Find Us On Social Media :

Mati-matian Mengelak, Dokumen 'Sangat Rahasia' Ungkap Detail Keterlibatan Putra Mahkota Arab Saudi dalam Pembunuhan Jamal Khashoggi

By Tatik Ariyani, Kamis, 25 Februari 2021 | 13:24 WIB

Mohammed bin Salman

Intisari-Online.com - Pada 2 Oktober 2018 lalu, jurnalis Jamal Khashoggi dibunuh dengan sadis dengan dimutilasi.

Khashoggi diduga dibunuh di dalam Kantor Konsulat Saudi di Istanbul

Pembunuhannya masih menjadi misteri, meski pangeran mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) diduga terlibat di dalamnya, namun tetap mengelak.

Namun, agaknya kini MBS tidak bisa mengelak lagi.

Baca Juga: Hanya Tinggal Resepsi untuk Hidup Bahagia Bersama Jamal Khashoggi, Pengantin Muda Khashoggi Menuntut Putra Mahkota Arab Saudi Atas Pembunuhan Suaminya

Dua jet pribadi yang digunakan oleh pasukan pembunuh Arab Saudi yang menewaskan dan diduga memenggal jurnalis Jamal Khashoggi dimiliki oleh sebuah perusahaan MBS.

Perusahaan itu kurang dari setahun sebelumnya telah disita oleh Putra Mahkota Kerajaan yang berkuasa, menurut dokumen pengadilan yang baru-baru ini diajukan dilihat oleh CNN.

Dokumen-dokumen itu diajukan sebagai bagian dari gugatan perdata dari Kanada awal tahun ini. Berlabel "Sangat Rahasia" dan ditandatangani oleh seorang Menteri Arab Saudi, berkas tersebut mengungkap perintah dari putra mahkota, penguasa de facto muda Arab Saudi.

"Menurut instruksi Yang Mulia Putra Mahkota," tulis menteri menurut terjemahannya, "Segera setujui penyelesaian prosedur yang diperlukan untuk ini (penyitaan perusahaan)."

Baca Juga: Jamal Khashoggi Sudah Dibunuh Secara Kejam, Para Pembunuh Batal Dihukum Mati, Tapi Keluarga Justru Sebut Hal Itu Adil

Pengajuan tersebut menjelaskan bagaimana kepemilikan Sky Prime Aviation diperintahkan untuk ditransfer ke dana kekayaan negara. Nilai pengalihan mencapai 400 miliar dollar AS (Rp 5,6 kuadriliun) pada akhir 2017.

Pesawat-pesawat perusahaan tersebut kemudian digunakan dalam pembunuhan Khashoggi pada Oktober 2018.

Lembaga Pengelola Investasi yang dimiliki Kerajaan Saudi dikenal sebagai Dana Investasi Publik. Semua itu dikendalikan oleh Raja Saudi dan diketuai oleh putra mahkota, yang dikenal sebagai MBS.

Dokumen yang mengungkap hubungan antara pesawat dan Sang Pangeran itu diajukan oleh sekelompok perusahaan milik negara Saudi. Digunakan sebagai bagian dari gugatan penggelapan yang mereka buka bulan lalu di Kanada terhadap mantan pejabat tinggi intelijen Saudi, Saad Aljabri.

Tuduhan penggelapan terhadap Aljabri muncul setelah gugatan yang dia ajukan tahun lalu di Washington DC ke Pengadilan Distrik terhadap MBS.

Aljabri menuduh putra mahkota mengirim tim pembunuh bayaran untuk membunuhnya di Kanada, hanya beberapa hari setelah Khashoggi dibunuh. MBS mendapat panggilan pengadilan itu melalui WhatsApp. Namun, pada Desember, pengacara pangeran meminta pengadilan untuk membatalkan kasus tersebut.

Bukti bahwa kepemilikan armada pesawat pribadi telah dipindahkan ke Dana Investasi Publik Arab Saudi belum pernah dilaporkan sebelumnya. Hal ini menjadi bukti baru yang mengaitkan MBS dengan kematian Khashoggi.

Baca Juga: Tak Hanya Anda, Tentara Perang Dunia II pun Gunakan Binatang Kecil Lucu Ini Sebagai Penghilang Stres

Pada Oktober 2018, tidak lama setelah pembunuhan Khashoggi, Wall Street Journal mengutip orang-orang yang mengetahui masalah ini. Dilaporkan bahwa jet Gulfstream yang digunakan oleh para pembunuh itu milik perusahaan yang dikendalikan oleh MBS.

"Dia (MBS) akan melacak [perusahaan] dan akan mengetahui bagaimana itu digunakan," ujar Hoffman, mantan Direktur Divisi Timur Tengah CIA.

"Dan itu menjadi bukti yang lebih potensial etbahwa dia tahu tentang ini. Yang selalu menjadi perdebatan. Ini bukan sekadar bukti biasa, tapi lebih dari itu."

