan lagi.
Chen Mei, seorang pegawai di perusahaan non-profit, pada suatu hari tidak masuk bekerja.
Karena khawatir, atasannya menelepon kakak Chen Mei, Chen Kun, yang ternyata sama tidak tahunya mengenai keberadaan Chen Mei.
Dengan cepat Chen Kun mendapatkan firasat buruk.
Saudaranya itu telah menerbitkan ulang beberapa artikel sensitif mengenai hari-hari awal pandemi Covid-19, beberapa kemudian ditarik oleh pihak sensor China.
Saat rekan kerja Chen Mei melaporkan hilangnya Chen Mei ke polisi, petugas mengatakan ia dibawa untuk investigasi.
Itu sudah 10 bulan sejak saat ini, dan Chen Kun belum melihat saudaranya sejak itu.
Chen Mei adalah satu dari sekian warga yang berani menceritakan kebenaran tidak sesuai dengan narasi resmi pemerintah China, membuat mereka menjadi target utama pemerintah.
Informasi yang mereka bagikan dicurigai merupakan informasi yang ingin Beijing hapus dari kesadaran bersama.
Para target ini beberapa adalah dokter yang mencoba memperingatkan mengenai virus baru yang mematikan di Wuhan, atau jurnalis yang mendokumentasaikan kewalahan rumah sakit dengan jasad menumpuk di luar rumah sakit.
Lainnya, seperti Chen Mei, mencoba membuka bukti krisis mengerikan secara online, bahkan meskipun menghadapi badan sensor.
Para pembeber kebenaran ini menceritakan betapa lamban otoritas memperingatkan publik dan dunia mengenai besarnya ancaman virus Corona.
Cerita mereka kontras dengan narasi yang didorong secara publik oleh pemerintah China jika mereka berhasil mencegah penyebaran yang mematikan.
Bukti yang didapat orang-orang ini penting untuk memahami garis waktu virus, sehingga dunia dapat mencegah pandemi lain terjadi lagi.
Setahun kemudian, warisan para pemberani ini tidak jelas.
Banyak yang membayar harga sangat mahal untuk pekerjaan mereka.
Beberapa telah ditahan, beberapa hilang.
Namun ada yang telah meninggal dunia saat ia mencoba membawa cerita lengkap kepada dunia.
Sensor di China
Ekosistem internet China tidak seperti di negara lain, pemerintah sangat berkuasa di internet negara tersebut.
Meski begitu, para pengguna selalu mencoba menemukan cara baru untuk menanggulangi deteksi sensor.
Situs internet Barat tidak tersedia di China tanpa jaringan virtual pribadi (VPN) yang membantu pengguna membobol sensor negara itu, yang dikenal dengan nama Great Firewall.
Google, Instagram, Facebook, YouTube, Pinterest, Twitter, dan Snapchat tidak tersedia di China.
Kemudian, semua pengguna internet di sana sangat kenal dengan satu kode: 404.
Artinya sebuah halaman tidak bisa ditemukan di China, karena seringnya halaman itu tidak lolos sensor.
Kode ini menjadi kunci pemerintah China memblokir berita mengenai semua yang diceritakan para pembawa kebenaran, termasuk foto Dr. Ai Fen, yang menjadi dokter pertama yang mengingatkan mengenai Covid-19.
Berita mengenainya diblokir di media sosial China Weiboo dengan tulisan: tidak ada izin untuk melihat.
Hal yang sama juga terjadi ketika pengguna internet China mencoba mengakses berita tidak lolos sensor mengenai Dr. Jiang Yanyong di portal berita China WeChat.
Dr. Jiang Yanyong adalah seorang pengadu yang menceritakan wabah SARS 2003.
Ia menjadi kunci wabah SARS diketahui dunia.
Pengguna internet China melakukan semua cara agar konten berita mereka tidak hangus menjadi 404, caranya dengan tidak melibatkan kata kunci yang sensitif.
Ada yang menggunakan tampilan berita seperti tampilan awal cerita mengenai Star Wars yang sering tampil di awal mula film tersebut.
Bahkan ada juga yang memilih menulis berita menggunakan emoticon agar tidak terkena sensor.
Baca Juga: Padahal Sempat Berseteru, Kini Pemerintah China Malah Puji Jack Ma, Ada Apa?
Solusi Chen Mei atas sensor China adalah Terminus 2049, repositori bersumber banyak untuk artikel sensitif.
