Di antara para korban, ada pendeta, pria tua, wanita, seluruh keluarga dan kelompok lebih dari 20 murid sekolah minggu, beberapa baru berusia 14 tahun.
Abraham mengenali beberapa anak kecil tersebut. Mereka dari kotanya di utara Ethiopia, wilayah Tigray, Edaga Hamus.
Wilayah itu dua minggu sebelumnya menjadi titik konflik, menyebabkan Abraham dan keluarganya bersama ratusan orang-orang yang kehilangan tempat tinggal melarikan diri ke Dengelat.
Dengelat adalah desa terdekat di lembah terjal yang dikelilingi tebing curam berwarna karat.
Beberapa anak yang dikenali Abraham sebenarnya juga ikut melarikan diri dari konflik sebelumnya.
Mereka mencari perlindungan di Maryam Dengelat, kompleks biara bersejarah yang terkenal dengan gereja pahatan batu berusia berabad-abad.
Pada 30 November, sejumlah peziarah religius bergabung dengan mereka guna menghadiri festival Ortodoks Tsion Maryam.
Festival tersebut merupakan pesta tahunan untuk menandai hari yang diyakini orang Ethiopia jika Tabut Perjanjian dibawa ke negara itu dari Yerusalem.
Hari suci itu menjadi jeda sebentar dari kekerasan yang terjadi berminggu-minggu sebelumnya, tapi rupanya hal itu tidak bertahan lama.
Sekelompok tentara Eritrean menembaki gereja Maryam Dengelat ketika ratusan jemaat merayakan pesta itu, seperti disebutkan oleh saksi mata.