Find Us On Social Media :

Pernah Punya Label Mentereng 'Negara Paling Ramah di Dunia', Indonesia Kini Malah dapat Predikat Negara Paling Tidak Sopan di Dunia Maya Se-Asia Tenggara

By Muflika Nur Fuaddah, Kamis, 25 Februari 2021 | 15:45 WIB

Predikat Indonesia

Intisari-Online.com - Pada tahun 2012 silam, Lonely Planet mengeluarkan daftar "Negara-negara Teramah di Dunia" yang diambil dari buku Lonely Planet edisi "1000 Ultimate Experiences".

Salah satu yang masuk dalam daftar tersebut adalah Indonesia.

Pelancong akan disambut dengan senyum lebar dari penduduk Indonesia yang wilayahnya terbentang luas dari Aceh sampai Papua.

Ramah menjadi sifat dasar orang Indonesia dan memiliki ketertarikan kepada para pendatang.

Baca Juga: Meski Ada Manfaat Ilmiah dan Militer Namun Perlombaan Luar Angkasa Membuat Amerika Hampir Menghancurkan Bulan Atas Kemampuan Nuklir Mereka

Namun sekarang, Microsoft merilis laporan terbaru Digital Civility Index (DCI) yang mengukur tingkat kesopanan digital pengguna internet dunia saat berkomunikasi di dunia maya.

Dalam riset ini, warganet Indonesia menempati urutan terbawah se-Asia Tenggara, alias paling tidak sopan di wilayah tersebut.

Tingkat kesopanan warganet Indonesia memburuk delapan poin ke angka 76, di mana semakin tinggi angkanya tingkat kesopanan semakin buruk.

Urutan pertama dihuni oleh netizen Singapura yang juga menempati peringkat keempat secara global, dengan total 59 poin.

Baca Juga: Layar Sudah Terkembang, Kemajuan Teknologi Militer China yang Gila-gilaan Tak Mungkin Dihentikan, Padahal Sukanya Jiplak dari Luar

Kemudian Malaysia ada di urutan kedua dengan 63 poin, diikuti oleh Filipina 66 poin.

Thailand menduduki posisi keempat dengan 69 poin, disusul Vietnam di urutan kelima dengan 72 poin, tepat berada di atas Indonesia.

Microsoft tidak memaparkan laporan DCI untuk negara Asia Tenggara lainnya.

Kemunduran tingkat kesopanan paling banyak didorong pengguna usia dewasa dengan persentase 68 persen.

Baca Juga: 'Mereka akan Membunuhku, Tolong Keluarkan Aku!' saat Penjara yang Telah Menjelma jadi Pasar Barang Terlarang Rusuh, 75 Napi Meregang Nyawa

Sementara usia remaja disebut tidak berkontrubusi dalam mundurnya tingkat kesopanan digital di Indonesia pada 2020.

Tiga faktor

Ada tiga faktor yang memengaruhi risiko kesopanan di Indonesia.

Paling tinggi adalah hoaks dan penipuan yang naik 13 poin ke angka 47 persen.

Baca Juga: Tubuhnya Tak Pernah Ditemukan Bahkan Nama Aslinya Pun Tak Diketahui Hingga Kematiannya, Inilah Pilot Pahlawan yang Tulis Pengalamannya Sendiri dan Memikat Negara

Kemudian faktor ujaran kebencian yang naik 5 poin, menjadi 27 persen.

Dan ketiga adalah diskriminasi sebesar 13 persen, yang turun sebanyak 2 poin dibanding tahun lalu.

Sementara itu, selama pandemi, empat dari 10 responden mengaku tingkat kesopanan digital di Indonesia membaik.

Hal itu didorong oleh rasa kebersamaan yang lebih besar di saat pandemi dan melihat warganet saling tolong-menolong secara online.

Baca Juga: Kemaruknya China, Sudah Berhasil Mengakali Negara Kecil Ini Agar Serahkan Asetnya untuk 100 Tahun, Masih Bisa Perpanjang Ambil Aset itu Sampai 200 Tahun Lamanya

Namun, lima dari 10 responden juga mengaku pernah terlibat perundungan, di mana 19 persen responden mengaku sebagai target perundungan.

Milenial adalah generasi yang paling terpukul akibat perundungan dengan persentase 54 persen.

Empati naik

Kabar baiknya, laporan ini menyebut bahwa nilai empati di Indonesia naik 11 poin.

Baca Juga: Mati-matian Mengelak, Dokumen 'Sangat Rahasia' Ungkap Detail Keterlibatan Putra Mahkota Arab Saudi dalam Pembunuhan Jamal Khashoggi

Di Indonesia, media sosial menjadi kontributor terbesar dalam memengaruhi tingkat kesopanan digital.

Kontribusinya sebesar 59 persen.

Kemudian berita di media menjadi kontributor kedua dengan persentase 54 persen.

Selain itu, kontribusi tingkat kesopanan digital juga didorong oleh lembaga pemerintah 48 persen, lembaga pendidikan 46 persen, dan lembaga agama 41 persen.

Digital Civility Index tahun 2020 adalah yang kelima kalinya dilakukan Microsoft. Riset yang dilakukan pada April-Mei 2020 ini menyasar 16.000 responden yang tersebar di 32 geografi.

Para responden diberikan pertanyaan untuk empat kategori: perilaku, seksual, reputasi, dan personal atau gangguan.

Baca Juga: Mati-matian Mengelak, Dokumen 'Sangat Rahasia' Ungkap Detail Keterlibatan Putra Mahkota Arab Saudi dalam Pembunuhan Jamal Khashoggi

(*)