Repositori itu ia dirikan bersama temannya Cai Wei di GitHub tahun 2018.
GitHub adalah platform milik AS yang menjadi sarana mengembangkan perangkat lunak baru dengan memungkinkan berbagi kode dan berkolaborasi dalam proyek dari jarak jauh.
Ketika Terminus 2049 mulai menceritakan tentang Wuhan, otoritas China mulai beraksi.
Chen Mei juga memberitakan wawancara dengan Dokter Ai Fen dan Li Wenliang, serta beberkan informasi mengenai investigasi Caixin mengenai awal-awal merebaknya wabah.
Ia ditahan pada 19 April 2020, dengan tuntutan "bertengkar dan memprovokasi masalah". Ia masih menunggu sidang selanjutnya.
Namun Chen Mei tidaklah sendirian, ada total 9 orang yang menceritakan kebenaran tentang wabah di awal-awal merebaknya.
Chen Qiushi, melaporkan akhir Januari jika RS di Wuhan dan dokter-dokternya sudah kelebihan beban kerja dan tidak punya suplai medis, kemudian segera ia dipaksa menjalani karantina. Diyakini berada di Qingdao, China. Temannya, Xu Xiaodong, artis laga martial di China mengatakan dalam video YouTube jika Chen tidak sedang ditahan dan hidup aman dan sehat, tapi dalam pengawasan.
Fang Bin, mendokumentasikan tumpukan jasad di luar RS Wuhan, dan karenanya menghilang setelah mengunggah video tersebut pada 9 Februari 2020. Sampai sekarang masih tidak ada kabar satupun dari sosok ini, lokasi tidak diketahui.
Li Zehua, menyamar untuk bekerja di krematorium Wuhan dan berbicara dengan pekerja lain mengenai apa yang harus ia lakukan agar ia tahu berapa banyak orang yang sudah mati. Membuktikan bagaimana keamanan nasional mencoba membungkam jurnalis lepas sepertinya. Ia mengunggah video pada 26 Februari 2020 saat ia mengatakan ia dikejar oleh keamanan nasional sebelum menghilang. Pada April, ia mempublikasi video mengatakan jika ia dipaksa jalani karantina, dan melepas rekaman yang ia sebut polisi datang ke kamarnya dan membawanya pergi.
Zhang Zhan, mendokumentasikan kenyataan di Wuhan mengenai RS yang kewalahan karena pasien membludak dan toko-toko yang kosong awal Februari 2020 sampai pertengahan Mei. Ia dihukum penjara 4 tahun karena mengajak berkelahi dan memprovokasi.
Cai Wei, mengarsipkan dan mendokumentasikan ulang artikel awal-awal virus Corona di Terminus 2049, termasuk wawancara dengan Ai Fen dan Li Wenliang. Serta beberkan informasi mengenai investigasi Caixin mengenai awal-awal merebaknya wabah. Ia ditahan pada 19 April 2020, dengan tuntutan "bertengkar dan memprovokasi masalah".
Ai Fen, salah satu dokter pertama yang berupaya menyadarkan orang-orang tentang virus Corona di Desember 2019. wawancaranya dengan media China menyebabkan pergerakan online melawan sensor pemerintah. Ai kemudian menjadi "pengadu". Namun ia mengatakan kepada media dia bukanlah pengadu, dia hanya menyediakan informasi. Ia kemudian diwawancara oleh Komite Disipliner dari RS-nya dan dituduh menyebarkan rumor. Tidak ada hukuman dan tampaknya masih bekerja sebagai dokter di Wuhan.
Li Wenliang, mengingatkan sesama dokter mengenai virus seperti SARS menyebar pada Desember 2019, memberikan wawancara pada media mengenai awal-awal wabah menyebar Januari lalu. Ia kemudian dipanggil ke kantor polisi Wuhan 3 Januari 2020, ditegur karena sebarkan desas-desus di internet, lalu dipaksa menandatangani pernyataan yang mengakui pelanggarannya. Ia dinyatakan positif virus Corona 1 Februari 2020 lalu meninggal 7 Februari 2020 karena Corona.
Zhang Yongzhen, timnya mengurutkan gen virus dan kemudian menjadi yang pertama mempublikasikannya. Pemerintah China merilis urutan genom virus hari berikutnya. Namun laboratoriumnya ditutup 'untuk perbaikan' sehari setelah ia mempublikasikan informasi tersebut. Ia masih bekerja untuk melacak asal mula virus Corona.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini