Layar Sudah Terkembang, Kemajuan Teknologi Militer China yang Gila-gilaan Tak Mungkin Dihentikan, Padahal Sukanya Jiplak dari Luar

Muflika Nur Fuaddah

Penulis

Ilustrasi militer China

Intisari-Online.com - Ketika China muncul pada perang dan revolusi 1949, terlihat jelas bahwa China tidak punya kapasitas bersaing dengan AS atau Uni Soviet.

Barulah transfer teknologi militer dari Uni Soviet membantu memperbaiki kesenjangan pada 1950-an.

Namun, Revolusi Kebudayaan melumpuhkan teknologi dan penelitian ilmiah hingga membuat orang China semakin jauh tertinggal.

Oleh karenanya, China berinovasi dan melengkapi negaranya dengan spionase industri.

Baca Juga: Bikin Rusia 'Ngeces,' Ini 5 Daftar Kemampuan Pertahanan Israel yang Diinginkan Mereka, Sehebat Apa Israel?

Singkatnya, China terbiasa mencuri formula teknologi senjata dari Rusia dan Amerika Serikat.

Bertahun-tahun telah berlalu, mata-mata China menjadi semakin terampil dan fleksibel dalam pendekatan mereka.

Berikut adalah lima sistem yang sebagian atau seluruhnya merupakan hasil jiplakan atau salinan:

1. J-7

Baca Juga: Meski Pasukan Darat Korea Utara Punya 6.000 Tank hingga 15.000 Artileri, Benarkah Militernya Kembung, Terbelakang, dan Lumpuh?

Pada tahun 1961, ketika ketegangan antara Uni Soviet dan China mencapai puncaknya, Soviet mentransfer cetak biru dan bahan pencegat MiG-21 baru ke China.

Namun penawaran Soviet itu tidak berhasil.

Ketegangan terus meningkat, hampir mencapai titik perang di akhir 1960-an.

Baca Juga: Berlagak Sangar Punya Senjata Militer dalam Jumlah Besar, Negara Pelanggan China Ini Malah Bocorkan Bobroknya Senjata Militer Buatan China Sampai Ogah Menggunakannya

China akhirnya bekerja berdasarkan cetak biru dan bahan lainnya, dan akhirnya menghasilkan J-7, salinan virtual MiG-21.

China akhirnya menjual J-7 (varian ekspor F-7) dalam persaingan langsung dengan MiG yang dijual oleh Soviet.

Memang, setelah pemulihan hubungan AS-China pada awal 1970-an, China menjual J-7 langsung ke Amerika.

2. J-11

Runtuhnya Uni Soviet pada awal 1990-an menandai pencairan hubungan Rusia-China.

Rusia tidak memiliki alasan kuat lagi untuk menahan teknologi militer tercanggihnya dari China.

Baca Juga: Habiskan Anggaran Rp 9,950 Triliun Per Tahun Hanya untuk Perkuat Milter Saja, Terkuak Proyek Militer Super Mahal Ini Dikerjakan oleh Amerika

Lebih penting lagi, kompleks industri militer Rusia yang sangat besar sangat membutuhkan pelanggan, dan militer Rusia tidak mampu lagi membeli peralatan baru.

Sementara itu, China membutuhkan sumber baru peralatan militer berteknologi tinggi setelah Eropa dan Amerika Serikat memberlakukan embargo senjata.

Karenanya, pada tahun 1990-an terjadi beberapa kesepakatan senjata besar antara Moskow dan Beijing.

Salah satu yang terpenting adalah penjualan, lisensi, dan transfer teknologi pesawat tempur multiperan Su-27 "Flanker."

Baca Juga: Mustahil Untuk Dibeli Inilah 6 Senjata Militer Termahal di Dunia, Paling Mahal Tembus Rp21.112 Triliun, Segila Ini Harganya, Memang Apa Kehebatannya?

Tetapi kemudian Rusia mengklaim bahwa China melanggar persyaratan lisensi.

China dituduh memasang avionik mereka sendiri pada Flankers (J-11, sebutan China).

China juga mulai mengembangkan varian kapal induk, yang melanggar langsung persyaratan yang telah disepakati.

Penggunaan teknologi Rusia melemahkan hubungan antara Rusia dan China, membuat Rusia jauh lebih waspada dalam mentransfer permata mahkota mereka ke militer China.

Baca Juga: Tahu Betul Myanmar Sedang Alami Gunjang-ganjing Kudeta, Malaysia Malah Deportasi Lebih dari 1000 Tahanan Imigrasi dari Sana, Rupanya Ini Penyebabnya

3. J-31

Analis Amerika menduga bahwa China mencuri informasi terkait dengan F-35.

Buktinya, ada informasi jelas tentang pesawat tempur siluman J-31.

J-31 terlihat sangat mirip F-35 bermesin ganda, tanpa kemampuan VSTOL dari F-35B.

J-31 juga mungkin tidak memiliki banyak avionik canggih yang berpotensi membuat F-35 menjadi pesawat tempur yang menghancurkan.

Namun demikian, J-31 pada akhirnya dapat beroperasi dan bersaing dengan Joint Strike Fighter di pasar ekspor.

Baca Juga: Pasukan Khusus Terbaik di Dunia, Joint Task Force 2 Kanada Rekrut Prajurit Wanita Bukan Sembarang Alasan: 'Punya Operator Wanita Memungkinkan Kami Lebih Fleksibel'

4. UAV

Pada tahun 2010, China sangat tertinggal di belakang Amerika Serikat soal teknologi kendaraan udara tak berawak (UAV).

Sejak saat itu, China berusaha menyusul, dan sekarang memproduksi drone yang mampu bersaing dengan model AS di pasar senjata internasional.

Bagaimana orang China bisa menyusul begitu cepat?

Menurut intelijen AS , peretas China menggunakan teknologi dari beberapa sumber, termasuk pemerintah AS dan perusahaan swasta (General Atomics) yang terkait dengan produksi UAV.

UAV China terbaru sangat mirip dengan pesawat AS secara visual dan performa.

Baca Juga: Setengah Mati Diburu Prabowo untuk Perkuat Militer Indonesia, Inilah Kehebatan Dassault Rafale, Pesawat Tempur Multiperan Paling Mandiri Seantero Eropa

5. Teknologi Penglihatan Malam

Setelah Perang Vietnam, militer Amerika Serikat memutuskan akan berinvestasi besar-besaranuntuk 'menguasai malam.'

Hal ini menyebabkan kemajuan besar dalam teknologi penglihatan malam, termasuk peralatan bagi tentara individu, kendaraan lapis baja, dan pesawat terbang untuk bertarung dalam kegelapan.

Peralatan ini memberi AS keuntungan besar dalam beberapa konflik sejak 1980-an.

China berusaha untuk mengakhiri keuntungan ini, dan mengarahkan beberapa upaya spionasenya untuk memperoleh dan mereplikasi teknologi AS ini.

Usaha ini dilakukan melalui peretasan di dunia maya.

Tapi China juga melakukan operasi gaya lama di mana pengusaha China secara ilegal memperoleh teknologi yang diekspor dari perusahaan AS.

Baca Juga: Meski Tidak Membantu Secara Langsung, Di Balik Kemenangan Militer Myanmar dalam Kudeta, Terendus Ada Jejak-Jejak Rusia dalam Militer Myanmar, Apa Maksudnya?

Amerika Serikat menjadi semakin agresif untuk menghentikan upaya spionase industri China.

AS mendakwa PLA, mengecam mata-mata China, dan merusuhi beberapa perusahaan China.

Tetapi mengingat kontak komersial yang luas antara China dan Amerika Serikat, menghentikan aliran kemajuan teknologi ini hampir mustahil.

Selain itu, China telah mengembangkan ekonomi teknologi inovatif yang besar dengan sendirinya.

Memang, seiring teknologi China menyetarai Amerika (dan dalam beberapa kasus melebihi Rusia), kita melihat China mengalami masalah yang sama dengan spionase asing.

(*)

Artikel Terkait