Find Us On Social Media :

Mengira Akan Aman di Gereja Ini, Seluruh Keluarga dan Anak Kecil Kota Ini Dibantai Massal Oleh Tentara yang Terlibat dalam Perang Terburuk Salah Satu Negara Termiskin di Dunia Ini

By Maymunah Nasution, Sabtu, 27 Februari 2021 | 09:43 WIB

Ratusan anak-anak kecil beserta keluarganya dibantai oleh pasukan bersenjata di Ethiopia, salah satu genosida penghapusan etnis paling mengerikan di era modern

Kemudian ia menutup tubuh mereka dengan tanah dan ranting-ranting pohon, berdoa agar mereka tidak akan tersapu oleh air hujan atau dibawa menjadi santapan hyena dan masuk ke siklus kehidupan.

Akhirnya ia menaruh sepatu mereka di atas gundukan makam, sehingga ia bisa kembali dengan keluarga mereka untuk mengindentifikasi mereka.

Abraham mengatakan ia mengubur lebih dari 50 orang saat itu tapi mengestimasi lebih dari 100 orang meninggal dunia akibat pembantaian tersebut.

Mereka adalah sebagian dari ribuan warga yang diyakini telah meninggal sejak November ketika Perdana Menteri Ethiopia mengirimkan operasi militer besar melawan partai politik yang menguasai wilayah Tigray.

Ia menuduh Front Pembebasan Warga Tigray (TPLF) yang menguasai Ethiopia hampir 30 tahun menyerang pangkalan militer pemerintah dan mencoba mencuri senjata.

Baca Juga: Pembantaian dan Kekejaman Biasa Terjadi pada Perang Sino-Jepang II, Keduanya Gunakan Taktik Perang ‘Bumi Hangus

TPLF menolak klaim tersebut.

Konflik ini adalah hasil dari ketegangan yang meningkat antara dua belah pihak, dan termasuk ketegangan etno-nasionalis paling mengerikan yang terjadi baru-baru ini.

Ethiopia adalah negara dengan populasi terpadat kedua di Afrika.

Sedangkan Perdana Menteri Abiy Ahmed mendapat Hadiah Nobel Perdamaian tahun 2019 setelah menyelesaikan konflik jangka panjang Ethiopia dan Eritrea.

Setelah meraih kekuasaan dari kota terbesar Tigray akhir November, Abiy menyatakan kemenangan dan mempertahankan klaim jika tidak ada warga sipil dilukai dalam serangan tersebut.

Baca Juga: Kapten Lukas Kustaryo, Begundal Karawang yang Picu Pembantaian Rawagede karena Belanda Jengah dengan Aksi-aksi 'Tengilnya'