MBS pasti tahu

Segera setelah Kamis (25/2/2021), komunitas intelijen AS akan merilis laporan yang telah lama ditunggu publik, dengan detail baru tentang mereka yang berada di balik kematian Khashoggi.

Tidak lama setelah jurnalis Saudi itu dibunuh di konsulat Saudi di Istanbul, CIA menilai dengan keyakinan tinggi bahwa MBS secara pribadi telah memerintahkan pembunuhan tersebut.

Tetapi pejabat intelijen tidak pernah berbicara secara terbuka atau memberikan bukti.

Seorang penyelidik Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Juni 2019 menemukan bahwa "tidak mungkin" MBS tidak mengetahui operasi tersebut.

Baca Juga: Bangkai Kapal Pengangkut Bijih Mangan Ini Ditorpedo oleh Kapal Selam Jepang Ditemukan di Perairan Australia dalam Keadaan Utuh dan ‘Duduk’ Tegak di Dasar Laut

Pejabat Saudi di Washington dan Riyadh tidak segera menanggapi pernyataan baru tersebut. Sementara MBS membantah memerintahkan pembunuhan Khashoggi, tetapi mengatakan bahwa dia bertanggung jawab.

Delapan tersangka dijatuhi hukuman penjara dalam apa yang oleh penyelidik PBB disebut sebagai "parodi keadilan."

Sekretaris pers Gedung Putih Jen Psaki mengatakan pekan lalu bahwa Presiden AS Joe Biden sedang bekerja untuk "menyesuaikan kembali" hubungan AS dengan Arab Saudi.

Biden berencana untuk berkomunikasi dengan Raja Saudi Salman bin Abdulaziz Al-Saud alih-alih putranya, putra mahkota.

Kronologi penggunaan jet pribadi

Faisal Gill, pengacara mantan tunangan Khashoggi dan organisasi nirlaba yang telah mengajukan gugatan federal terhadap MBS dan dua lusin tergugat, mengatakan kliennya "terkejut" bahwa bukti kontrol bin Salman atas Sky Prime Aviation telah terungkap.

"Setiap bukti yang pada dasarnya mengikat MBS dan lainnya, terutama secara langsung, yang kami yakini memang demikian, sangatlah penting," kata Gill.

"(MBS) ingin menggunakan perusahaan yang dia kendalikan, dalam dana yang benar-benar dia kendalikan dengan harapan tidak akan keluar (informasi)," tambah Gill.

Menurutnya bukti itu bukan hanya menghubungkan langsung MBS dengan pembunuhan Khashoggi. Tetapi juga menjelaskan kaitan upaya penutupan keterlibatannya dengan menggunakan perusahaan penerbangan yang sepenuhnya dia kendalikan.

Sky Prime Aviation mengoperasikan dua jet perusahaan Gulfstream yang terbang ke dan dari Istanbul dengan sebagian besar 15 orang tim pembunuh, menurut data publik penerbangan dan laporan PBB tentang kematian Khashoggi.

Menurut laporan PBB, setelah Khashoggi terbunuh di dalam konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober, para pembunuh dengan cepat melarikan diri menggunakan pesawat. Satu pesawat jet dengan nomor ekor HZ-SK1 baru saja mendarat malam itu.

Satu jam lima belas menit setelah mendarat, pesawat itu kembali mengudara bersama enam anggota tim Saudi. Empat setengah jam kemudian, pesawat kedua, nomor ekor HZ-SK2, lepas landas dari Bandara Ataturk dengan tujuh orang lagi di dalamnya.

Jet pertama terbang melalui Kairo, yang kedua melalui Dubai dalam perjalanan kembali ke Riyadh. Dua anggota terakhir dari tim pembunuh bayaran terbang dengan pesawat komersial dari Istanbul ke Riyadh.

Kontrol atas Sky Prime Aviation

Sky Prime Aviation dijalankan oleh menantu Aljabri, Salem Almuzaini. Menurut pengaduan yang telah diubah yang diajukan bulan ini oleh Aljabri terhadap MBS di Washington DC, Almuzaini diculik di Dubai pada September 2017, dan dikembalikan secara paksa ke Arab Saudi.

Selama beberapa bulan, Aljabri mengatakan Almuzaini disiksa dan dianiaya, menurut pengaduan tersebut. Hal itu dilakukan termasuk oleh seorang asisten MBS yang terlibat dalam pembunuhan Khashoggi.

Akhirnya Almuzaini dipindahkan ke Ritz-Carlton Riyadh, tempat MBS menahan sekitar 200 bangsawan, pejabat, dan eksekutif bisnis Saudi atas nama kampanye anti-korupsi. Negara mengklaim akhirnya menyita sekitar 100 miliar dollar AS (Rp 1,4 kuadriliun) dari penangkapan itu.

Dokumen yang memerintahkan transfer Sky Prime Aviation pada Desember 2017 termasuk segel pohon palem Kerajaan Saudi dengan pedang bersilang dan kata-kata "SANGAT RAHASIA TIDAK UNTUK DISEBARKAN DAN SANGAT MENDESAK," menurut terjemahan yang diberikan ke pengadilan.