Penulis
Intisari-online.com -Cerita mengenai peperangan tidak ada habisnya bahkan meski sudah berlangsung ratusan tahun yang lalu.
Selain dijadikan bahan belajar murid di sekolah-sekolah seluruh dunia, cerita perang menjadi bahan cerita yang dijual lewat film atau buku.
Seperti film 1917 yang menceritakan kala pasukan Inggris hendak menyeberang ke Jerman saat Perang Dunia I untuk menyampaikan pesan kepada sisa pasukan mereka yang berada di garis depan.
Pesan tersebut berisikan perintah untuk hentikan serangan, karena pasukan Jerman ternyata menjebak pasukan Inggris.
Ternyata cerita mengenai Perang Dunia I tidak hanya selesai di situ saja.
Setahun sebelumnya yaitu pada 18 Desember 1916, perang terpanjang selama PD I, yaitu Perang Verdun, resmi berakhir.
Peperangan ini terjadi selama 10 bulan dan memakan korban total hampir 1 juta orang, dari pihak tentara Jerman dan Perancis.
Melansir History, peperangan tersebut dimulai pada 21 Februari, setelah Jerman yang dipimpin oleh Erich von Falkenhayn, mengembangkan rencana untuk menyerang kota benteng Verdun di Sungai Meuse, Perancis.
Falkenhayn menilai bahwa tentara Perancis lebih mudah diserang daripada tentara Inggris.
Selain itu, kekalahan telak di Front Barat akan mendorong sekutu untuk membuka proses negosiasi damai.
Dari awal peperangan, korban dengan cepat bertambah dari kedua belah pihak.
Setelah Jerman berhasil mengakuisisi beberapa wilayah awal, peperangan mencapai jalan buntu yang berujung pertumpahan darah.
Salah satu senjata yang digunakan Jerman adalah senjata api terbaru.
Gas Mematikan
Pada tahun tersebut, juga pertama kali digunakan gas fosgen oleh Jerman, yang 10 kali lebih mematikan daripada gas klor yang sebelumnya digunakan.
Pertempuran di Verdun kemudian terus menerus terjadi.
Sementera, sumber daya Jerman semakin menipis karena harus menghadapi serangan pimpinan Inggris di Sungai Somme dan serangan Rusia Brusilov di Front Selatan.
Pada bulan Juli, Kaisar kemudian kecewa dengan kejadian yang terus terjadi di Verdun.
Ia memindahkan Falkenhayn dan mengirimnya untuk memimpin Pasukan ke-9 di Transylvania.
Paul von Hindenburg kemudian ditunjuk untuk menggantikan Falkenhayn.
Pada awal Desember, di bawah Robert Nivelle, yang ditunjuk untuk menggantikan Philippe Petain di April, Perancis berhasil kembali merebut sebagian besar wilayah mereka yang hilang.
Melansir Britannica, selama 10 bulan peperangan di tahun 1916 tersebut, kedua belah pihak tentara di Verdun menjadi korban.
Ada sekitar 700.000 korban dan sekitar 300.000 orang meninggal.
Lanskap pastoral yang sebelumnya mengelilingi desa di Verdun pun telah diubah secara permanen.
Sembilan desa, yaitu Beaumont, Bezonvaux, Cumieres, Douaumont, Fleury, Haumont, Louvemont, Ornes, dan Vaux, telah dihancurkan.
Zona Merah
Setelah perang, desa-desa tersebut kemudian dikenang "mati oleh Perancis".
Meskipun tidak berpenghuni, desa-desa ini tetap dikelola oleh wali kota untuk mempertahankan keberadaannya sebagai sebuah entitas administratif.
Mayat-mayat yang tidak dikenal dikenang melalui Douaumont Ossuary, sebuah monumen yang selesai dibangun pada 1932.
Monumen ini berisi 150.000 korban, baik tentara Perancis dan Jerman yang tidak dapat diidentifikasi.
Kemudian, 170 km persegi dari wilayah di Verdun dinyatakan sebagai zona merah.
Wilayah itu hampir seukuran dengan kota Bandung, yang berukuran 167.7 km persegi.
Baca Juga: Dipercaya Mampu Selamatkan Nyawa, Inilah Penggunaan Belatung untuk Kebutuhan Medis di Zona Perang
Di zona ini, terdapat sebuah meriam yang tidak meledak dan penggunaannya kemudian dilarang.
Pada abad ke-21, Kementerian Dalam Negeri Perancis memperkirakan bahwa lebih dari 10 juta peluru masih ada di tanah sekitar Verdun.
Unit pembersihan bom juga melanjutkan pemindahan 40 ton amunisi yang tidak meledak dari daerah tersebut tiap tahunnya.
Salah satu yang paling berbahaya adalah wadah berisi bahan kimia, yang sebagian besar sulit dibedakan dari cangkang peledak.
Toksisitas dari bahan kimia ini pun tetap bertahan dari waktu ke waktu dan rentan bocor juga tidak ditemukan dan ditangani.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini